Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Shadow

9 Januari 2016   21:19 Diperbarui: 9 Januari 2016   22:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku adalah seorang gadis perempuan bernama Quita. Umurku 16 tahun, aku adalah anak kedua dari 3 bersaudara.

Aku bisa dibilang anak yang cantik,ramah dan lucu…

Rambutku hitam legam..

Mataku hitam kecoklatan…

Kulit tubuhku putih langsat..

Itulah yang aku lihat ketika diriku berdiri didepan cermin.

Cermin! Yap, aku sangat  menyukai cermin.

Dan..

Aku sangat benci kegelapan.

Aku  mempunyai sahabat bernama Queena. Dia aku anggap seperti keluargaku. Dia selalu ada kapanpun dan dimanapun saat aku membutuhkannya. Aku berbincang  bersamanya setiap hari. Bahkan, bisa dikatakan aku lebih membuka diriku kepada Queena di banding dengan ayah ibu dan saudara-saudaraku.

Ayah, ibu dan adik serta kakakku sudah sangat mengenal Queena. Bahkan, Queena seringkali kupinta untuk tidur bersama di rumahku. Walaupun terkadang Queena seringkali menyebalkan, meninggalkanku di malam hari tapi aku sangat merasa sedih jika jauh darinya,apalagi untuk lama tidak jumpa dengannya.

Setiap hari aku bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapanku dan berangkat kesekolah. Ibu seringkali bangun lebih siang karna adikku masuk sekolah  lebih siang dari jam masuk sekolahku.  Kakakku sudah menikah dan tidak tinggal serumah denganku.

Ibuku terlihat lebih menyayangi kakak dan adikku. Walaupun pada saat ini kakakku sudah menikah dan adikku sudah beranjak besar, aku tetap  merasa demikian.

Ayahku sibuk bekerja setiap hari, mencari uang untuk keluargaku. Ibu adalah orang yang tidak mau kekurangan uang.

 Ibu yang mengatur segala kebutuhan rumah, dari makan sehari-hari, membayar supir dan pembantu rumah tangga, serta membayar listrik.

Karena keteguhan ayah untuk bekerja setiap hari dan mencari uang demi  kebutuhan rumah tangga, justru ia lupa bahwa anak-anaknya butuh kasih sayangnya. Apalagi aku, aku merasa sangat butuh kasih sayang olehnya.

Bahkan parahnya..

Aku hanya bisa berbincang dengan ayah melalui telepon, atau media chatting lainnya. Karena ia selalu pulang larut malam dan siap untuk berangkat kerja di pagi buta. Hingga aku tak tega untuk mengganggunya. Karena aku tahu, Jakarta tidak bebas dari macet.

Tak jarang juga, ia hanya membaca pesan dariku dan tidak dibalas. Entah apa yang ada dipikirannya tentang diriku.

 Tapi  aku sangat menyayangi ayah dan ingin mendapat perhatian darinya. Mungkin ayah berpikir aku tidak merasa kesepian karna ada ibu, adikku, dan Queena dirumah. Jadi ayah sama sekali tidak mengkhawatirkanku.

Namun… Yasudahlah…

Secuek apapun ayah dan  ibuku kepadaku aku tetap sangat mencintai mereka. Rasa khawatir  yang kurasa juga tetap ada dan tak akan pernah bisa hilang. Begitu pula dengan kakak dan adikku. Aku juga menyayangi mereka.

Walaupun aku merasa kurang perhatian dari keluargaku, aku adalah anak yang berprestasi dan aktif di sekolah. Aku selalu mendapat ranking satu di kelas. Namaku cukup di kenal di sekolah. Baik teman sekolahku serta guru-guruku.

Aku bukan anak yang pandai bergaul dengan orang baru. Aku juga tidak merasa dekat dengan teman-temanku. Aku tidak bisa menaruh kepercayaanku kepada mereka. Hanya Queena yang bisa kupercaya, sepenuhnya.

 

Akupun terkadang merasa aneh, teman-teman seringkali mengejekku.

Ada yang bilang aku aneh..

Ada juga yang mengejekku gila..

Ada yang mengejekku sok pintar..

 Tapi, Aku mengerti mengapa mereka mengejekku. Aku tahu, mereka iri denganku karna banyak sekali guru yang menaruh perhatian lebih kepadaku, mereka juga iri karna nilai yang mereka dapat tidak sebagus  nilai yang aku dapat. Namun, aku tak ambil pusing. Aku sudah biasa dengan keadaan seperti ini. Yang ada dipikiranku, aku harus mendapat nilai yang bagus agar dapat membanggakan kedua orang tuaku. Aku hanya menjalankan tanggung jawabku sebagai pelajar.

Queena selalu menemaniku di sekolah. Hanya ia yang mengerti berbagai keadaan yang aku alami. Baik itu di sekolah, maupun dirumah. Queena selalu memberiku nasihat. Ia selalu bilang aku harus tetap sabar dengan keadaan ini, karna aku tidak pernah membuat kesalahan. Apa yang teman-temanku perbuat itu hanyalah rasa iri mereka kepadaku.

Sebenarnya, aku mempunyai sifat temperamental. Queena selalu mengingatkanku agar aku tidak gampang marah. Ia selalu menghiburku, dan membuatku tertawa. Hanya ia yang dapat menghilangkan rasa kebencianku terhadap teman teman di sekolah.

Dan hanya Queena yang tahu tentang perasaanku terhadap lelaki yang aku idam-idamkan di sekolah. Lelaki itu bernama Kiyosha.

Lelaki yang cerdas..

Tampan..

Benar benar rupawan..

Queena tahu tentang rasa kekagumanku yang amat sangat terhadap  Kiyosha. Aku percaya Queena tidak akan membocorkan rahasiaku kepada teman-teman. Tapi aku sadari, ia tidak akan mau menjalin cinta denganku karna tahu teman-teman di kelas seringkali mengejekku dan membicarakanku. Aku hanya mengaguminya dari jauh.

Memang tak bisa ku bohongi perasaanku, aku sangat merasa kesal dengan teman-temanku. Aku selalu berbuat baik kepada mereka, bahkan ketika ujian mereka memintaku untuk mencatat sebagian jawabanku untuk mereka. Dan aku selalu memberikan sebagian jawabanku untuk mereka, walaupun aku merasa tidak adil. Mereka dengan mudahnya mendapat jawaban, tapi aku yang susah payah belajar hingga larut malam.

Lagi dan lagi..

Queena selalu memberikanku semangat dan mengatakan bahwa aku harus selalu sabar. Tidak perlu marah kepada mereka. ketika aku memberikan sebagian jawabanku kepada mereka, bukan maksudku untuk di anggap pahlawan untuk mereka. Tapi hanya mau berbuat baik kepada mereka. Hanya itu saja. Tapi kebaikanku tidak  pernah mereka hargai. Selepas ujian, mereka tetap mengejekku.

Pagi yang cerah ini, aku dibangunkan oleh Queena

“Sudah pagi Quita! Ayo bangun! Kamu mau terlambat sampai sekolah?” teriak Queena setengah marah.

Aku pun terkejut bangun dan segera melihat jam dinding.

“Oh Astaga! Ini jam 06.35!”

Aku lekas bangun, mandi secepat mungkin, dan melupakan sarapanku pagi ini.

“Ini semua salahmu, kenapa kamu tidur di larut malam! Pokoknya, aku tak mau hal seperti ini terulang lagi.” Marah Queena kepadaku.

Queena selalu membangunkankan ku jika aku kesiangan. Karna ibu tidak pernah membangunkan, ia menganggap ada Queena yang akan membantu membangunkan ku  jika aku bangun kesiangan.

Sesampainya aku disekolah, aku terlambat 15 menit. Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Ketika aku buka pintu kelas semua mata tertuju kepadaku, termasuk guru yang sedang mengajar didepan kelas. Sebelum guru mulai memarahiku, aku segera mengucap..

“Selamat pagi pak. Maaf saya terlambat datang. Saya tidak akan mengulanginya lagi.” Ucapku sambil menunduk.

“Apapun alasanmu, saya tidak mau hal ini terulang kembali. Temanmu si Queena juga terlambat? Katakan padanya bahwa lain waktu dia harus bangunkan dirimu lebih awal!” jawabnya tegas.

“Iya pak, saya mengerti dan akan katakan padanya.”

 Aku pun segera duduk,dan melihat teman-temanku tertawa kecil.

...

Bel pun berbunyi, tanda istirahat. Aku langsung pergi ke kantin bersama Queena.  Aku sangat merasa lapar  karena aku melewatkan sarapanku pagi tadi.

“Bu, Mie ayam dua ya!” ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah menandakan angka dua.

“Kamu memesan dua lagi?” Tanya ibu penjual mie ayam  sambil mengangkat mie yang telah ia rebus.

 “Iya bu saya pesan dua.” Jawabku yakin.

Ibu penjual mie ayam menggelengkan kepalanya tanda tak yakin.

 Tak lama, mie ayam pesananku datang, aku segera memakan lahap mie ayam tersebut. Queena pun juga terlihat semangat untuk menyantap.

Selesai makan, aku segera masuk ke kelas dan siap untuk melanjutkan pelajaran dengan perut kenyang

….

Jam sudah menunjukkan angka 14.00. Waktunya pulang. Akupun pulang bersama Queena. Rasa bosan hinggap dibenakku.

“Queena, bagaimana kalau kita mampir ke taman belakang perumahan? Aku bosan dirumah, malas rasanya untuk langsung pulang.” Tanyaku sambil menendang kerikil kerikil.

“Boleh boleh, sepertinya asyik. Sudah lama juga kita ga mampir ke taman itu.” Angguknya semangat.

Akhirnya aku dan Queena meluangkan waktu sebentar untuk mampir ketaman belakang perumahan.

“Wah enak nih sepi. Ga enak kalo taman indah seperti ini terlalu didatangi banyak orang. Tak tahan melihat sampah berserakan dimana-mana.” Ucapku sambil melihat keadaan sekitar.

“iya benar, lebih indah jika taman ini hanya dikunjungi beberapa orang.” Jawabnya sambil melihat ke arah seorang laki-laki yang sedang bermain dengan anak perempuanya.

Queena pun langsung berlari ke arah ayunan dan akupun mengikutinya.

Tak lama, seorang anak perempuan cantik dan mungil  yang       sedang bermain dengan ayahnya mendatangiku dan berkata kepadaku,

“kakak, baru pulang sekolah ya?” Tanyanya lucu sambil memegang bunga lili putih.

 “iya adik cantik, kamu datang kesini bersama ayahmu ya?” tanyaku ramah.

“iya kak aku datang bersama ayah. Kakak datang bersama siapa? Ayuk main bersamaku dan ayah kak!” ajaknya semangat sambil berusaha mengambil tanganku.

Akupun mengambil tangannya dengan halus dan menjawab,

“Adik cantik.. aku kesini bersama temanku namanya Queena. Adik main aja ya sama ayah. Aku dan Queena akan melihatmu bermain dari jauh.”

Anak perempuan yang mungil itu pun segera berlari ke arah ayahnya tanpa menjawab perkataanku sedikitpun.

Aku melihat dari kejauhan anak perempuan yang tadi mendatangiku menunjuk ke arahku, terlihat seperti ia mengatakan sesuatu kepada ayahnya. Lalu ia pun meninggalkan taman bersama ayahnya.

Tak heran sih, hari mulai sore dan langit terlihat mendung tanda seperti akan turunnya hujan.

Aku dan Queena duduk di bawah pohon sambil menikmati angin sore yang akan berganti hujan.

“Wah sudah mau hujan. Pasti langit akan gelap.” Kata Queena sambil menatap langit.

“Iyaa.. langit akan gelap. Kamu ga akan pulang kan? Kamu tetap akan bersamaku dan ikut puulang kerumah kan?”  jawabku cemas.

“Aku akan tetap pulang bersama kamu kok. Yaudah yuk  kita pulang, nanti  keburu hujan turun.”  Kata Queena sambil beranjak  bangun.

Sesampainya dirumah, hujan turun sangat deras.

Petir berkecamuk di langit yang gelap.

Aku sangat benci  kegelapan.

Aku segera menyalakan lampu kamarku.

Aku dan Queena pun beristirahat dikamar sambil memutar lagu kesukaanku.

…..

Aku tak sadar..

Aku membuka mataku..

Aku tak melihat sedikitpun secercah cahaya..

Aku segera bangun  dan menyalakan lampu kamarku.

“IBUUUUUUUUUU!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku kaget disertai marah.

Ibu datang dan membuka pintu kamarku dengan wajah tak bersalah.

“Kenapa lagi? Kamu kebiasaan banget ya  teriak teriak cuma karena takut gelap.” Jawab ibu dengan nada santai.

“Kan aku sudah bilang berkali kali sama ibu, jangan di matiin dong bu  lampu kamarku. Aku benar benar ga suka sama kegelapan.” Kataku sambil memurungkan wajah.

Ibu langsung meninggalkan kamarku dan menghiraukan perkataanku.

Aku segera keluar dari kamar dan menuju ke ruang tengah.

“Bu, Queena mana? Pulang ya dia? Kebiasaan banget sih dia pulang ga izin sama aku!” kataku marahh.

 

“kenapa sih kamu ga mau minum obat lagi?” jawab ibu, yang melenceng dari perkataanku tadi.

“obat apa sih bu? Aku kan ga sakit bu! Aku dah bilang berulang kali sama ibu, kalo tidak ada hal yang terjadi kepadaku!” teriakku.

“kamu tuh ya ngaco banget dibilangin. Kenapa sih kamu ga mau  minum obat lagi? Cuma minum obat aja susah banget.” Kata ibu kesal.

“ga ada penyebab lain kenapa aku ga mau minum obat. Penyebabnya cuma satu, karena aku ga kenapa napa. Aku normal, aku pintar, aku ga gila bu!” Jawabku lantang.

“iya memang.. kamu ga gila. Kamu pintar. Ibu  akuin kepintaran dan keteguhan kamu dalam belajar. Tapi sampe kapan kamu mau kaya gini terus Quita?” Tanya ibu tenang, sambil mengelus punggungku.

“sampe kapan apanya sih bu? Aku ga kenapa napa. Sampe kapan apanya? Emang aku gila? Aku ga gila bu! Kalo aku gila  aku ga akan bisa ngerti pelajaran di sekolah. Aku ga akan ngerti apa yang  ibu kasih tau sama aku. Kalo aku gila aku udah masuk Rumah Sakit Jiwa bu!” jawabku kesal.

“sampe kapan kamu begini terus? Sampe  kapan kamu ga punya temen di sekolah? Kenapa kamu ga mau bergaul dengan temanmu disekolah? Kamu selalu menyendiri. Kamu ga percaya dengan orang disekitarmu.” Jawab ibu sambil menatapku.

“jelas aku ga mau punya teman di kelas. Mereka menyebalkan bu! Siapa bilang aku ga punya teman? Siapa bilang aku kemana mana sendiri dan selalu menyendiri? Ibu  salah! Ibu kan tau siapa teman dekatku, sahabatku, satu satunya teman yang aku percaya!” kataku sambil  berpaling dari wajahnya.

“Queena? Dia lagi dia lagi! Terserah kamu lah kalo kamu ga mau minum obat. Gimana kamu mau sembuh kalo ga rutin minum obat. Sebaiknya kamu renungkan tentang sahabatmu itu.” Jawab ibu.

Aku pun segera meninggalkan ibu tanpa menjawab perkataanya lagi.

Sudah malas rasanya membahas hal yang sama terus menerus. Itu itu saja yang dibahas sampai aku bosan! Ibu tidak pernah sadar  kalo aku tidak gila dan tidak membutuhkan obat aneh itu.

Aku pun segera mandi.. Aku tidak sempat mandi ketika pulang dari taman belakang perumahan tadi.

Setelah mandi, aku segera tidur dan melupakan perbincangan ku bersama ibu yang tidak penting itu.

…..

“Teeettt…. Teeetttt… Teeeettt….” Suara alarm membangunkan pagiku.

Aku lupa mematikan alarm ku tadi malam. Ini adalah hari Sabtu.

“Haahhhh.. harusnya aku bisa bangun lebih siang di hari libur ku ini.” Teriakku dalam hati.

Karna sudah telanjur bangun dari tidur, aku selalu tidak bisa untuk langsung tidur kembali.

Aku membuka jendela kamarku..

Segarnya menghirup udara pagi ini..

Aku melihat burung burung kecil hinggap diranting pohon dan menatap kearahku..

Aku mendengar kicauannya..

Seolah dia tau apa  yang aku rasakan dan aku pikirkan saat ini..

Aku terdiam..

Tiba tiba terlintas tentang Queena di pikiranku..

Aku merenung..

Aku memikirkan sesuatu yang aku sendiripun tak mengetahui apa yang menyebabkan aku memikirkannya..

“Sebaiknya kamu renungkan tentang sahabatmu itu”…. Terulang berkali kali perkataan ibu di pikiranku.

Apa sih yang sebenarnya terjadi? Aku kan ga kenapa napa.

Aku sama sekali tidak merasa aneh pada diriku.. aku tidak merasa bahwa aku gila.  aku tidak mempunyai teman dikelas itu karna mereka iri kepadaku. Aku pintar dan selalu dapat nilai bagus. Tapi tidak dengan mereka.

Namun apa yang aneh? Apa yang menyebabkan aku harus  minum obat yang aku sendiri pun tak tau untuk apa aku meminum obat itu? Untuk menyembuhkan apa?

 

Queena? Apa yang salah dengan dia? Ayah, ibu, kakak, adik, semua teman sekolah dan guruku mengenalnya.  Namun, apa sih yang salah? Queena adalah anak yang baik!  Dia tidak pernah membuat onar. Dia  tidak pernah membuat masalah. Justru dia yang memberiku berbagai macam nasihat jika aku mengalami masalah. Apa sih yang membuat mereka semua merasa aku aneh?

Queena itu nyata! Bagiku..

Iya dia  nyata. Sangat nyata.

Tapi mengapa  seolah ibu ragu dengan  kehadirannya?

Begitu juga dengan orang yang ada disekitarku..

Teman sekolah dan guruku..

Termasuk anak perepmpuan cantik yang aku temui di taman belakang perumahan kemarin…

Mereka kenal dan mengetahui Queena selama ini.

Apa mereka hanya berpura pura ‘kenal’ ?

Apa ini yang menyebabkan teman di sekolahku  tidak mau  berteman denganku dan selalu mengejekku aneh dan gila?

Apa  ini yang menyebabkan aku sangat benci kegelapan?

Apa  ini yang menyebabkan Queena selalu meninggalkanku dikala gelap  mendatangiku?

Aaaah! Tidak mungkin! Queena itu nyata! Aku berbincang dengannya setiap hari, jadi tidak mungkin jika  dia… Tidak nyata.

Jika dia tidak nyata, mengapa dia sungguh mengerti perasaanku dan selalu mensahatiku?

Apa dia hanya sebuah...

……

Bayanganku saja?

……

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun