Mohon tunggu...
Mutia Rachma
Mutia Rachma Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Wanderer, cooking and sport enthusiast. https://www.tumblr.com/blog/duniamute

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Inspirasi Pak Budi

28 Juni 2016   15:20 Diperbarui: 28 Juni 2016   15:31 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

Aku saat itu tidak begitu tahu berapa jumlah gaji seorang dosen. Tapi sepertinya besar namun tidak sebesar seorang professional yang bekerja di perusahaan asing atau profesi lain. Tapi kurasa, dengan jam terbang mengajar yang tinggi, tawaran mengajar di mana-mana serta berbagai permintaan seminar pendapatan dosen bisa sangat besar. Ah aku tidak pernah begitu ingin tahu.

Melihat banyak dosen lain ke kampus mengajar dengan berbagai merek mobil mahal, dandanan yang super stylish serta tentengan yang menunjukan kelas sangat berbeda apabila aku mengalihkan pandangan pada bapak Budi. Beliau termasuk dosen sederhana dengan gaya sederhana dan kendaraan yang sederhana. Namun kesederhanaannya menjadi karisma yang membuat beliau begitu dihormati rekan serta mahasiswa-mahasiswi di kampus. Beliau sangat mendukung segala bentuk kegiatan yang sifatnya menambah ilmu pengetahuan di kampus. Sering memberi informasi mengenai lomba essay serta membantu siapa pun yang tidak segan bertanya mengenai segala hal termasuk kemahasiswaan.

Saat beliau menjabat kedudukan pembantu dekan bidang pendidikan pun, beliau tetap Budi sensei yang rendah hati dan suka berbagi ilmu. Sosoknya yang ramah dan tutur kata yang menenangkan membuat semua seakan senang berdekatan dengannya.

***

Jatinangor, hari itu mendung pekat menggantung di langit. Mata kuliah hanya satu dengan dosen bapak Budi Rukhyana. Rasanya melangkahkan kaki keluar dari kosan menuju kampus begitu malas. Tapi dosen yang sering menginspirasi dengan kata-kata tajam yang diutarakan dengan lembut tapi begitu bermakna, bapak Budi menarikku keluar menuju kampus yang terletak di atas bukit.

Seperti langit Jatinangor hari itu, tampaknya pak Budi sedang dirundung mendung meskipun tetap tersenyum tulus seperti biasa. Tapi aku membawa pulang sesuatu dari kelasnya.

Bagai tamparan ia berujar “Untuk apa kamu jadi mahasiswa tanpa kontribusi.”

Mungkin itu hanya kata-kata yang lewat begitu saja tapi begitu dalam mengangguku. Apa kontribusiku sebagai mahasiswa ya? Aku jadi bertanya-tanya. Sebagai manusia? Aku semakin gelisah dan tidak karuan. Aku terus memikirkan kata ‘Kontribusi’ dan ‘mahasiswa’. Hingga menyadari bahwa aku tidak punya sedikit pun kontribusi pada apa pun. Menyedihkan.

Kuliah hari ini berbuah dengan pemikiran bahwa aku harus berbuat sesuatu. Lantas aku memutuskan dari hal yang paling sederhana yang aku bisa. Di dekat kosan tempat aku tinggal terdapat sebuah kelas mengaji anak-anak kecil dari lingkungan sekitar, pengajarnya mahasiswa-mahasiswi yang kos di sekitar daerah yang bernama Sukawening tersebut. Kelas mengaji juga diisi kegiatan belajar mengajar yang efektif. Aku sebagai bagian dari realisasi kontribusi, memutuskan bergabung untuk mengajar di kelas tersebut. 

Rasanya, tak ada yang istimewa namun dalam hati aku senang sekali bisa menjadi bagian dari pengajar yang melihat proses berkembangnya anak-anak dari yang tidak bisa mengaji atau membaca hingga bisa melakukan hal tersebut bahkan dengan lebih baik. Kebanggan bisa berkontribusi menjadi hal terbaik bagiku. Kontribusi lain yang aku lakukan adalah dengan menulis. Yah aku suka menulis. Segera saja aku menulis beragam opini tentang lingkungan, politik, film dan lain sebagainya pada sebuah Koran. Menurutku, menyampaikan opini menjadi bagian kontribusi kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun