Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Last Part: Kisah Sebuah Pohon Cabai

12 Juni 2024   21:40 Diperbarui: 12 Juni 2024   21:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui Canva

Seminggu berlalu, kondisi Lisa tidak kunjung membaik. Anehnya, Lisa hanya akan mengalami demam ketika berada di kost. Saat di luar kost, Lisa tidak merasakan gejala apapun bahkan semuanya terasa normal. Tetapi, pada saat kembali ke kamar, suhu badan Lisa akan kembali tinggi dan wajahnya pun memucat.

"Makan malem dulu yuk Lis," ajak Yara. Lisa hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Ra," panggil Lisa.

"Oit," sahut Yara disela-sela kegiatan mengunyahnya.

"Aku capek sakit terus, apa aku ada salah ya,"

"Hah? Salah apaan,"

"Kayaknya penghuni kamar ini nggak suka deh sama aku," kata Lisa sedih.

"Wat de hel!! Yang bener aja, emang kamu ngapain? Kamu tuh sakit gara-gara keseringan minum es," cerocos Yara. Lisa tidak menjawab lagi, karena memang akhir-akhir ini dia sering membeli es krim favoritnya.

"Lisa!" panggil Kalsim.

"Aya naon ihh, untung udah selesai makan, nanti anak orang keselek tau," kesal Yara.

"Maaf tadi buru-buru, Sori banget ya. Ini kakak aku abis nerawang, katanya dia liat anak kamar kita nendang tumbuhan, jadi sekarang dia lagi ditempelin sama salah satu penunggu kamar ini," jelas Kalsim

"Tumbuhan apa? Aku yang nendang? Ra, aku nggak pernah nendang apa-apa kok," Lisa menoleh ke Yara dengan panik. Air mata Lisa mengalir tanpa bisa ditahan lagi.

"Jangan nangis Lis! Kakak aku cuman nanya, soalnya dia liat penghuni kamar kita lagi marah," sahut Kalsim.

Sebagian besar anak kampus kami memang sudah mengetahui fakta besar kalau kakak perempuan Kalsim mempunyai keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tak jarang Kalsim diberitahu tentang keadaan kost putri dari kakaknya. Padahal, kakaknya itu tinggal jauh dari kost, tepatnya di pulau Sumatera.

"Oh! Apa pohon cabe depan kamar ya Lis? Kan kamu yang cabut," terka Yara.

"Terus dia marah ke aku sampe demam tiap sore gini," lanjut Lisa. Tangis Lisa makin menjadi-jadi. Kalsim kembali menceritakan kejadian pohon cabe kepada kakaknya lewat telpon.

"Kakak aku bilang, pohon cabe depan kamar itu udah jadi mainan anak kecil penghuni kamar ini. Pas kamu cabut pohonnya, anak kecil itu nggak kenapa-napa, tapi yang besar nggak terima. Dia itu pemarah, dia nggak suka di usik," jelas Kalsim panjang kali lebar.

"Yang besar itu sosoknya gimana, Kal?" tanya Yara penasaran.

"Hitam, tinggi, besar, dia juga..." Kalsim terlihat ragu untuk meneruskan kalimatnya.

"Apa?"

"Dia ada di ranjang bawah Yara, lidahnya menjulur ke bawah, tampangnya juga serem banget kalo diceritain, kakak aku nggak mau kasih tau lagi,"

"Aku minta maaf banget yaa, aku nggak tau kalo pohon itu punya kalian," ucap Lisa sambil sesegukan.

"Aku cuma nurut apa kata kating," lanjutnya.

"Nggak usah nangis Lis, nanti kakak aku bantu juga dari sana, makhluk itu lagi liat kita sekarang."

"Aduh, auto nggak bisa tidur deh ini." Celetuk Yara.

Mereka bertiga pun sibuk meminta maaf kepada penghuni kost yang tak terlihat itu. Mereka kembali ke kamar dalam, Yara dan Lisa tidur di ranjang tingkat atas, Kalsim berada di ranjang bawah Lisa sedangkan ranjang bawah Yara kosong. Yara, Lisa, dan Kalsim berusaha keras agar cepat tertidur di tengah rasa takut yang melanda.

Beberapa menit setelahnya, mereka bertiga tertidur pulas. Malam ini, semua lampu dinyalakan, tidak seperti malam sebelumnya yang selalu dimatikan. Pada pukul 3 dini hari, Yara terbangun, ia mendengar suara isak tangis seorang perempuan.

"Apa si Lisa ya nangis? Lanjut tidur aja deh," ucap Yara dalam hati.

Berbagai macam posisi sudah Yara lakukan, tapi ia tetap terjaga. Yara teringat dengan makhluk halus yang berada di bawah ranjangnya. Ia meraih tasbih dan mulai melantunkan zikir yang dia ingat. Setelah itu, ia kembali terlelap.

Sejak kejadian itu, kisah misterius pohon cabe di depan kamar kost itu semakin tersebar luas. Cerita ini menjadi peringatan bagi semua orang untuk berhati-hati terhadap segala sesuatu. Meskipun tampak tidak berbahaya, tetapi kadang-kadang, bahaya bisa muncul dari tempat yang paling tidak terduga.

"Ra, kayaknya penghuni kamar ini udah maafin aku deh," ucap Lisa tiba-tiba.

"Iya kah? Bagus deh, tau dari mana emang?" Yara bingung.

"Dua hari ini aku ngerasa sehat banget," adu Lisa senang.

"Yeayy, bisa minum teh poci lagi deh," ujar Yara senang, awalnya ia ingin memberitahu Lisa suara yang ia dengar, tapi ia memutuskan untuk menyimpannya untuk dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun