Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Konektivitas Pembayaran ASEAN dalam Segenggam Teknologi Bernama Smartphone

20 Juni 2023   22:29 Diperbarui: 20 Juni 2023   23:32 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edit pribadi oleh Nurul Mutiara R.A

Cukup dengan kotak canggih bernama smartphone. Orang Indonesia sudah bisa menikmati semangkuk Tom Yam di bawah langit Chiang Mai, tanpa harus menukarkan Rupiah ke Baht. Sebaliknya, dengan membayar sekian Baht, turis Thailand sudah bisa memiliki gelang Mutiara Khas Labuan Bajo yang sangat cantik. Bukankah ini sebentuk kecanggihan di bidang ekonomi dan keuangan? 

***

Sebuah palu diketuk 3 kali oleh Presiden Joko Widodo menandai dibukanya KTT ASEAN ke-42. Labuan Bajo menggelora, 11 bendera negara berkibar dengan gagahnya. 

Sejumlah tamu-tamu undangan penting datang untuk mencicipi indahnya senja di Pulau Padar sebagai lokasi terselenggaranya event yang mengusung semangat “ASEAN Matters : Epicentrum of Growth” 

Pinisi berwarna putih dengan nama Ayana Lako Di'a berlayar tenang di perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Kapal sepanjang 54 meter itu tengah membawa para pemimpin negara melepas penat setelah seharian berkutat dengan bahasan-bahasan berat di Hotel Meruorah.

"Ini adalah kali pertama kami di Labuan Bajo. Kami sangat senang berada di kapal ini dan melihat sisi yang berbeda dari KTT ASEAN," Kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan istrinya.

Kapal Pinisi yang dinaiki para pemimpin ASEAN dan tamu undangan (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Kapal Pinisi yang dinaiki para pemimpin ASEAN dan tamu undangan (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Pandangan terkesima terbaca begitu nyata tatkala sasando dimainkan di atas pinisi. Jepretan kamera ponsel tak terhindarkan dimainkan oleh para tamu. Demikianlah, suguhan mewah yang Indonesia persembahkan untuk menjamu para pemimpin negara yang mewakili.

Dibalik kemegahan potret yang diperlihatkan melalui lensa kamera, ada tujuan besar yang tengah digarap bersama dalam jangka panjang, yakni menjadikan anggota negara ASEAN lebih kuat, solid dan terintegrasi secara ekonomi, politik hingga budaya. 

Dalam Piagam ASEAN yang ditandatangani pada KTT ke-13, tanggal 20 November 2007 di Singapura, menyatakan bahwa Masyarakat ASEAN ditopang oleh tiga pilar utama.

  • Pilar Politik dan Keamanan, kerjasama yang ditujukan untuk memelihara perdamaian, keamanan dan stabilitas kawasan Asia Tenggara, termasuk menyoal HAM dan demokrasi. 
  • Pilar Sosial Budaya, kerjasama yang berorientasi dan berpusat pada masyarakat untuk memperkuat integrasi ASEAN dan memperkukuh kesadaran, kesetiakawanan, kemitraan dan rasa kebersamaan masyarakat terhadap ASEAN. 
  • Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), berupa kerjasama untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi di kawasan ASEAN secara khusus dan di luar ASEAN secara umum. 

Ketiga pilar tersebut kembali berkobar di Labuan Bajo dalam semangat yang diusung yakni “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, ASEAN sebagai pusat dari pertumbuhan berbagai bidang termasuk ekonomi dan keuangan.

Bicara mengenai ekonomi dan keuangan, Bank Indonesia bekerjasama dengan 4 Bank Sentral negara ASEAN yakni Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT) untuk eksplorasi konektivitas sistem pembayaran berbasis Regional Payment Connectivity (RPC).

Tujuannya, menyatukan ekonomi negara Asia Tenggara melalui pembayaran terintegrasi berbasis fast payment. Wow, bisa bertransaksi di dalam negeri melalui QRIS saja sudah kekinian, apalagi jika bisa digunakan di luar negeri? 

Tantangan dan Peluang Pembayaran Lintas Batas Negara

Setiap adanya kebijakan baru, pasti muncul tantangan dan peluang. Begitu pun dengan realisasi pembayaran lintas batas yang tengah diusahakan oleh negara-negara di ASEAN.

Infografis tantangan dan peluang (Editan Pribadi Nurul Mutiara R.A)
Infografis tantangan dan peluang (Editan Pribadi Nurul Mutiara R.A)
Bagi Bank Indonesia dan juga Bank Sentral negara ASEAN, ada beberapa tantangan yang harus dipahami agar sistem pembayaran lintas negara bisa terwujud dengan sempurna, terlebih ini masih baru. Tantangan tersebut yakni,  

Biaya transfer - Pembayaran lintas batas biasanya akan lebih mahal karena melibatkan biaya penukaran mata uang (yang biasanya kita lakukan di money changer), biaya perantara, dan biaya peraturan. Dengan demikian, tantangannya membuat biaya tersebut menjadi lebih terjangkau. 

Waktu – Pembayaran lintas batas memiliki cakupan wilayah yang lebih luas karena antar negara. Dengan demikian kecepatan waktu adalah poin penting, begitu pun dengan akses internet yang mumpuni. 

Keamanan - Tingkat penipuan dalam pembayaran lintas batas relatif lebih tinggi daripada pembayaran domestik karena telah melewati batas negara. Transaksi dana besar rentan terhadap pencucian uang dan penipuan, sehingga penting bagi lembaga berwenang untuk mengawasi alur pembayaran tersebut. Nah, tantangan Bank Sentral yakni menekan risiko keamanan entah soal peretasan, penipuan atau pencucian uang. 

Standardisasi - Negara yang berbeda cenderung memiliki format regulasi atau aturan yang berbeda terkait pembayaran lintas batas. Meskipun sudah ada fintech berlaku di luar negeri, tapi tetap harus patuh pada aturan negara ia berada. Bank Sentral punya peran membuat standardisasi agar aturan tiap negara seirama.

Likuiditas dana - Sebagian besar pembayaran lintas batas menggunakan pra-pendanaan akun untuk menyelesaikan pembayaran. Oleh sebab itu, penting untuk memastikan kecukupan likuiditas di rekening bank untuk memenuhi kewajiban pembayaran dalam batas waktu tertentu. 

Itu dia beberapa tantangan yang harus dipenuhi oleh Bank Indonesia dan Bank Sentral lainnya dalam merealisasikan sistem pembayaran lintas batas. Lalu bagaimana dengan peluangnya? 

Peluang Besar untuk UMKM dan Dunia Pariwisata

Saat KTT ke-42 berlangsung pada 10-11 Mei 2023 lalu di Labuan Bajo, ada banyak sekali UMKM yang terlibat. Berita baiknya, dari transaksi selama acara berlangsung ada Rp 15 Milyar pergerakan uang yang berasal dari peserta sekaligus delegasi ASEAN Summit ketika berkunjung ke UMKM di Festival Goa Baru Cermin, Labuan Bajo.

Bayangkan, dalam event yang berlangsung selama dua hari saja, potensi ekonomi yang bisa didapatkan bisa begitu besar. Apalagi bila itu diperluas ke seluruh UMKM yang ada di Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 65 juta unit (berdasarkan data BPS 2022). Pembayaran lintas batas berpotensi mendorong UMKM melakukan eksposur dan penetrasi ke pasar global.

Bagi dunia pariwisata juga demikian, kemudahan pembayaran bermodal smartphone bisa lebih memudahkan wisatawan asing yang hendak menginap misal memesan homestay hingga memesan oleh-oleh.

Infografis kunjungan wisatawan Asia Tenggara (Sumber : databoks) 
Infografis kunjungan wisatawan Asia Tenggara (Sumber : databoks) 

Berdasarkan infografis di atas, potensi wisatawan dari negara-negara ASEAN sangatlah besar. Tentu, kondisi semacam ini harus diimbangi dengan sistem pembayaran yang terintegrasi agar transaksi ekonomi lebih sat-set dan menguntungkan. 

Mendorong Inklusivitas Ekonomi

Tak semua orang tersentuh oleh bank. Oleh karena itu pembayaran lintas batas mendorong inklusi keuangan melalui pemberian insentif kepada UMKM untuk mengakses sektor keuangan menggunakan fintech. Di sini, ekosistem fintech hingga jasa keuangan non bank bisa turut berkembang.

