Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ikan Invasif Bukan untuk Dilepas ke Alam, Kenali Pidana dan Bahayanya bagi Lingkungan!

28 Februari 2024   14:12 Diperbarui: 29 Februari 2024   15:03 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ikan Arapaima Gigas 'atas' (sumber : Pixabay/foto_mama)

Ikan Arapaima umumnya berukuran 200 cm dan dilaporkan dapat mencapai panjang hingga 450 cm. Berat ikan juga tak main-main, bisa mencapai 200 kilogram.

Di Negara Brasil, Arapaima biasa disebut dengan nama pirarucu, dan paiche di Peru. Ia masuk sebagai ikan predator yang umumnya memangsa ikan-ikan kecil, bahkan dapat memangsa burung hingga primata. Wow, ngeri juga ya bisa memangsa burung atau kera? 

Bayangkan saja, seandainya di sungai atau danau Indonesia kaya akan ikan-ikan lokal seperti wader pari, baung, tawes, belida, betok, lele, atau gabus harus hilang berkurang jumlahnya karena dimakan oleh Arapaima. Maka, yang mengalami kerugian bukan hanya lingkungan, tetapi juga manusia secara ekonomi.

Nah, ketika berbicara mengenai ikan invasif, sebenarnya bukan hanya membahas Arapaima saja, tetapi juga beberapa jenis ikan lain yang sering ditemukan di perairan Indonesia, yang tentunya merugikan. 

Pernah gak mendengar ikan Red Devil? Yup, ikan yang memiliki nama ilmiah Amphilophus labiatus merupakan penduduk asli Nikaragua, Amerika Tengah.

Sama seperti ikan invasif lainnya, ikan Red Devil memiliki sifat agresif sehingga berisiko merusak populasi ikan lain di suatu perairan. Ia juga termasuk predator yang cukup rakus memakan telur-telur hingga anakan ikan lokal. 

Ilustrasi ikan Red Devil (Sumber : SHUTTERSTOCK/Alexander Sitnikov)
Ilustrasi ikan Red Devil (Sumber : SHUTTERSTOCK/Alexander Sitnikov)

Di Danau Toba, ikan Red Devil ini sudah cukup merugikan peternak. Jumlahnya kian waktu semakin berlimpah. Padahal, sebelumnya tidak terlalu banyak.

Meningkatnya Red Devil di Danau Toba telah membuat masyarakat gusar. Beberapa warga bahkan memburu ikan ini agar jumlahnya berkurang. Tapi tetap saja. Perkembangannya terlalu cepat.

Masalahnya lagi, Red Devil merupakan jenis ikan hias yang dagingnya tak terlalu enak. Durinya cukup banyak sehingga masyarakat enggan untuk menjadikan ia sebagai ikan konsumsi layaknya nila atau mujaer.

"Memangnya, darimana sih Ikan Red Devil, kok bisa masuk ke Danau Toba dan beberapa perairan di Indonesia. Bukannya itu ikan invasif dari Amerika Tengah ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun