[Udah makan malam, Dek?]
[Udah, Kak Dit. Kakak udah makan?]
[Udah, Sayang.]
Semenit. Dua menit. Hingga lima menit kemudian, tak kunjung balasan darinya kuterima, padahal dua centeng sudah berwarna biru pertanda pesan sudah dibaca.
Khawatir ia marah dan menjauh dariku, akhirnya mengirim pesan kembali
[Maaf, Dek, kakak udah lancang.]
Rasa sesal muncul di dalam hati.
Keesokan harinya, aku tak mendapatkan balasan apapun darinya. Dia benar-benar marah ternyata. Tak menyerah begitu saja, kembali kukirim chat kepadanya.
[Dek, besok ada waktu luang, gak?]
[Dek, besok kita ketemu di kafe dekat taman kota, ya. Sekitar jam dua siang.]
[Kakak mau ngomong sesuatu ke Adek]