"Kamu keguguran." Pukulan telak kembali melanda. Bahkan dirinya tidak menyadari ada kehidupan di rahimnya, pada akhirnya dia juga kehilangan buah cintanya. Fang Hua semakin terguncang karena mengalami kehilangan bertubi-tubi disebabkan oleh dirinya sendiri.
Fang Hua mengurus perlengkapan dokumen kematian Akimaru. Sebagai lelaki sebatang kara, semuanya tampak mudah bagi Fang Hua dalam mengatur urusan terkait kremasi kekasihnya. Sebagian abu Akimaru perempuan itu taburkan di lautan, sedangkan sisanya dibawa pulang bersamanya. Bagai orang kehilangan akal sehat, perempuan itu meracik parfum sedap malam dengan mencampurkan abu lelaki itu ke dalam larutan wewangian yang dia buat. Kemudian setiap malam selasa dan jum'at, dia menyemprotkan parfum itu sebelum tidur ke tubuhnya selepas merendamkan diri di bak mandi bertaburan bunga sedap malam yang dia petik, untuk mengenangnya. Bagi Fang Hua, aroma spesial yang diraciknya membuat perempuan itu merasakan kehadiran Akimaru bersamanya.
***
Fajira membekap mulutnya bercucuran air mata. Semuanya menjadi masuk akal, ternyata sosok lelaki yang menemuinya adalah kekasih tante. Sosok itu melihat dirinya sebagai cerminan tante semasa muda dulu. Selama ini dirinya merasa bersalah mengingat Fang Hua, belum pernah sekalipun menikah dalam hidupnya. Selama ini Fang Hua terlampau menyayanginya, sehingga lebih memilih mengurusnya saja. Fang Hua menanggung beban itu seorang diri tanpa membagi kisahnya pada siapapun. Ternyata tante tercintanya melajang demi memenuhi sumpahnya agar tetap terikat dengan kekasih hati. Kematian lelaki itu pada bulan tujuh tanggal tiga belas, bertepatan dengan kepergian Fang Hua.
"Tante sudah gila!" ratapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H