Mohon tunggu...
Mutiara Azny
Mutiara Azny Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 1

XII MIPA 1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Frans Kaisiepo Sang Pemersatu Bangsa

21 November 2021   15:44 Diperbarui: 21 November 2021   15:47 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1944, Residen J.P. Van Eechoud mendirikan sekolah polisi dan sekolah pamong praja. Dari sekolah itu, menghasilkan banyak golongan terpelajar di Papua, termasuk aku. Banyak dari para pelajar itu kelak menjadi pejuang yang saling bahu-membahu membangun Republik Indonesia.

Pada tahun 1945, aku bertemu dengan seorang nasionalis lulusan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Orang itu adalah Sugoro Atmoprasojo, yang tengah menjadi tahanan politik di Digul.

"Sugoro adalah orang pertama yang memperkenalkan nilai-nilai nasionalisme Indonesia kepada para siswa," ujar Corinus Krey.

Karena pengaruh dari Sugoro, aku dan teman-temanku menjadi memiliki garis politik yang pro Indonesia. Aku menjadi memiliki rasa kebanggaan terhadap Indonesia.

Sebagai orang yang terpelajar, aku tidak suka dengan nama Papua, aku menganggapnya nama Papua sebagai kata penghinaan.

Akhirnya aku memperkenalkan kata Irian yang berasal dari bahasa asli Biak. Irian yang berarti panas yang diserap dari tradisi pelaut Biak. Pelaut Biak yang hendak menuju Pulau Papua selalu mengharapkan panas matahari untuk melenyapkan kabut yang menyelubungi. Aku menerjemahkannya menjadi, "Cahaya yang mengusir kegelapan."

Pada pertengahan tahun 1940an, gagasan kemerdekaan Indonesia sudah tersebar luas di daerah Jawa, Sumatera, Sulawesi, hingga ke Papua. Para pelajar di Papua Bestuur School sering mengadakan rapat-rapat rahasia untuk menentang pemerintah Hindia Belanda.

Rapat rahasia itu membahas tentang keinginan integrasi Papua dengan Republik Indonesia. Dengan bimbingan Sugoro, ide kemerdekaan Indonesia menjadi landasan berdirinya dewan perwakilan wilayah Papua. Dewan perwakilan tersebut beranggotakan tokoh-tokoh berpengaruh di Papua seperti, Frans Kaisiepo, Silas Papare, Marthen Indey, S. D. Kawab hingga G. Saweri.

Situasi pasca kemerdakaan Indonesia di Papua, baru dapat dirayakan masif oleh masyarakat beberapa waktu kemudian. Hal itu terjadi karena akibat dari terkendalanya penyebaran informasi yang terbatas dan kembalinya Hindia Belanda yang memboncengi NICA.

Aku bersama dengan beberapa temanku di Biak berhasil mendirikan Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada 10 Juli 1946. PIM adalah wujud perjuanganku dan teman-temanku yang berupaya mengintegrasikan Papua ke dalam NKRI.

Aku menjadi delegasi yang mewakili Papua pada Konferensi Malino di Sulawesi Selatan yang membahas tentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun