Ikan Arapaima umumnya berukuran 200 cm dan dilaporkan dapat mencapai panjang hingga 450 cm. Berat ikan juga tak main-main, bisa mencapai 200 kilogram.
Di Negara Brasil, Arapaima biasa disebut dengan nama pirarucu, dan paiche di Peru. Ia masuk sebagai ikan predator yang umumnya memangsa ikan-ikan kecil, bahkan dapat memangsa burung hingga primata. Wow, ngeri juga ya bisa memangsa burung atau kera?Â
Bayangkan saja, seandainya di sungai atau danau Indonesia kaya akan ikan-ikan lokal seperti wader pari, baung, tawes, belida, betok, lele, atau gabus harus hilang berkurang jumlahnya karena dimakan oleh Arapaima. Maka, yang mengalami kerugian bukan hanya lingkungan, tetapi juga manusia secara ekonomi.
Nah, ketika berbicara mengenai ikan invasif, sebenarnya bukan hanya membahas Arapaima saja, tetapi juga beberapa jenis ikan lain yang sering ditemukan di perairan Indonesia, yang tentunya merugikan.Â
Pernah gak mendengar ikan Red Devil? Yup, ikan yang memiliki nama ilmiah Amphilophus labiatus merupakan penduduk asli Nikaragua, Amerika Tengah.
Sama seperti ikan invasif lainnya, ikan Red Devil memiliki sifat agresif sehingga berisiko merusak populasi ikan lain di suatu perairan. Ia juga termasuk predator yang cukup rakus memakan telur-telur hingga anakan ikan lokal.Â
Di Danau Toba, ikan Red Devil ini sudah cukup merugikan peternak. Jumlahnya kian waktu semakin berlimpah. Padahal, sebelumnya tidak terlalu banyak.
Meningkatnya Red Devil di Danau Toba telah membuat masyarakat gusar. Beberapa warga bahkan memburu ikan ini agar jumlahnya berkurang. Tapi tetap saja. Perkembangannya terlalu cepat.
Masalahnya lagi, Red Devil merupakan jenis ikan hias yang dagingnya tak terlalu enak. Durinya cukup banyak sehingga masyarakat enggan untuk menjadikan ia sebagai ikan konsumsi layaknya nila atau mujaer.
"Memangnya, darimana sih Ikan Red Devil, kok bisa masuk ke Danau Toba dan beberapa perairan di Indonesia. Bukannya itu ikan invasif dari Amerika Tengah ya?"