Mohon tunggu...
Mutia Senja
Mutia Senja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Salah satu hobinya: menulis sesuka hati.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Hari-hari Montessori untuk Anak Usia Dini

14 September 2022   12:35 Diperbarui: 23 September 2022   02:31 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada banyak makna dan hal-hal luar biasa di balik aktivitas kita bersama anak yang terkesan sederhana dan biasa."—Vina Dwina Paramita

Awal 1900-an, seorang dokter wanita yang mendapat gelar diploma pertama di Italia, Dr. Maria Montessori, mengembangkan sebuah metode pendidikan yang membantu anak mencapai potensinya. Sesuai namanya, kemudian metode ini dikenal dengan metode Montessori.

Metode ini menekankan pada kemandirian dan keaktifan anak dengan konsep pembelajaran langsung melalui praktik dan permainan kolaboratif. Sejak dikembangkan, metode ini semakin ramai diterapkan dan diyakini sebagai metode terbaik dalam menemani tumbuh kembang anak sejak usia dini.

Di Indonesia sendiri sudah banyak Montessorian—sebutan untuk praktisi metode Montessori—yang dengan semangat membara meyakinkan masyarakat terutama para orangtua tentang keberhasilan metode ini. Salah satunya adalah Vidya Dwina Paramita. Seorang Montessorian yang telah menerbitkan beberapa buku.

Hari-Hari Montessori untuk Anak Usia Dini. Buku tentang metode Montessori yang lebih menekankan pada stimulan. Setidaknya ada dua pokok stimulasi yang dipaparkan dalam buku ini. Pertama, manfaat stimulasi untuk kesiapan akademis. Kedua, ide stimulasi harian dengan barang-barang yang ada di rumah.

Selain menunjukkan berbagai cara gampang stimulasi pada anak usia dini, buku ini juga dengan sangat detail merinci hal-hal yang berkaitan dengan ilmu parenting dan tumbuh kembang anak. Mulai dari menjelaskan dan menunjukkan ciri-ciri perbedaan antara orangtua yang tahu ilmu parenting dengan yang tidak tahu, hingga perkembangan usia anak dari 0-6 tahun. 

Bahkan di bab terakhir dijelaskan solusi apabila stimulasi yang diterapkan tak berjalan mulus. Mengingatkan kita bahwa seluruh kemampuan yang dimiliki anak tidak didapat secara otomatis, tetapi melalui proses (hal. 207).

Meskipun didominasi teori, uniknya, Vidya menceritakan pengalaman konkrit saat menerapkan Montessori. Halaman 77, Vidya mendapati seorang wali murid yang menangis saat mengetahui bahwa anaknya ternyata mampu makan sendiri. Sebab di mata sang ibu, anaknya masihlah seorang anak mungil yang perlu selalu dibantu.

Di halaman 143, Vidya mengungkapkan ketakjubannya melihat putrinya menghampiri rak mainan dan memainkannya selama kurang lebih dua puluh menit. Setelah selesai, putrinya mengembalikan lagi mainan ke rak sesuai tempatnya.

Buku yang dirancang khusus bagi anak usia dini ini memiliki potensi besar agar pembaca merasakan sendiri manfaat luar biasa melalui pengalamannya masing-masing. Penulis pun tak lupa melampirkan dokumentasi pengalamannya saat anak-anak beraktivitas selama menerapkan Montessori. 

Ini merupakan poin plus berkaitan dengan Montessori at Home agar para orangtua dapat memahami lebih rinci mengenai penerapan yang mesti dilakukan kepada anak-anak mereka.

Rasa aman akan menjadi fondasi terhadap setiap perilaku dan cara anak mengambil berbagai keputusan dalam kehidupan (hal. 53). Berulangkali ditekankan bahwa rasa aman merupakan satu dari tiga hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan utama anak. 

Dua lainnya adalah nutrisi yang cukup dan stimulasi. Sesederhana proses makan, ternyata banyak orangtua mengabaikan momen makan bersama dengan anak. Padahal saat anak memiliki teman makan bersama dengan orantuanya, akan memicu kepercayaan diri dan rasa aman bagi anak.

Nyaris setiap hal dalam aktivitas sehari-hari, melibatkan anak sangat penting untuk meningkatkan stimulasi dan kemandirian mereka. Mulai dari kegiatan mencuci pakaian, memasak, membereskan rumah, hingga jalan-jalan pagi adalah moment baik menerapkan Montessori.

Maka, desain hingga pengelolaan ruang dalam rumah menjadi penting untuk ditata sedemikian rupa sehingga aman dan nyaman untuk anak-anak.

Dalam bab 4, penulis menunjukkan permainan berupa Knobbed Cylinders, Long Rods, hingga Pink Tower sebagai penerapan prinsip Montessori. Vidya juga menyebutkan manfaat-manfaat permainan tersebut bagi anak-anak. Beberapa orangtua tentu menjadi pesimis jika media tersebut sulit mereka dapatkan. 

Namun, Vidya mengingatkan kembali bahwa apa pun media yang ada di rumah sesungguhnya dapat dijadikan pengganti alat untuk menerapkan prinsip Montessori. Misalnya: ember, botol bekas, galon, telur ayam, hingga daun-daun kering.

Maka tidak ada alasan untuk tidak menerapkan Montessori hanya karena media. Apalagi dalam buku ini pun, telah dijelaskan pula langkah dan cara untuk penerapannya. Dukungan ini tentu berarti bagi orangtua yang memang bersungguh-sungguh mempraktikkannya. Cukup meluangkan waktu, kita pun juga melatih diri untuk lebih bersabar.

Mempersiapkan diri sendiri—ternyata menjadi faktor terpenting mempersiapkan stimulasi. Dalam bab 6, penulis menjelaskan sangat detail terkait orangtua sebagai pelaku utama penerapan Montessori. Sehingga kesiapan inilah yang mendukung anak menerapkannya dengan baik. Sebab dibutuhkan peran kedua pihak yang saling terkait demi berjalannya proses menuju cita-cita yang diharapkan.

Tujuan kita menstimulasi anak bukanlah untuk membuat anak segera pintar atau lebih pintar daripada anak lain. Lebih jauh daripada itu, untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak yang akan sangat berpengaruh pada masa depannya (hal. 40).

Hal ini juga berkaitan dengan nilai positif dan kemandirian anak, sehingga kebiasaan orangtua dalam "membanding-bandingkan" anak yang terkesan bahwa anak tersebut "tidak mampu" perlu dihindari.

Buku ini mengajarkan kita banyak hal dalam mendidik anak dan membuat kita "jatuh hati pada Montessori". Maka jika penelitian menunjukkan bahwa otak anak berkembang begitu dahsyat pada lima tahun pertama kehidupannya, tentu kita tak akan melewatkannya begitu saja. Buku ini adalah salah satu pendamping yang baik dalam penerapan Montessori yang mengacu pada pentingnya stimulasi sejak usia dini.

Pesan Vidya sebagai penulis, "Saya percaya bahwa manusia akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena dua hal: karena ia merasa butuh untuk melakukan, atau karena kegiatan itu menyenangkan." 

Dokpri
Dokpri

Hadirnya Hari-Hari Montessori untuk Anak Usia Dini bagi saya adalah kebutuhan seorang ibu dalam pola pengasuhan yang berperan penting mendorong stimulasi anak dengan aktivitas yang menyenangkan. Tak ada alasan untuk memanfaatkan kesempatan baik ini dengan sebahagia mungkin melakukannya.

Selesai membaca buku ini, saya berharap para orangtua memahami dan terketuk hatinya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam diri anak (salah satunya dengan Montessori) serta meninggalkan kebiasaan buruk mereka tentang beberapa hal yang justru membuat anak takut, tidak percaya diri, serta hal-hal yang menggangu tumbuh kembangnya.

Anak adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki orangtua. Apa saja yang kita 'tanam' akan kita 'tuai' sebagaimana mendidik anak. Para orangtua tentu akan senang ketika anak kita berperilaku serta bersikap baik—hal ini tak lepas dari kebiasaan orangtua mendidiknya—bahkan sejak dalam kandungan. Maka rawat kebiasaan itu sejak dini agar anak-anak kita dapat tumbuh dengan baik.

Dr. Montessori berpesan, "The child is both a hope and a promise for mankind." Berbahagialah untuk merawat harapan-harapan tersebut dengan sebaik-baiknya.

***

Identitas Buku:
Judul: Hari-Hari Montessori untuk Anak Usia Dini;
Stimulasi Sederhana, Mudah, dan Minim Stres di Rumah
Penulis: Vidya Dwina Paramita
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Cet. 2, November 2021
Tebal: xii + 216 hlm
ISBN: 978-602-291-863-9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun