Lelaki yang cerdas..
Tampan..
Benar benar rupawan..
Queena tahu tentang rasa kekagumanku yang amat sangat terhadap Kiyosha. Aku percaya Queena tidak akan membocorkan rahasiaku kepada teman-teman. Tapi aku sadari, ia tidak akan mau menjalin cinta denganku karna tahu teman-teman di kelas seringkali mengejekku dan membicarakanku. Aku hanya mengaguminya dari jauh.
Memang tak bisa ku bohongi perasaanku, aku sangat merasa kesal dengan teman-temanku. Aku selalu berbuat baik kepada mereka, bahkan ketika ujian mereka memintaku untuk mencatat sebagian jawabanku untuk mereka. Dan aku selalu memberikan sebagian jawabanku untuk mereka, walaupun aku merasa tidak adil. Mereka dengan mudahnya mendapat jawaban, tapi aku yang susah payah belajar hingga larut malam.
Lagi dan lagi..
Queena selalu memberikanku semangat dan mengatakan bahwa aku harus selalu sabar. Tidak perlu marah kepada mereka. ketika aku memberikan sebagian jawabanku kepada mereka, bukan maksudku untuk di anggap pahlawan untuk mereka. Tapi hanya mau berbuat baik kepada mereka. Hanya itu saja. Tapi kebaikanku tidak pernah mereka hargai. Selepas ujian, mereka tetap mengejekku.
Pagi yang cerah ini, aku dibangunkan oleh Queena
“Sudah pagi Quita! Ayo bangun! Kamu mau terlambat sampai sekolah?” teriak Queena setengah marah.
Aku pun terkejut bangun dan segera melihat jam dinding.
“Oh Astaga! Ini jam 06.35!”