Mendorong Pembaruan Teknologi yang lebih Canggih

Adanya Cross Border Payment mengharuskan jaringan internet lebih cepat karena sarana yang digunakan adalah digitalisasi. Dengan demikian, secara tak langsung itu memantik pembaruan teknologi di Indonesia yang lebih baik.

Pada 19 Juni 2023 lalu, satelit Satria 1 milik Indonesia berhasil meluncur di Cape Canaveral, Floria, Amerika Serikat. Peluncuran satelit tersebut diharapkan mampu memperbaiki kualitas internet, termasuk di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). 

Tentu, ini merupakan berita baik karena berpeluang mendukung realisasi sistem pembayaran yang lebih integratif. Selanjutnya, teknologi pendukung lainnya mungkin akan dioptimalkan.

Mengapa Pembayaran Lintas Batas Negara Begitu Penting? 

Di masa depan, tantangan ekonomi antar bangsa bakal lebih besar sehingga kekuatan ekonomi kawasan ASEAN perlu diperkuat. Misalnya mengenai penggunaan mata uang Dollar AS yang saat ini mulai dikurangi melalui De-dolarisasi.

Pada tanggal 14 November 2022, 5 negara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura menyepakati Memorandum of Understanding Advancing Regional Digital Payment Connectivity.

Melalui kesepakatan tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar, euro, yen, dan pound sterling dalam transaksi keuangan dan beralih ke penyelesaian dalam mata uang lokal.

Tak heran, pembayaran lintas batas menjadi hal penting untuk direalisasikan agar proses bertransaksi masyarakat lebih mudah dan terintegrasi. 

Menukil informasi dari Kompas.com, nilai transaksi menggunakan QRIS hingga bulan Maret 2023 mencapai Rp 15,35 triliun dengan volume sekitar 153 juta transaksi.


Selama beberapa tahun terakhir, nilai pembayaran lintas negara di seluruh dunia meningkat dari USD 127,8 triliun pada tahun 2018 menjadi USD 156 triliun pada tahun 2022. Melalui angka tersebut maka bisa dilihat bahwa potensi transaksi lintas batas begitu gurih untuk dilibas, terlebih Indonesia punya UMKM yang begitu besar.

Di luar negeri, keberadaan pembayaran lintas batas bakal memudahkan UMKM lokal (yang berada di luar negeri), pekerja migran, traveler, backpaker, hingga seluruh lapisan masyarakat.

Dari Kopi di Magelang hingga Tom Yum di Chiang Mai, Bayar Pakai Smartphone Aja!   

Kopi Pawon Luwak di Kota Magelang adalah contoh lokal bagaimana QRIS sudah diterapkan ke kedai-kedai kopi maupun warung makan kekinian. Saat hendak membeli kopi bubuk, tinggal bayar melalui smartphone.

QRIS di Pawon Luwak Kopi Magelang (Dokumentasi Pribadi)
QRIS di Pawon Luwak Kopi Magelang (Dokumentasi Pribadi)

Di Kota Pekalongan, beberapa toko sembako bahkan sudah menyediakan kotak akrilik ber-QR Code untuk pembeli yang tak membawa uang kas. Biasanya, pembeli sembako dengan jumlah banyak yang memakainya. Mungkin kalau pakai uang kas, bakal ribet, jadi pilih scan pakai smartphone.

Sumber gambar : Bank Indonesia
Sumber gambar : Bank Indonesia

Mungkin sama halnya saat berada di  Thailand. Menikmati Tom Yum di bawah langit Chiang Mai, asal ada saldo di smartphone, maka tinggal scan dan bayar saja tanpa harus pergi ke money changer terlebih dahulu. Tentu, transaksi menjadi lebih CEMUMUAH (Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Andal).

My dream, semoga suatu saat beneran bisa traveling ke negara ASEAN dan merasakan sendiri membayar oleh-oleh menggunakan smartphone. Tinggal scan, scroll, klik dan bayar. It so easy!

Sumber Referensi : 123, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun