Mohon tunggu...
Mutiara Fahira
Mutiara Fahira Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya seorang gadis pengarang.

Nona Capricorn, sang penyihir misterius.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Yang Tersayang, Carmen Brecht

18 Maret 2024   23:44 Diperbarui: 7 November 2024   21:17 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sama-sama, nini,” balasnya ramah.

Petang menjelang, Carmen masih memberikan layanan kesehatan terhadap penduduk di markas rahasianya, pada salah satu permukiman kumuh. Bulan November tahun kemarin, tidak sengaja dirinya menemukan tempat ini ketika seorang anak perempuan menangis meminta pertolongan untuk ayahnya yang terjatuh dari gedung bangunan dan terluka. Carmen pun berinisiatif mengikuti anak itu lalu mengobati pria paruh baya yang terluka kakinya. Ketika memperhatikan sekitar, Carmen baru menyadari permukiman terpencil ini berisi masyarakat pribumi miskin memprihatinkan.

Kaum pribumi tidak mendapatkan layanan kesehatan dengan baik, karena diskriminasi kental pada masa pemerintahan koloni saat ini. Dia juga berada di posisi tidak mungkin untuk membantu orang secara terang-terangan. Maka dari itu, diam-diam Carmen membuka klinik yang menyediakan layanan kesehatan di sana, di mana dia bisa menolong kaum malang.

Setidaknya, inilah yang bisa dia lakukan untuk membantu banyak orang menggunakan tenaga yang dia punya. Sampai saat ini semuanya tampak baik, Carmen dapat membagi waktunya antara Militare Hospital maupun kliniknya. Carmen menyelesaikan pekerjaan cepat sebelum berniat pulang. Namun, derap langkah diiringi pantulan tegap pada tembok membuatnya menghentikan jejak kemudian berbalik. Perempuan itu terkejut, “William?”

Pria dengan seragam lengkap itu tersenyum tenang menatapnya lurus, “Apa kabar, dokter?”

Sekian lama tidak berjumpa, nyatanya perempuan itu masih dapat membaca raut pria di hadapannya secara baik. Seakan senyum tenang yang sedang dia tampilkan itu tidak mampu membohonginya, ada kekhawatiran serta kerinduan bergumul menjadi satu di balik netranya yang sendu. Meski heran, Carmen memutuskan untuk mengabaikan hal itu, tidak menampik dia pun merindukan sang pria pujaan hati. “Bagaimana bisa kau menemukanku di sini? Kapan kau kembali?”

“Aku baru kembali tadi sore dan langsung menemuimu di rumah sakit, tapi sepertinya kau begitu tergesa-gesa dan pergi ke suatu tempat. Jadinya aku mengikutimu dan melihat semua yang kau lakukan,” jelasnya ringan.

Carmen tersenyum sumringah, dipeluknya pria itu dengan rasa rindu teramat sangat. Pria itu balas mendekapnya erat. Di bawah senja, mereka berjalan beriringan sembari bernostalgia dengan apa yang mereka lakukan. Carmen bercerita tentang klinik rahasianya, dan seperti diharapkan William menanggapi dengan takjub akan tindakan mulia yang dilakukan perempuan itu.

Meski berperawakan dingin, William tidak seperti pria Netherland kebanyakan yang selalu memandang rendah kaum pribumi, sebaliknya William murni orang baik yang berpikiran terbuka, hanya saja pekerjaan mengikatnya. Hanya bersama William, dirinya bisa menunjukkan sisi yang menyenangkan dengan bebas, begitupun sebaliknya.

Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin William sampaikan mengenai maksud kedatangannya, namun, dia ingin memastikan untuk yang satu ini. Pria itu merasa tidak ingin menyiakan kesempatan yang mungkin tidak akan pernah didapatnya jika bukan sekarang.

Oleh karena itu, “Carmen, aku tahu apa yang kukatakan mungkin terkesan tidak tahu malu. Tapi, aku tidak bisa melupakanmu,” William menghela napas, sebelum memutuskan menatap perempuan itu penuh harap, “Maukah kita memulai lagi dari awal?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun