Masih ingat dengan cerita karyawan yang bergaji Rp 80 juta namun pada akhirnya ia keteteran setelah di PHK dari kantornya? Dia yang gajinya sebesar itu saja merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi kita yang biasa-biasa.
Diketahui orang tersebut memiliki hutang yang cukup banyak sehingga gaji Rp 80 juta habis untuk membayar cicilan. Berkaca dari kasus itu, sangat disarankan keluarga menghindari berhutang di waktu seperti sekarang ini, apalagi untuk pembelian barang tersier.
Ditakutkan ketika nekat berhutang, kita mengalami kesulitan saat membayar. Pada akhirnya, keuangan keluarga menjadi sangat down. Imbasnya apa? Psikologis tiap anggota keluarga menjadi terganggu dan memunculkan tindakan blaming atau kemarahan yang tak terkontrol. Ujung-ujungnya, kita mudah menyalahkan pemerintah yang dianggap kurang becus menangani dampak Korona.
4. Melakukan investasi yang menguntungkan
Jangan takut berinvestasi demi masa depan. Saat ini investasi itu banyak macamnya. Ada yang berupa tabungan, reksadana, investasi emas, deposito atau membeli saham. Kita bisa memilih investasi yang dirasa paling aman seperti membeli emas atau menabung. Satu hal pasti ketika melakukan investasi, jangan pernah takut dengan isu-isu keuangan yang beredar.Â
Seperti akhir-akhir ini, banyak orang berspekulasi  dengan menjual saham karena takut harganya merosot. Itu memang hak setiap orang. Namun alangkah baiknya, kita melakukan redeeming produk investasi bukan karena panik, tapi karena membutuhkan. Di sisi keuangan negara, iklim investasi yang stabil mampu mendorong pertumbuhan ekonomi negara.
5. Mendukung kebijakan dan hindari sikap menyalahkanÂ
Pemerintah dan tiap otoritas (KSSK) tengah mengupayakan kestabilan ekonomi melalui paket kebijakan berdasar Perppu No.1 Tahun 2020. Sebagai satuan terkecil dalam masyarakat, tugas keluarga adalah mendukung upaya-upaya baik tersebut. Misalnya dengan menerapkan secara bahagia kebijakan PSBB, Phisical distancing, Work from Home, kebijakan penggunaan non tunai, dan kebijakan lainnya sehingga makroprudensial aman terjaga.
Hindarilah perilaku panik dan menyalahkan dengan menyebarkan rumor-rumor yang bersifat negatif di media sosial. Â Bukankah kita sering menemukan trending-trending di media sosial yang bersifat negatif? Tak disangkal, dalam mengontrol penggunaan media sosial, peran anggota keluarga sangat dibutuhkan.
Baiklah, itu dia beberapa perilaku cerdas yang bisa diterapkan anggota keluarga demi menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Mungkin upaya semacam itu tak terlihat pengaruhnya secara langsung bagi perekonomian, namun, kewarasan masyarakat dan dukungan penuh menjadi kekuatan utama bagi sebuah negara untuk bangkit. Kita satu Indonesia, harus kolaboratif mendukung upaya-upaya yang baik.
Pernah dengar bahwa "Persatuan dan kesatuan" menjadi senjata terampuh mengusir penjajah? Benar, senjata itu pulalah yang kita butuhkan sekarang ini. Dan tentunya, itu bisa kita bentuk dari ranah keluarga.Â