Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Diary

PKL Story 3: Bayi Lapar, Ibu Acuh, dan Ayah yang Bingung

30 Desember 2024   11:57 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (Sumber: Meta Ai)

Mereka bergegas keluar ruangan dan menyusuri lorong rumah sakit yang hening. Tia dan Dinda berusaha mencari pria yang mereka tahu adalah suami dari ibu tersebut. Setelah beberapa langkah, Dinda menangkap siluet seseorang yang tampak familiar di ujung lorong. Tanpa berpikir panjang, Dinda berjalan cepat menghampirinya.

"Excuse me, Sir, I think your baby is hungry. Could you please get some milk for her?" tanya Tia dengan sopan di tengah suasana hatinya yang teramat jengkel karena interaksinya dengan ibu si bayi.

"Where can I buy the milk?" tanya pria itu.

"In the hospital pharmacy," jawab Tia, memberikan arahan dengan penuh perhatian.

Pria itu mengangguk singkat dan segera bergegas menuju apotek rumah sakit untuk membeli susu formula. Tia dan Dinda kembali ke ruang rawat inap, membawa bayi itu keluar untuk menenangkannya.

Tia dan Dinda akhirnya memutuskan untuk membawa bayi Afghanistan itu keluar dari ruangan ibunya dan membawanya bersama mereka untuk menunggu kedatangan ayahnya yang sedang membeli susu.

"Tega banget ya, Din, ibunya. Masa dia nggak mau nyusuin anaknya?" kata Tia, menyayangkan sikap sang ibu.

"Iya, padahal anak kan anugerah," jawab Dinda, setuju dengan pendapat Tia.

"Kamu tuh lucu banget loh, mau jadi anak aku aja nggak?" kata Tia kepada bayi yang sedang digendong Dinda.

"Hush! Hahaha," jawab Dinda sambil tertawa.

"Udah, ibunya nggak mau nyusuin, bapaknya juga lama banget lagi belinya," kata Tia dengan nada jenuh, setelah menyadari bahwa suami pasien sudah lama meninggalkan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun