Sejenak, tak ada di antara kami yang berbicara.
Aku tengah menikmati pemandangan di hadapanku. Anggun tersenyum malu ke arahku. Jantung ini berdebar lebih kencang dari biasanya. Kuraih tangannya dan menggenggamnya erat.
"Dek ... seperti isi pesan yang telah kakak kirim ke Adek. Perasaan kakak ke Adek sungguh. Bukan hanya sekadar kata yang ditujukan lelaki pada biasanya. Ini masalah hati yang tidak bisa dijadikan ajang untuk menyakiti perasaan wanita, kakak tulus menyayangimu." Keringat dingin membasahi membasahi tanganku.
"Kakak sayang sama kamu," kataku kemudian. Genggaman semakin kueratkan di lengannya. Kutatap wajahnya.
Tetesan air jatuh dari kelopak matanya, mengenai lengan kami yang saling menggenggam.
"Kak Radit ... A-a-aku juga sayang sama Kakak," balasnya dan tetesan air itu jatuh kembali.
Hujan bahagia turun di siang hari kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H