"Wah, ada tukang somay dan bakso. Beli ah."
"Wah, ada es teler dan es campur. Beli yuk."
Kira-kira begitulah kebiasaan saya ketika mendapati penjual-penjual makanan lewat di depan mata. Pikiran rasanya menghentikan tiap penjual, lantas membeli dagangannya.Â
Bagus, harusnya. Tapi tentu saja kebiasaan ini gak bagus untuk badan dan dompet. Selama kurang lebih 4 bulan belakangan, saya cukup banyak pikiran, itu ternyata memicu keinginan untuk makan.Â
Yang lebih mendukung, di rumah, beberapa kali adik saya masak makanan enak. Tentu, hal tersebut membuat saya kalap makan. Akhirnya, berat badan saya tak terkontrol.Â
Berat badan saya yang semula 53 berubah menjadi 58. Meski cuma berjarak 5 kilogram, tapi angka tersebut jadi penanda bahwa saya harus mulai mengontrol makanan yang masuk ke tubuh.Â
Dua hal yang susah saya lakukan ketika hari-hari biasa adalah berdiet dan berhemat pengeluaran. Mungkin, itu terjadi karena banyaknya kesempatan untuk membeli makanan.Â
Selain itu, di hari-hari biasa, anggota keluarga selalu masak atau membeli makanan enak sehingga saya tergiur untuk makan, makan dan makan.Â
Bagi saya, Ramadan adalah kesempatan yang tepat untuk menjaga tubuh dan menghalau tabungan keluar. Mengapa? Ada beberapa alasan,Â
Pertama. di bulan Ramadan, tak banyak orang yang berjualan keliling sehingga mengurangi keinginan untuk membeli makanan.
Kedua. Setiap anggota keluarga menjalani puasa sehingga tak ada yang makan-makan enak ketika siang hari. Kalau pun berbuka, bisa ditekan (beberapa waktu ini karena harga beras naik)
Ketiga. Sudah ada niat di dalam hati untuk berpuasa, sehingga mengurangi kecenderungan kalap makan dan memiliki keinginan mengambil uang di tabungan.
Ramadan, Saatnya Diet Sehat
Beberapa waktu lalu, saya sempat membaca artikel bahwa di bulan Ramadan justru kadar gula darah bisa naik. Alasannya? Makanan manis selalu dijadikan kudapan pembuka tiap berbuka puasa.Â
Ya gimana ya, saya sendiri mengalami itu di keluarga. Ketika waktu berbuka tiba, es cendol, es sirup, es durian, es pisang ijo, kurma, hingga makanan manis lainnya eksis begitu sempurna di atas meja.
Ini masih membahas makanan berbuka ya, belum makanan lain yang mengandung lemak dan karbohidrat. Biasanya, makanan di waktu buka akan lebih meriah dan lezat. Gak heran kalau saya bisa kalap makan.Â
Belum lagi ketika pikiran "balas dendam" menguasai. Seharian gak makan menyebabkan muncul keinginan untuk melahap semua makanan yang ada di meja.Â
Semakin bertambah angka, saya semakin berpikir untuk berubah. Saatnya ramadan menjadi waktu untuk mengendalikan bukan hanya hawa nafsu, tetapi juga jumlah makanan-makanan jahat yang masuk ke tubuh.Â
"Caranya gimana deh Ra, biar gak kalap makan?"
Well, beberapa waktu ini, aku mengendalikan selera makanku dengan,Â
Pertama. Memasak secukupnya. Memasak secukupnya ini penting banget ketika ramadan. Jika biasanya kami memasak beragam makanan, saya dan orang rumah memutuskan hanya memasak seperlunya saja di ramadan ini. Misal masak sayur, nasi dan lauk sesuai porsi anggota keluarga.Â
Kedua. Mengambil makanan sebutuhnya. Pada ramadan 2 tahun terakhir, saya cuma makan sedikit nasi, lebih memperbanyak sayuran, lauk dan buah yang tersaji di meja.Â
Tujuannya? Supaya vitamin yang diserap tubuh lebih tinggi ketimbang karbohidrat. Oh iya, makan secukupnya juga mengurangi tingkat food waste di rumah lho, karena kita gak menyisakan makanan akibat kekenyangan.Â
Ketiga. Kalau bisa, jangan menonton video atau postingan-postingan yang berhubungan dengan makanan. Itu bisa membuat kita jadi mudah lapar.Â
Sebelumnya, saya sering seperti itu. Tiap buka medsos, selalu menonton mukbang dan masakan -masakan enak. Jadi ngiler deh. Namun kali ini, saya menguranginya.Â
Keempat. Mengurangi makanan atau minuman manis saat berbuka. Dengan mengurangi asupan manis, pembelian kopi atau gula bisa diminimalisir. Jika ingin minuman manis, usahakan memakai gula rendah kalori, gula khusus untuk penderita penyakit diabetes.Â
Itu dia beberapa cara yang sedang saya lakukan untuk berdiet sehat (makan secukupnya sesuai gizi seimbang). Tentunya, saya harap ini juga berimplikasi terhadap praktik berhemat yang sedang saya lakukan.Â
Ramadan, Saatnya Berhemat Anggaran
Beberapa waktu ini, kerasa sekali kalau kebutuhan sedang naik harganya. Beras saja yang semula Rp11.000-12.000 berubah menjadi Rp15.000-16.000.Â
Kenaikan harga beras maupun harga bahan makanan pokok lainnya membuat saya dan keluarga harus lebih berhemat. Paling tidak supaya momen berbuka dan sahur bisa berjalan lancar.
Jujur saja, ramadan kali ini, kami tak bisa boros sama sekali. Kami harus bertindak sehemat mungkin untuk mengurangi pengeluaran. Misal, jatah sayur dan lauk yang semua Rp50.000 berubah menjadi Rp30.000.Â
Pun dengan minuman manis, bila sebelumnya kami bisa menghabiskan anggaran untuk kolak atau kacang hijau sebesar Rp35.000 untuk sekali berbuka. Saat ini kami menguranginya. Kami mengganti alternatif minuman manis ke es teh atau es kopi yang lebih murah.Â
Ramadan 2024 jadi momen saya dan keluarga berhemat pengeluaran. Selama beberapa hari berpuasa, saya tidak membeli makanan-makanan yang tak perlu. Terlebih, penjual-penjual makanan rata-rata libur sehingga tak memunculkan keinginan untuk membeli.
Kesimpulan
Bulan Ramadan merupakan momen yang penuh berkah dan rahmat. Maka, sudah seharusnya mengisinya dengan aktivitas bermanfaat. Termasuk berdiet sehat serta belajar mengelola anggaran agar tidak boncos.Â
Berhemat anggaran bukan berarti pelit ya. Berhemat anggaran di sini berarti mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang tak perlu. Apalagi kita masuk momen dimana harga kebutuhan pokok sedang naik. Momen Ramadan bisa kita jadikan pengontrol, agar tak kalap makan dan belanja.Â
Belanja sesuaikan dengan jumlah anggota keluarga dan kebutuhan. Bila perlu catat pengeluaran di ponsel atau buku agar tidak over beli-beli.Â
Harapan saya, di bulan Ramadan ini, kita selalu diberi kesehatan dan finansial berkelimpahan. Semoga kita juga di mudahkan dalam diet sehat sehingga tubuh jadi lebih bugar saat lebaran.Â
Btw, pas Hari Raya Idul Fitri nanti, jangan kalap makan ya, biar berat badan tetap stabil dan tubuh lebih produktif untuk bergerak.Â
Salam hangat dari Nurul Mutiara R A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H