Mohon tunggu...
Mutiara Fahira
Mutiara Fahira Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya seorang gadis pengarang.

Nona Capricorn, sang penyihir misterius.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Yang Tersayang, Carmen Brecht

18 Maret 2024   23:44 Diperbarui: 24 Maret 2024   23:31 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyum pahit terukir di bibir Perempuan itu, sorotnya menatap mata biru itu hampa, "Aku sudah menikah will, maaf."

~~~

Arne gelisah dan amarah membuncah menguasi diri. Asisten pribadinya melaporkan hal tak terduga dan mengejutkan tentang sang istri, Carmen. 

Akhir-akhir ini dia sering mendapati Carmen pulang larut malam dan mengacuhkan dirinya ketika ditanya. Ternyata semua itu terjawab. Arne membenci perilaku perempuan itu, terlebih dia bermain dibelakangnya.

"Ada apa denganmu, sejak kapan kau peduli dengan apa yang kulakukan?" Carmen tidak terima saat Arne memaksanya mengundurkan diri dari Militare Hospital.

"Kau itu perempuan, lebih baik melayani suami daripada mengurusi orang lain. Lagipula, kau pikir aku tidak tahu kalau kau selingkuh dengan Perwira? Dan apa itu, kau juga membangun klinik rahasia untuk kaum pribumi bodoh itu?" cibir Arne memandang Carmen rendah. "Kau benar-benar dalam masalah, Carmen."

Perempuan itu menatap Suaminya tidak percaya. Dibalasnya tuduhan dan ucapan kasar itu, "Aku tidak pernah berselingkuh, kaulah yang melakukannya! Entah siapa yang memberitahumu omong kosong ini, terlebih aku membantu pribumi? Memangnya apa yang salah ketika aku menolong kaumku? Beraninya kau mengatakan itu padaku seolah dirimu yang paling benar?!"

Arne gelap mata sehingga tidak dapat menahan diri untuk menampar wajah Carmen kencang, perempuan itu terhuyung hampir terjatuh. Sejenak Arne tertegun. Pipi istrinya memerah, tatapan tajam penuh kebencian ditujukan untuknya. Carmen segera berlari keluar rumah meninggalkannya.

Pria itu menyesali seketika, diluar sedang ada gencatan senjata antara faksi Djepang dan Netherland, seharusnya itulah yang dia sampaikan pada perempuan itu. 

Seharusnya yang dia lakukan saat ini adalah melindungi bukan malah menyakitinya. Semua menjadi kacau karena rumor sialan itu, kali ini dia merasa sungguh keterlaluan karena mementingkan ego. Secepat mungkin dia menyusul istrinya keluar rumah.

"Dengar, kau harus pergi ke Netherland secepatnya. Situasi Hindia Belanda tidak aman, tetaplah bersembunyi. Jangan biarkan mereka mengetahui keberadaanmu,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun