Mohon tunggu...
Yusrina Mutiara Adienda
Yusrina Mutiara Adienda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Saya adalah mahasiswa komunikasi yang berdedikasi dan ambisius, saat ini sedang menempuh pendidikan dengan fokus pada penyiaran. Dengan hasrat yang mendalam untuk bercerita dan minat besar dalam produksi media, saya memiliki tekad untuk menjelajahi serta berkontribusi pada dunia penyiaran yang dinamis. Saya sangat menyukai berbagai aspek media, termasuk film, editing, dan produksi konten. Selain itu, saya juga memiliki ketertarikan pada olahraga, yang sering kali menjadi inspirasi dalam karya dan aktivitas saya.Dengan perpaduan semangat kreatif dan minat yang luas, saya terus berupaya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan untuk meraih kesuksesan di industri penyiaran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Strategi Kampanye Pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe: Optimalisasi New Media Untuk Memenangkan Pemilihan Calon Walikota Bekasi

12 Januari 2025   18:25 Diperbarui: 12 Januari 2025   18:25 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Wali kota Bekasi (sumber: bekasikeren.com) 

PENDAHULUAN

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia telah menjadi salah satu pilar penting dalam proses demokrasi di tingkat lokal. Sebagai bagian dari agenda desentralisasi, Pilkada memungkinkan warga di daerah untuk secara langsung memilih pemimpin yang dipercaya mampu membawa kemajuan bagi wilayahnya. Kota Bekasi, sebagai salah satu kota yang berkembang pesat di pinggiran Jakarta, menghadapi dinamika sosial dan ekonomi yang kompleks.

Pemilihan Wali Kota Bekasi selalu menjadi ajang politik yang kompetitif, mengundang perhatian luas dari masyarakat dan aktor-aktor politik di wilayah tersebut. Sejak Pilkada Kota Bekasi tahun 2010 hingga 2020, dinamika politik daerah ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam pola kampanye dan preferensi pemilih. Setiap periode pemilihan membawa tantangan dan tren baru yang dipengaruhi oleh perkembangan sosial, ekonomi, serta teknologi komunikasi. Dalam konteks ini, strategi kampanye yang efektif tidak hanya menjadi penentu keberhasilan tetapi juga mencerminkan adaptasi kandidat terhadap perubahan di masyarakat.

Pilkada Kota Bekasi tahun 2010 dan 2015 misalnya, didominasi oleh kampanye berbasis tatap muka yang lebih tradisional, dengan penggunaan media massa seperti koran, televisi lokal, dan radio untuk menjangkau pemilih. Isu-isu yang menonjol pada periode tersebut berkisar pada pembangunan infrastruktur, peningkatan layanan publik, dan pengelolaan sampah. Namun, pada Pilkada tahun 2020, tren digitalisasi mulai mendominasi kampanye, dengan penggunaan media sosial dan platform digital untuk menyampaikan pesan kepada segmen pemilih yang lebih muda dan lebih terhubung dengan teknologi.

Menjelang Pilkada 2024, pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe harus merancang strategi kampanye yang inovatif dan relevan, dengan mempertimbangkan lanskap politik dan kebutuhan pemilih yang terus berkembang. Analisis strategis menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk memahami bagaimana pasangan ini dapat memanfaatkan tren baru, seperti meningkatnya peran media sosial, serta isu-isu yang paling memengaruhi pemilih saat ini, termasuk kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan ekonomi. Dengan mencermati data dan pelajaran dari Pilkada sebelumnya, pasangan calon diharapkan dapat mengembangkan pendekatan yang lebih terarah dan efisien dalam upaya memenangkan Pemilihan Wali Kota Bekasi 2024.

Pemilihan Wali Kota Bekasi adalah momen penting bagi masyarakat dalam menentukan arah pembangunan dan pemerintahan kota untuk lima tahun ke depan. Dalam persaingan ini, setiap pasangan calon perlu memiliki strategi yang tepat untuk memenangkan hati dan dukungan masyarakat Dalam persaingan politik seperti ini, strategi kampanye memainkan peran penting dalam meraih dukungan masyarakat. Strategi kampanye yang efektif tidak hanya sekadar menarik perhatian, tetapi juga harus mampu membangun citra positif pasangan calon, menyampaikan visi dan misi yang relevan, serta menggalang dukungan dari berbagai segmen pemilih.

Strategi kampanye memiliki peran penting dalam memenangkan pemilih, terutama di tengah meningkatnya persaingan politik dan keragaman karakteristik pemilih. Dalam konteks pemilihan wali kota, strategi kampanye tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk memperkenalkan visi, misi, serta program kerja calon kepada masyarakat, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun citra dan kepercayaan di kalangan pemilih. Menurut Mudde dan Kaltwasser (2018), strategi kampanye yang terencana dan responsif terhadap perubahan dinamika politik lokal dapat menjadi kunci dalam meningkatkan keterlibatan pemilih. Hal ini semakin relevan dalam Pilkada Kota Bekasi, di mana persaingan politik semakin ketat seiring dengan peningkatan kesadaran politik di kalangan masyarakat perkotaan.

Strategi kampanye yang efektif tidak hanya memerlukan pengetahuan mendalam tentang kebutuhan dan aspirasi masyarakat, tetapi juga membutuhkan pemanfaatan peluang-peluang unik yang relevan dengan situasi sosial, ekonomi, dan politik lokal. Pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dapat memaksimalkan potensi dukungan melalui pengembangan isu-isu strategis, seperti pembangunan infrastruktur, penguatan ekonomi lokal, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, kemampuan untuk meraih perhatian pemilih muda melalui pemanfaatan media digital dan sosial media juga menjadi peluang signifikan dalam membangun koneksi dengan segmen pemilih yang lebih luas dan beragam.

Pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe menghadapi tantangan besar untuk membedakan diri secara efektif dari kandidat lain yang juga berkompetisi dalam Pemilihan Wali Kota Bekasi. Mengingat persaingan yang ketat, analisis strategis menjadi elemen yang sangat penting dalam perencanaan kampanye mereka. Melalui analisis yang mendalam, pasangan ini dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang lanskap politik Bekasi, karakteristik demografis serta psikografis pemilih, dan tren atau isu-isu krusial yang mempengaruhi opini publik.

Analisis strategis memungkinkan tim kampanye mengidentifikasi segmen pemilih yang paling potensial dan merancang pesan-pesan yang sesuai dengan kebutuhan serta aspirasi masyarakat. Dengan informasi ini, pasangan calon dapat menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif, memilih saluran media yang tepat, dan menentukan narasi kampanye yang mampu menarik perhatian serta membangkitkan rasa percaya dari masyarakat. Lebih dari itu, analisis ini juga membantu mereka mengoptimalkan sumber daya kampanye---baik dari segi keuangan, logistik, maupun waktu---sehingga efisiensi dan dampak kampanye dapat dimaksimalkan.

Selain itu, dengan memahami isu-isu utama yang menjadi perhatian warga Bekasi, seperti infrastruktur, pendidikan, atau lapangan kerja, pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dapat memposisikan diri sebagai solusi yang paling relevan dan diinginkan oleh pemilih, memperkuat daya saing mereka di hadapan publik.Artikel ini akan mengulas berbagai peluang strategis yang dapat digunakan oleh pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dalam upaya memenangkan Pemilihan Wali Kota Bekasi. Dengan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), artikel ini akan menyoroti bagaimana peluang-peluang tertentu dapat dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif, serta bagaimana ancaman dapat dikelola untuk meminimalkan risiko.

Melalui pemahaman yang komprehensif ini, diharapkan pasangan calon mampu membangun strategi kampanye yang efektif, responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dan berdampak positif dalam meningkatkan elektabilitas mereka di mata pemilih. Melalui analisis ini, diharapkan pasangan calon dapat memaksimalkan potensi kampanye mereka untuk meraih simpati dan dukungan yang luas dari masyarakat Bekasi, serta menciptakan strategi yang adaptif terhadap dinamika politik yang terus berkembang.

 

KAJIAN LITERATUR 

Pengantar Komunikasi Politik 

Secara terminologi, politik (politics) dapat diartikan sebagai berikut. Misalnya, Laswell (1950, dalam Goodin; Klingemann, Dieter, 1996: 8, dalam Cholisin, 2012 :1) memberikan pengertian secara klasik (classic formmulation) tentang politik, yaitu "Politics as who gets what, when and how". Miriam Budiarjo (2012: 8) mengartikan politik yaitu bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tuujuan-tujuan itu. Pengertian yang lebih komprehensif tentang politik dikemukakan Ramlan Surbakti, (1992: 10-11, dalam Cholisin 2012:1) yaitu interaksi antar pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilyah tertentu (Suryana C 2019)

Dalam bukunya yang berjudul Buku Ajar Komunikasi Politik, Marlinda Irwanti Poernomo (2023) mengungkapkan bahwa komunikasi politik adalah perpaduan antara dua konsep yang, meskipun tampak berbeda, memiliki hubungan erat dalam praktiknya. Komunikasi politik mengandung unsur "komunikasi" dan "politik" yang jika digabungkan, membentuk bidang kajian yang menarik dalam memahami dinamika hubungan antara individu, kelompok, dan institusi dalam konteks pengelolaan negara atau pemerintahan. Kata "komunikasi" sendiri, seperti yang telah diuraikan dalam Pengantar Ilmu Komunikasi, merujuk pada kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau individu dalam kehidupannya sehari-hari untuk mengirimkan pesan berupa informasi, ide, atau perasaan kepada individu lain atau kelompok. Komunikasi merupakan fondasi penting dalam kehidupan sosial, karena memungkinkan manusia saling bertukar pikiran dan memahami sudut pandang orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi melibatkan beragam elemen seperti pengirim pesan, penerima pesan, saluran komunikasi, dan respons dari penerima yang menunjukkan pemahaman terhadap pesan yang disampaikan.

Sementara itu, kata "politik" memiliki makna yang lebih luas dan seringkali berkaitan dengan kekuasaan dan pengambilan keputusan di tingkat negara atau pemerintahan. Secara etimologis, "politik" berasal dari kata Yunani polis, yang berarti "negara kota". Pada masa kuno, polis merujuk pada bentuk pemerintahan kota yang mandiri di Yunani, di mana warga negara memiliki peran aktif dalam urusan publik dan pengambilan keputusan bersama. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan semakin kompleksnya struktur negara modern, makna politik juga mengalami perluasan. Saat ini, politik diartikan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengatur kehidupan bersama. Menurut Heru (2017), politik mencakup aktivitas yang ditempuh warga negara untuk berdiskusi, merundingkan, dan mewujudkan tujuan bersama, termasuk dalam konteks pembuatan kebijakan dan peraturan yang mengikat seluruh anggota masyarakat.

Dengan menggabungkan kedua konsep ini, komunikasi politik kemudian diartikan sebagai bentuk komunikasi yang secara khusus digunakan dalam proses-proses politik. Komunikasi politik berperan sebagai sarana yang memungkinkan pemimpin atau lembaga pemerintahan berinteraksi dengan masyarakat, menyampaikan kebijakan, serta mengarahkan opini publik ke arah tertentu. Dalam komunikasi politik, pesan yang disampaikan tidak hanya sekadar informasi, tetapi seringkali mengandung pesan persuasi yang bertujuan memengaruhi sikap dan pandangan masyarakat terhadap isu-isu publik. Komunikasi politik juga dapat dilakukan oleh individu, organisasi, atau partai politik yang memiliki tujuan untuk memperoleh dukungan publik atau mencapai konsensus dalam mengambil keputusan yang berdampak luas pada masyarakat.

Selain itu, komunikasi politik tidak hanya berlangsung pada masa kampanye atau pemilihan umum, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam proses pembuatan undang-undang, pengawasan kebijakan, hingga pembentukan opini publik mengenai isu tertentu. Komunikasi politik memiliki peran penting dalam menjaga keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah terhadap rakyat, serta dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik. Dengan adanya komunikasi politik yang efektif, masyarakat dapat lebih memahami kebijakan yang diterapkan pemerintah, menyampaikan aspirasi, serta memberikan umpan balik terhadap kebijakan tersebut.

Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi dan pesan politik melalui media dan saluran komunikasi untuk mempengaruhi pendapat publik, membentuk opini, dan memperoleh dukungan politik. Komunikasi politik juga melibatkan interaksi antara politisi, partai politik, media massa, dan masyarakat dalam rangka menciptakan, mempertahankan, dan mengembangkan kekuasaan politik. (Mc Quail, 2010).

Strategi Kampanye

Strategi kampanye politik merupakan serangkaian langkah terstruktur dan komprehensif yang dirancang oleh kandidat atau partai politik untuk meraih simpati dan dukungan dari pemilih dalam pemilihan umum. Strategi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari perencanaan pesan yang efektif, pengelolaan citra publik, hingga pemilihan media komunikasi yang relevan untuk menyampaikan pesan tersebut. Dalam era digital saat ini, pemanfaatan media sosial, iklan digital, serta pendekatan langsung seperti kampanye door-to-door menjadi kunci untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pemilih. Kampanye yang strategis juga mempertimbangkan analisis pemilih dan segmentasi audiens guna memaksimalkan pengaruh dan meningkatkan peluang kemenangan.

Fatimah (2018:13-14) dalam penelitiannya menguraikan beberapa aspek kunci yang harus diperhatikan dalam proses kampanye politik untuk meraih kemenangan. Pertama adalah analisis peta politik, di mana partai politik atau politisi perlu memetakan calon pemilih potensial di wilayah targetnya. Analisis peta politik merupakan langkah awal untuk memahami basis dukungan, karakteristik demografi, dan preferensi politik pemilih. Kedua, penentuan target suara menjadi aspek penting dalam kampanye. Dalam konteks politik, tidak cukup hanya berupaya meraih suara sebanyak-banyaknya, tetapi perlu target yang jelas dan terukur. Penentuan target ini mengarahkan strategi kampanye agar dapat mencapai jumlah suara yang memadai untuk memenangkan pemilihan. Target suara yang ditetapkan didasarkan pada data pemilih yang sudah diidentifikasi dalam analisis peta politik, serta mempertimbangkan berbagai faktor seperti tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan sebelumnya, persaingan antar kandidat, dan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat. Aspek ketiga adalah pembentukan tim kampanye yang solid dan efektif. Tim kampanye memainkan peran vital dalam menjalankan strategi yang telah direncanakan.

Menurut Fatimah, tim kampanye harus mencakup berbagai peran penting, seperti koordinator lapangan, ahli strategi komunikasi, pengelola media sosial, serta relawan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Keempat, perumusan strategi kampanye yang matang sangat diperlukan untuk memastikan pesan kampanye sampai kepada pemilih dengan cara yang paling efektif. Strategi kampanye perlu mempertimbangkan berbagai metode dan saluran komunikasi, baik melalui media massa, media sosial, pertemuan langsung, maupun kegiatan kampanye kreatif lainnya. Aspek kelima adalah membangun koneksi sosial. Fatimah menekankan bahwa koneksi sosial tidak hanya dimaksudkan untuk membangun dukungan moral, tetapi juga untuk menjaring funding atau pendanaan yang merupakan komponen penting dalam kampanye politik. Keenam, pengorganisasian kampanye yang baik menjadi faktor penentu keberhasilan. Pengorganisasian ini mencakup pengaturan jadwal kampanye, lokasi, logistik, dan pembagian peran dalam tim kampanye.

Pemasaran Politik

Pada dasarnya, strategi promosi seorang calon kepala daerah bertolak dari konsep *political marketing* atau pemasaran politik. Menurut Cangara (2009), pemasaran politik merupakan proses penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai, atau program yang dijalankan oleh aktor-aktor politik sebagai komunikator. Informasi ini disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang dipilih secara strategis, dengan sasaran khusus yang ditargetkan. Tujuan utamanya adalah mengubah wawasan, pengetahuan, sikap, dan perilaku calon pemilih agar sejalan dengan keinginan atau kepentingan aktor politik yang memberikan informasi tersebut.

Sementara itu, Kotler dan Kotler (1999) menyatakan bahwa pemasaran politik melibatkan upaya strategis untuk mendukung keberhasilan kandidat atau partai politik dengan berbagai aktivitas politik. Aktivitas ini meliputi kampanye yang menyoroti program-program pembangunan, perhatian sosial, serta isu-isu yang relevan dan menarik bagi masyarakat. Dengan mengedepankan tema, isu-isu, gagasan, ideologi, dan pesan-pesan yang dipilih secara matang, pemasaran politik bertujuan agar program yang ditawarkan memiliki daya tarik yang tinggi. Hal ini juga memastikan pesan tersebut dapat mempengaruhi persepsi dan tindakan masyarakat, termasuk lembaga atau organisasi yang relevan, secara efektif.

Firmanzah (2008) menambahkan bahwa dalam pemasaran politik, penerapan marketing mix atau bauran pemasaran dikenal dengan konsep 4P: product, promotion, price, dan place. Dalam konteks politik, product mengacu pada partai, kandidat, dan ide-ide politik yang ditawarkan kepada konstituen. Produk ini mencakup konsep, identitas, dan ideologi politik yang telah terbentuk baik di masa lalu maupun masa kini, yang pada akhirnya menciptakan citra dan persepsi politik yang kuat di benak masyarakat.

Promotion merujuk pada berbagai upaya periklanan, humas, dan promosi lainnya yang dirancang untuk memikat perhatian masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kepekaan audiens. Kampanye yang efektif tidak hanya mengiklankan kandidat tetapi juga membangun hubungan emosional yang dapat memperkuat dukungan.

Selanjutnya, price dalam konteks pemasaran politik memiliki dimensi ekonomi, psikologis, dan citra nasional. Price ekonomi mengacu pada biaya yang harus dikeluarkan partai atau kandidat selama kampanye, sementara price psikologis berkaitan dengan kenyamanan atau kecocokan emosional yang dirasakan pemilih, seperti kedekatan latar belakang etnis, agama, atau nilai-nilai sosial tertentu. Price citra nasional melibatkan persepsi pemilih mengenai dampak kandidat terhadap citra dan kebanggaan negara.

Terakhir, place berkaitan dengan distribusi kehadiran kandidat atau partai di tengah masyarakat. Hal ini mengacu pada kemampuan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan pemilih di berbagai wilayah, baik secara geografis maupun demografis. Pemahaman yang mendalam mengenai struktur dan karakteristik masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa kampanye dapat menjangkau semua segmen pemilih dengan cara yang relevan dan efisien.

Menurut Nursal (2004), bauran produk politik juga dapat didekati melalui 4P versi lain, yaitu:policy, person, party, dan presentation. Policy merujuk pada program kerja yang ditawarkan kandidat, yang dapat mencakup visi, misi, serta rencana kerja spesifik jika terpilih. Dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada), policy menjadi daya tarik utama yang memengaruhi pilihan masyarakat. Person mengacu pada kandidat atau pasangan calon yang akan dipilih, yang diusung oleh partai politik atau didaftarkan sebagai calon independen.

Party merupakan partai politik yang menjadi pengusung utama dalam kampanye, yang dalam konteks Pemilukada berperan penting dalam membentuk dukungan organisasi dan logistik. Presentation adalah bagaimana ketiga komponen utama policy, person, dan party disajikan kepada publik. Penampilan atau penyajian ini sangat penting karena dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan membentuk makna politis dalam benak pemilih, yang pada akhirnya berdampak pada hasil pemungutan suara.

METODE PENULISAN

Metode penulisan dalam penelitian ini dirancang secara sistematis untuk menganalisis strategi kampanye pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dalam Pemilihan Wali Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menggali secara mendalam berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap keberhasilan pasangan calon tersebut. Fokus utama dari pendekatan ini adalah memahami secara menyeluruh strategi yang diterapkan dalam konteks sosial, budaya, dan politik di Kota Bekasi, dengan mempertimbangkan dinamika dan realitas yang memengaruhi perilaku pemilih.

Penjelasan mengenai metode penelitian akan terdiri dari beberapa komponen utama. Pertama, desain penelitian akan dijelaskan untuk memberikan kerangka kerja yang memungkinkan peneliti mengeksplorasi fenomena yang kompleks secara rinci. Selanjutnya, teknik pengumpulan data akan dijabarkan, mencakup wawancara mendalam, observasi langsung, serta analisis dokumen terkait kampanye. Sumber data akan mencakup informan kunci, seperti anggota tim kampanye, relawan, tokoh masyarakat, dan pemilih di Kota Bekasi. Data juga akan dikumpulkan dari materi kampanye dan publikasi media.

  • Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang komprehensif, penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

  • Wawancara Mendalam (In-depth Interviews): Wawancara akan dilakukan dengan anggota tim kampanye, pengamat politik lokal, dan tokoh masyarakat di Bekasi. Wawancara ini bertujuan untuk menggali pemahaman mereka tentang strategi yang efektif untuk memenangkan pemilihan dan mengidentifikasi pendekatan yang telah, sedang, atau akan diimplementasikan oleh pasangan calon.
  • Observasi Lapangan: Observasi akan dilakukan pada kegiatan kampanye pasangan calon. Dengan teknik ini, peneliti dapat melihat langsung bagaimana strategi kampanye dilaksanakan di lapangan, misalnya bagaimana kandidat berinteraksi dengan masyarakat, pesan-pesan apa yang disampaikan, serta bagaimana masyarakat merespons kampanye tersebut.
  • Analisis Dokumen: Dokumen yang akan dianalisis meliputi materi kampanye, publikasi media terkait pasangan calon, serta data survei politik dan sosial yang relevan dengan elektabilitas kandidat. Analisis dokumen akan memberikan informasi tambahan yang relevan tentang strategi kampanye dan persepsi masyarakat terhadap pasangan calon.
  • Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini mencakup:

  • Data Primer: Data primer diperoleh langsung dari wawancara mendalam dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kampanye, seperti tim sukses, konsultan politik, dan pengamat politik lokal.
  • Data Sekunder: Data sekunder meliputi berbagai dokumen dan laporan yang tersedia secara publik, termasuk berita media, survei elektabilitas, laporan analisis politik, serta hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan strategi kampanye dalam pemilihan kepala daerah.
  • Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode analisis tematik. Langkah-langkah analisis ini mencakup:

  • Koding Data: Data dari wawancara dan observasi akan diberi kode untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dalam kampanye, seperti strategi komunikasi, segmentasi pemilih, dan penggunaan media sosial.
  • Pengelompokan Tema: Tema-tema yang telah diidentifikasi akan dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dinilai berpengaruh dalam meningkatkan popularitas dan elektabilitas pasangan calon. Misalnya, bagaimana pasangan calon memanfaatkan isu-isu lokal atau media digital sebagai alat kampanye.
  • Penyajian Temuan: Hasil analisis akan disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan secara rinci strategi-strategi yang digunakan oleh pasangan calon, serta efektivitas dan relevansi strategi tersebut dalam konteks pemilihan Wali Kota Bekasi.
  • Validasi Data

Untuk meningkatkan validitas data, penelitian ini akan menerapkan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan informasi dari berbagai sumber data (wawancara, observasi, dan dokumen) untuk memastikan konsistensi informasi. Triangulasi ini bertujuan untuk meminimalkan bias dan memperkuat keakuratan data yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN MEDIA BARU (NEW MEDIA) DALAM STRATEGI KAMPANYE

Dalam era digital, new media telah menjadi salah satu pilar utama dalam strategi kampanye politik modern. New media, yang mencakup media sosial, platform video, serta aplikasi pesan instan, memberikan peluang bagi pasangan calon untuk menjangkau audiens dengan cara yang lebih personal, cepat, dan efisien.

1. Penggunaan Media Sosial sebagai Saluran Utama

Media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan Twitter memungkinkan pasangan calon untuk berkomunikasi secara langsung dengan pemilih. Dengan fitur interaktif seperti live streaming, polling, dan sesi tanya jawab, pasangan calon dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu, algoritma platform memungkinkan penyampaian pesan yang lebih tersegmentasi, sehingga pesan kampanye dapat menjangkau kelompok target secara efektif.

2. Konten Kreatif untuk Menarik Pemilih Muda

Pemilih muda, khususnya Gen Z dan Milenial, memiliki pola konsumsi media yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih menyukai konten yang ringan, visual, dan menghibur. Kampanye dapat memanfaatkan video pendek di TikTok atau Instagram Reels untuk menyampaikan pesan politik dengan cara yang kreatif. Misalnya, pasangan calon dapat mengemas janji politik mereka dalam format animasi atau vlog yang menampilkan kegiatan sehari-hari.

3. Peningkatan Interaksi Melalui Aplikasi Pesan Instan

Selain media sosial, aplikasi seperti WhatsApp dan Telegram juga dapat digunakan untuk membangun komunikasi yang lebih personal. Grup komunitas atau siaran pesan melalui aplikasi ini memungkinkan pasangan calon untuk menyebarkan informasi kampanye secara cepat dan efisien. Aplikasi pesan instan juga dapat digunakan untuk mengorganisasi relawan dan mengoordinasikan kegiatan kampanye di lapangan.

4. Pengelolaan Krisis di Era New Media

Salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan media baru adalah menghadapi serangan kampanye negatif dan penyebaran hoaks. Pasangan calon perlu membentuk tim komunikasi krisis yang terlatih untuk merespons isu negatif dengan cepat dan tepat. Klarifikasi melalui media sosial atau siaran pers digital dapat membantu menjaga citra positif pasangan calon di mata publik.

5. Analisis Data untuk Kampanye yang Lebih Efektif

New media juga menyediakan data yang berharga tentang preferensi dan perilaku pemilih. Dengan menganalisis data dari interaksi media sosial, pasangan calon dapat mengidentifikasi isu-isu yang paling menarik perhatian masyarakat dan menyesuaikan pesan kampanye mereka. Pendekatan berbasis data ini tidak hanya meningkatkan efektivitas komunikasi, tetapi juga memungkinkan kampanye yang lebih hemat sumber daya.

Dengan memanfaatkan new media secara optimal, pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dapat meningkatkan keterlibatan pemilih, memperluas jangkauan kampanye, dan membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat. Strategi ini tidak hanya relevan untuk menjangkau pemilih muda tetapi juga untuk menciptakan momentum elektoral yang lebih besar menjelang hari pemilihan.

STRATEGI KAMPANYE

Pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe, sebagai kandidat terdepan dalam pemilihan Wali Kota Bekasi, telah membangun pijakan yang kuat dan kokoh di hati masyarakat Bekasi. Dengan popularitas yang terus meningkat dan tingkat penerimaan yang positif dari berbagai kalangan, mereka memiliki modal sosial yang signifikan sebagai landasan kampanye. Namun, agar dukungan ini dapat benar-benar dikonversi menjadi suara dalam pemilu mendatang, diperlukan penyusunan strategi kampanye yang lebih mendalam dan terstruktur.

Strategi tersebut harus menggabungkan pendekatan yang terintegrasi, dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi untuk mencapai semua segmen pemilih, serta mengutamakan efektivitas dan efisiensi. Selain itu, pendekatan berbasis data menjadi krusial untuk memahami kebutuhan dan harapan masyarakat secara real-time, memungkinkan pasangan ini menyesuaikan pesan kampanye secara dinamis sesuai perubahan opini publik. Dengan demikian, strategi yang matang, berbasis data, dan responsif dapat menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan mereka dalam kontestasi politik ini.

1. Mengoptimalkan Popularitas dengan Kampanye Berkelanjutan

Salah satu keunggulan terbesar pasangan Tri-Harris adalah tingkat pengenalan yang sudah sangat luas di Kota Bekasi. Berdasarkan survei terbaru, pasangan ini disukai oleh lebih dari 80 persen warga, yang menunjukkan bahwa mereka telah berhasil membangun hubungan yang erat dan penuh kepercayaan dengan konstituen. Tingkat penerimaan yang tinggi ini menjadi modal sosial yang kuat, yang dapat dimaksimalkan dalam strategi kampanye mereka.

Untuk memanfaatkan keunggulan ini, tim kampanye dapat merancang berbagai kegiatan interaktif yang bertujuan mendekatkan pasangan calon dengan masyarakat secara langsung. Misalnya, melalui temu warga di berbagai wilayah, pasangan calon bisa mendengar langsung keluhan dan harapan warga terkait pembangunan, pelayanan publik, atau fasilitas umum. Selain itu, kunjungan langsung ke area-area yang membutuhkan perhatian khusus, seperti daerah yang mengalami masalah infrastruktur atau lingkungan, dapat memperlihatkan komitmen mereka untuk menghadirkan solusi yang konkret.z

Program sosial juga dapat menjadi wadah efektif untuk menunjukkan kepedulian yang nyata. Misalnya, penyelenggaraan bakti sosial, program kesehatan gratis, atau edukasi mengenai isu-isu lokal seperti pengelolaan sampah, kebersihan lingkungan, atau pendidikan. Semua kegiatan ini harus dirancang tidak hanya untuk mendengar aspirasi, tetapi juga memberi respons cepat dan solusi yang dapat dirasakan langsung oleh warga.

Selain itu, kampanye berkelanjutan yang menekankan nilai-nilai kearifan lokal dan keakraban dengan masyarakat dapat semakin memperkuat posisi pasangan ini. Strategi ini dapat dikombinasikan dengan pendekatan berbasis dampak nyata, misalnya dengan memperkenalkan program-program spesifik yang dirancang khusus untuk setiap kelurahan atau komunitas. Dengan cara ini, hubungan emosional yang sudah terjalin dapat semakin diperdalam, sementara warga merasa dihargai sebagai bagian penting dari proses pembangunan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan dukungan terhadap pasangan Tri-Harris, tetapi juga menumbuhkan perasaan memiliki di kalangan warga terhadap program-program yang ditawarkan, sehingga menciptakan fondasi dukungan yang lebih solid dan berkelanjutan.

2. Memenangkan Hati Pemilih Muda: Strategi Digital dan Konten Kreatif

Kota Bekasi, seperti banyak kota besar lainnya di Indonesia, memiliki populasi pemilih yang cukup besar di kalangan anak muda, khususnya Gen Z dan Milenial. Kelompok ini tidak hanya memiliki jumlah yang signifikan, tetapi juga sangat berpengaruh dalam menentukan arah politik dan kebijakan di tingkat lokal. Data survei menunjukkan bahwa pasangan Tri-Harris telah berhasil meraih dukungan yang cukup besar dari kelompok ini. Namun, untuk memastikan dominasi mereka di kalangan pemilih muda, diperlukan strategi kampanye digital yang lebih canggih dan terarah.

Penggunaan media sosial sebagai platform utama dalam kampanye menjadi kunci utama untuk mencapai audiens muda. Media sosial menawarkan kanal yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga interaktif, memungkinkan calon pemimpin untuk berkomunikasi secara langsung dengan pemilih mereka. Untuk menarik perhatian Gen Z dan Milenial, konten kreatif seperti video pendek di platform populer seperti TikTok dan Instagram dapat dimanfaatkan. Video ini dapat mengkombinasikan pesan kampanye dengan hiburan, mengemas janji-janji politik dalam format yang ringan namun substansial, sehingga mudah dipahami dan lebih mudah dibagikan.

Selain itu, penerapan diskusi langsung secara daring juga dapat memperkuat hubungan dengan pemilih muda. Sesi "Tanya Jawab" melalui Instagram Live atau podcast kampanye dapat memberikan kesempatan bagi pasangan Tri-Harris untuk berinteraksi langsung dengan audiens, memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang muncul, serta mengklarifikasi isu-isu yang relevan. Ini memberikan pemilih muda kesempatan untuk merasa lebih terlibat dan memiliki akses langsung kepada pasangan calon, suatu pengalaman yang sangat dihargai oleh generasi yang cenderung mengutamakan transparansi dan keautentikan. Pendekatan seperti ini dapat memfasilitasi komunikasi dua arah yang mendalam, membangun loyalitas, serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap pasangan Tri-Harris. Dengan strategi ini, mereka akan lebih mampu menciptakan koneksi emosional yang kuat dengan para pemilih muda yang kritis dan berwawasan.

3. Memperkuat Narasi Program Sosial dan Infrastruktur

Isu sosial dan pengembangan infrastruktur merupakan dua topik krusial yang terus menjadi perhatian utama di Kota Bekasi, seiring dengan perkembangan pesat yang terjadi di kota ini. Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe memiliki peluang untuk memanfaatkan keberhasilan-keberhasilan yang telah mereka capai dalam beberapa tahun terakhir, seperti proyek-proyek infrastruktur besar yang telah berhasil dilaksanakan, guna memperkuat posisi mereka dalam kompetisi politik. Mereka dapat menyoroti pencapaian seperti perbaikan jalan, pembangunan jembatan, dan pengembangan fasilitas publik yang telah meningkatkan kualitas hidup warga Bekasi. Lebih jauh lagi, mereka bisa menjanjikan keberlanjutan dari program-program tersebut serta memperkenalkan inisiatif baru yang relevan, seperti pengembangan sistem transportasi yang lebih efisien untuk mengatasi kemacetan yang selama ini menjadi masalah utama, serta memperbaiki sistem drainase yang seringkali menyebabkan banjir dan kerusakan infrastruktur di beberapa kawasan.

Program sosial yang fokus pada peningkatan kualitas hidup Masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial---dapat menjadi fokus utama dalam kampanye mereka. Menyoroti dampak positif dari kebijakan sosial yang sudah mereka terapkan, seperti peningkatan fasilitas pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih mudah diakses, akan sangat berharga. Selain itu, mereka dapat mengemukakan rencana-rencana baru yang realistis, misalnya dengan memperkenalkan program beasiswa atau layanan kesehatan gratis bagi keluarga kurang mampu, untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan memperlihatkan hasil yang konkret dari kebijakan yang sudah dijalankan dan memberikan gambaran jelas mengenai langkah-langkah yang akan diambil di masa depan, pasangan ini dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dan harapan yang lebih besar di kalangan pemilih, yang pada gilirannya akan memberikan dorongan elektoral yang signifikan dalam pemilihan Wali Kota Bekasi.

4. Membentuk Aliansi Strategis dan Memanfaatkan Dukungan Partai

Dalam dunia politik, dukungan partai menjadi salah satu fondasi keberhasilan kampanye, karena partai-partai pengusung memiliki struktur organisasi yang luas, jaringan relawan yang solid, serta akses ke segmen-segmen pemilih tertentu yang sulit dijangkau oleh calon independen. Pasangan Tri-Harris dapat memanfaatkan dukungan dari partai-partai koalisi dengan cara mengintegrasikan strategi kampanye yang selaras dengan agenda dan visi masing-masing partai tersebut. Koordinasi yang baik antarpartai pengusung memungkinkan mereka untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada, seperti relawan, dana, serta jaringan komunitas yang sudah terbentuk selama ini.

Melalui kerja sama yang erat antarpartai, pasangan ini dapat memperluas jangkauan kampanye mereka, dengan memanfaatkan pengaruh masing-masing partai untuk mencapai pemilih yang lebih beragam, termasuk kelompok-kelompok yang sebelumnya kurang tersentuh oleh kampanye. Koordinasi yang efektif akan menghasilkan pesan yang konsisten dan kampanye yang lebih terorganisir di berbagai wilayah.

Selain itu, mengaktifkan basis pendukung yang sudah ada, seperti relawan dan kader partai, untuk melakukan kampanye akar rumput menjadi salah satu strategi yang sangat efektif. Melibatkan relawan dalam kegiatan kampanye di tingkat lokal dapat menumbuhkan kedekatan emosional dengan pemilih dan menciptakan rasa kepemilikan terhadap kemenangan pasangan calon. Aktivitas kampanye di tingkat komunitas ini juga berfungsi sebagai sarana untuk memperluas jaringan pendukung, menyentuh daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh metode kampanye massal, dan memberikan dampak langsung pada kelompok-kelompok pemilih yang belum terpapar secara intensif oleh informasi terkait pasangan calon.

Dengan strategi ini, pasangan Tri-Harris tidak hanya mengandalkan kekuatan dari dukungan partai besar, tetapi juga membangun kekuatan dari bawah melalui penggerakan massa yang lebih personal dan terfokus, yang dapat menciptakan momentum elektoral yang lebih besar menjelang hari pemilihan.

5. Menggunakan Data untuk Menyesuaikan Pesan Kampanye

Penggunaan data dalam kampanye politik modern menjadi aspek yang sangat penting karena memungkinkan tim kampanye untuk memahami dengan lebih mendalam kebutuhan, preferensi, dan perilaku pemilih. Melalui analisis data yang akurat dan terstruktur, tim kampanye Tri-Harris dapat merancang pesan-pesan yang sangat spesifik, relevan, dan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelompok pemilih. Misalnya, untuk segmen pemilih yang sangat peduli terhadap isu lingkungan hidup, kampanye dapat difokuskan pada inisiatif hijau yang akan dijalankan oleh pasangan ini, seperti kebijakan pengelolaan sampah berbasis teknologi atau pengembangan ruang terbuka hijau di berbagai titik kota Bekasi. Di sisi lain, bagi komunitas bisnis dan pelaku ekonomi lokal, lebih efektif untuk menyoroti rencana pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk mempercepat mobilitas dan meningkatkan konektivitas antar wilayah, seperti pembangunan jalan tol baru, fasilitas transportasi publik, dan kawasan industri. Dengan pendekatan berbasis data, pasangan Tri-Harris tidak hanya dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, tetapi juga membangun citra sebagai calon pemimpin yang responsif terhadap kebutuhan beragam segmen masyarakat.

6. Strategi Lapangan dan Kegiatan Sosial Berbasis Komunitas

Kampanye lapangan seperti temu warga, safari politik, dan kegiatan sosial berbasis komunitas dapat memberikan keunggulan tambahan yang sangat signifikan bagi pasangan calon. Selain meningkatkan kedekatan emosional dengan konstituen, kegiatan ini juga memberi kesempatan kepada pasangan calon untuk menunjukkan empati, mendengarkan langsung keluhan, serta menjawab kebutuhan masyarakat secara konkret. Temu warga dan safari politik memungkinkan calon untuk terlibat dalam diskusi langsung yang dapat memperkuat hubungan interpersonal dan menciptakan rasa saling percaya dengan masyarakat. Sementara itu, kegiatan sosial berbasis komunitas, seperti bakti sosial yang mencakup pemeriksaan kesehatan gratis atau pemberian dukungan bagi UMKM, tidak hanya menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperlihatkan komitmen mereka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara nyata.

Melibatkan diri dalam kegiatan seni dan budaya lokal akan memperkuat citra pasangan calon sebagai pemimpin yang tidak hanya peduli terhadap pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi juga menghargai dan melestarikan identitas budaya serta tradisi masyarakat Bekasi. Kegiatan seperti mendukung pertunjukan seni, festival budaya, atau pelestarian warisan budaya lokal dapat memberikan kesan bahwa pasangan calon memahami dan menghormati nilai-nilai yang menjadi kebanggaan masyarakat Bekasi. Dengan cara ini, pasangan calon tidak hanya tampil sebagai pemimpin yang solutif tetapi juga sebagai figur yang mampu menjaga keharmonisan sosial dan budaya, menjadikan mereka pilihan yang lebih dekat dan relevan di hati pemilih.

7. Mengelola Persepsi Publik dan Menangani Serangan Kampanye Negatif

Setiap kampanye besar, terutama dalam pemilihan kepala daerah, tidak terlepas dari kemungkinan munculnya kampanye negatif yang dilancarkan oleh pihak lawan. Kampanye negatif ini sering kali berupa tuduhan, hoaks, atau distorsi informasi yang bertujuan untuk merusak citra dan elektabilitas pasangan calon. Oleh karena itu, pasangan Tri-Harris harus memiliki kesiapan matang dalam mengelola persepsi publik dan merespons serangan tersebut dengan cara yang elegan dan konstruktif. Salah satu langkah strategis yang dapat diambil adalah melalui penyelenggaraan konferensi pers atau siaran pers, yang memungkinkan pasangan ini untuk memberikan penjelasan langsung kepada publik dan media, sekaligus mengklarifikasi isu-isu yang berkembang.

Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang cepat dan efektif untuk menyebarkan klarifikasi dan informasi yang akurat. Platform-platform seperti Instagram, Twitter, dan Facebook memungkinkan pesan yang jelas dan faktual dapat sampai ke audiens yang lebih luas dalam waktu singkat. Dalam hal ini, penggunaan media sosial bukan hanya untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk menciptakan dialog dua arah dengan masyarakat, yang pada gilirannya dapat memperbaiki citra dan meningkatkan kepercayaan publik.

Langkah selanjutnya adalah membentuk tim komunikasi krisis yang terlatih untuk merespons isu negatif dengan cepat dan tepat. Tim ini harus memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi potensi krisis sejak dini dan merencanakan strategi komunikasi yang efektif, baik untuk menanggapi isu yang sudah muncul maupun untuk mencegah penyebaran berita bohong yang merugikan. Kecepatan dan ketepatan dalam menangani isu-isu negatif dapat mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap citra pasangan calon, serta memperlihatkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengelola situasi dengan bijaksana dan profesional. Dalam dunia politik yang penuh dengan dinamika ini, kemampuan untuk menghadapi serangan negatif dengan kepala dingin dan respons yang terukur akan sangat menentukan kesuksesan kampanye.

KESIMPULAN

Pasangan calon Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe memiliki keunggulan yang signifikan dalam konteks Pemilihan Wali Kota Bekasi. Dengan popularitas yang tinggi dan tingkat penerimaan positif dari berbagai lapisan masyarakat, pasangan ini memiliki modal sosial yang dapat dioptimalkan untuk kampanye yang efektif. Namun, keberhasilan tidak dapat diraih hanya dengan mengandalkan popularitas semata. Strategi kampanye mereka harus terencana dengan baik, berbasis data, dan mampu merespons perubahan dinamika politik secara cepat.

Beberapa strategi kunci yang dapat membantu mereka memenangkan pemilihan meliputi: mengoptimalkan kampanye langsung dengan masyarakat, menargetkan pemilih muda melalui kampanye digital yang kreatif, memperkuat narasi program sosial dan infrastruktur, serta membangun aliansi strategis dengan partai-partai pengusung. Selain itu, penggunaan data untuk menyesuaikan pesan kampanye dan mengelola persepsi publik secara efisien juga menjadi aspek penting. Mengelola kampanye dengan pendekatan berbasis komunitas dan menangani serangan negatif dengan bijaksana akan memperkuat daya saing mereka.

SARAN

Pasangan Tri-Harris disarankan untuk memaksimalkan penggunaan teknologi digital, khususnya media sosial, guna menjangkau pemilih muda. Pembuatan konten yang menarik, seperti video pendek dan interaktif, serta diskusi daring, dapat meningkatkan keterlibatan publik dan menyampaikan pesan kampanye dengan lebih efektif. Selain itu, kampanye di tingkat komunitas lokal atau akar rumput juga penting untuk memperkuat dukungan. Kegiatan seperti temu warga, bakti sosial, dan edukasi publik dapat mempererat hubungan emosional dengan masyarakat serta meningkatkan dukungan langsung. Dalam menghadapi kampanye negatif, pasangan Tri-Harris perlu membentuk tim komunikasi krisis yang mampu merespons isu secara cepat dan tepat.

Klarifikasi melalui konferensi pers dan media sosial dapat menghalau penyebaran informasi yang merugikan, sekaligus memperkuat kepercayaan publik. Penggunaan pendekatan berbasis data juga penting, dengan analisis yang mendalam untuk memahami kebutuhan masyarakat sehingga kampanye dapat lebih relevan dan tepat sasaran. Melalui segmentasi pesan yang terarah, kampanye menjadi lebih efektif dan dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Terakhir, pasangan calon ini disarankan untuk mengaktifkan jaringan partai pengusung serta melibatkan relawan dalam kampanye akar rumput. Kolaborasi ini akan memperluas jangkauan kampanye dan memperkuat dukungan di berbagai segmen masyarakat.

Dengan mengimplementasikan strategi yang komprehensif dan terkoordinasi, pasangan Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe dapat memaksimalkan peluang mereka untuk memenangkan hati dan suara pemilih di Kota Bekasi.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Cecep Suryana, M. (2019). Komunikasi Politik teori dan praktik. Bandung: CV.

Mimbar Pustaka.

Dr. Dra. Marlinda Irwanti Poernomo, S. M. (2023). Buku Ajar Komunikasi Politik.

Bandung: WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG.

Fatimah, Siti. (2018). Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan

Strategi dalam Pemilu. Jurnal Resolusi, 1 (1)

Lim, M. (2020). Digital Media and Indonesia's Authoritarian Turn. Journal of

Democracy, 30(4), 58-72.

Noor, H. R. (2023). POLITICAL MARKETING MANAGEMENT. Yogyakarta.

McQuail, D. (2010). McQuail's Mass Communication Theory. Netherlands:

SAGE Publications, Ltd.

Strother, L., & Kollegen (2021). Political Targeting and Voter Segmentation in

Campaigns: A Systematic Review of the Literature. American Political Science Review, 115(2), 456-475.

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun