Ketika mencari makna dari keluarga, mungkin jawaban umum yang bisa kita temukan adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Saling bergantung satu sama lain. Yap, kuncinya ada pada kalimat itu. Pada hakikatnya keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anggota keluarga---Â utamanya anak-anak--- untuk tumbuh dan berkembang. Tak heran berbagai tindakan mereka bermula dari habits atau kebiasaan yang keluarga tularkan.
Saat ini total penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 267 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang demikian besar tentu saja akan terbagi menjadi puluhan juta kepala keluarga.
Asumsinya, apabila tiap keluarga mampu berperilaku cerdas dan menularkan kebiasaan baik, itu berpengaruh pada kestabilan emosi yang terbentuk di masyarakat. Secara tidak langsung kestabilan emosi itu mendukung kelancaran aktivitas ekonomi negeri. Nah, berikut merupakan perilaku cerdas yang bisa diterapkan dalam keluarga.
1. Menjaga kewarasan dengan memilah berita.
Adanya kondisi seperti sekarang ini, berita valid dan netral sangat dibutuhkan. Sebab, informasi sangat berpengaruh pada keputusan-keputusan yang bisa diambil oleh individu. Seperti bapak yang menerima sebaran informasi via WA, itu mempengaruhi perspektif dan tindakan yang bisa beliau lakukan. Demi menjaga kewarasan dari berita-berita hoaks, sudah saatnya memilah tontonan dan bacaan.
Berita hoaks bisa saja didapatkan bapak, ibu, adik, nenek, kakak atau bahkan dirimu sendiri. Saling berdiskusi dan bertukar literasi mengenai pencegahan hoaks perlu dilakukan. Kita bisa memulainya dengan perbincangan ringan ketika sedang berkumpul bersama keluarga. Jangan lupa, modali dulu dengan banyak referensi sehingga tidak terjadi perdebatan. Tak lupa, sampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti.
2. Jangan sungkan membantu orang lain
Beberapa waktu lalu saat membuka instagram, saya menemukan teman-teman kompasianer Jogja berinisiatif mendukung UMKM lewat "Donasi Posting". Jadi mereka membantu mempromosikan produk-produk UMKM lewat media sosial masing-masing dan itu sifatnya sukarela. Tindakan ini simpel sebenarnya, tapi cukup membantu beberapa UMKM terdampak Korona, sebab kita tahu UMKM termasuk sektor yang mengalami kerugian akibat hadirnya virus tersebut.
Kita juga bisa mengarahkan keluarga untuk membeli produk-produk UMKM di lingkungan kita. Minimal, membeli di warung-warung kecil juga baik untuk menumbuhkan solidaritas menjaga ekonomi masyarakat menengah kebawah. Seperti apapun, keputusan membeli sebuah produk bergantung dari kesepakatan anggota keluarga, bukan?
3. Hindari berhutang