Mohon tunggu...
Mutia Khumairoh
Mutia Khumairoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah jalan terbaik ketika kau ingin berbicara tapi tak tahu bagaimana cara untuk mengutarakannya dengan suara.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Cerbung 1] Apa Salahnya Bermimpi? Episode 4 : Aku Juga Ingin Bercerita (Rina POV)

3 Mei 2024   16:05 Diperbarui: 3 Mei 2024   16:18 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo..

Aku Rina. Mungkin kalian sudah sering mendengar namaku sebelumnya. 

Aku tidak tahu apa yang Rangga katakan tentang diriku. Aku di sini juga ingin bercerita. Mungkin saja akan sedikit berbeda. Ya, mau bagaimana lagi, Aku dan Rangga adalah dua manusia yang berbeda. Dia laki-laki dan aku perempuan. Mungkin cara kami menanggapi suatu kejadian akan sangat bertolak belakang.

Jadi.. Apakah aku boleh bercerita? Boleh, kan?

Boleh atau tidak, aku akan tetap bercerita. Aku memaksa. Hehe..

Ku beri tahu sebelumnya. Hari ini, hari dimana aku menceritakan kepadamu adalah sekitar dua tahun dari kejadian di UKS. Aku sekarang sedang kuliah di Jogja. Dan Rangga sedang berkuliah di Bandung.  Jadi sebagian cerita yang akan ku sampaikan adalah flashback alias kilas balik. Jadi bersiaplah untuk ku bawa maju mundur dalam ceritaku ini.

Kalian pasti sudah tahu tentang kejadian di UKS 'kan? 

Nah, hari-hari setelah itu berlalu seperti biasa. Bisa dikatakan jika tidak ada suatu hal yang istimewa. Mungkin ada satu. Satu hal yang berbeda. 

Si Rangga, anak itu sepertinya sering berusaha berada di dekatku. Tapi jika kalian bertanya apakah dia terlalu agresif, maka akan kujawab dengan jawaban tidak. 

Ya. Dia masih di ambang batas normal. Dan ya, Kami berdua merasa kedekatan kami bukanlah hal yang buruk. 

Pemuda itu tak pernah bertanya lagi mengenai status. Dan aku juga begitu. Aku pernah bilang padanya, jika status akan membuatku merasa memilikinya. Ku beri tahu, aku tipe orang yang akan menjaga dan melindungi apa yang telah jadi milikku. Jujur saja, menurutku, diusia kami yang sekarang, sifatku itu tidaklah cocok jika kami melabeli hubungan kami dengan sesuatu yang mengarah kepada unsur kepemilikan. 

Ku akui, aku belum sedewasa itu. Ku rasa akan banyak hal problematik jika aku menganggapnya sebagai milikku. 

Rangga adalah pemuda yang cerdas. Dia dapat menangkap maksudku dengan cepat. Dia berkata "Aku paham." saat aku memberinya jawaban di salah satu pertanyaannya.

Namun setelah itu dia berbalik bertanya kepadaku. "Tapi apakah kau merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan?" Tanyanya penuh rasa penasaran. Kulihat ada banyak bulir keringat bergantung di dahinya saat ia berhasil melontarkan pertanyaan itu.

Saat itu aku diam sejenak. Gelanyar rasa geli menyebar mulai dari perut hingga ke rongga dadaku. Ku rasa mungkin pipiku juga memerah.

Kemudian aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban "Ya."

Aku masih ingat senyum kelegaan yang ada di wajahnya saat itu. Lalu dia berkata. "Terimakasih." Masih dengan senyuman yang kini berubah menjadi sumringah. Jujur saja, sikapnya membuatku salah tingkah. 

Mata berbinar itu tidak akan aku lupakan. Dia kemudian kembali bertanya "Boleh aku tanya satu hal lagi?" Yang kemudian kujawab dengan anggukkan pelan.

"Apa kau keberatan jika aku akan sering mendekatimu?" Tanyanya lagi.

Aku hanya diam mengatur napas sebentar. Oh ayolah!! Tentu saja boleh! 

Aku beri satu rahasia, jujur saja. Sebenarnya bukan dia yang jatuh cinta terlebih dahulu. 

Tapi itu aku.

 Baiklah, kembali ke masa sekarang. 

Aku dan Rangga masih sering saling menghubungi. Walaupun tidak seperti dulu saat kami masih di sekolah yang sama. 

Bagaimana tidak, sekarang aku berkuliah di bidang ekonomi dan dia di bidang teknik. Sungguh sulit untuk mencari sela waktunya.

Ditambah lagi dia sedang terbang ke Jerman untuk pertukaran pelajar.

Dia keren sekali bukan?

Ya, Apa yang dia ucapkan dulu sekarang menjadi kenyataan. Bocah yang dulu mimpinya diremehkan kini sudah menginjakkan kakinya di benua biru sana. Membungkam mulut banyak orang iseng yang dulu meremehkan mimpinya.

Kalau kau bertanya kepadaku, bagaimana dia bisa menjadi seperti sekarang? Maka kau bertanya kepada orang yang sangat tepat.

Karena aku ada bersamanya saat dia berjuang dengan ujian-ujiannya. Aku di sana saat dia meminjam setumpuk buku di setiap minggunya. Awal mula ia sering mendapat teguran dari pustakawan karena meminjam terlalu banyak buku yang melebihi batas pinjaman. Namun ia mendapatkan keistimewaan setelah meminta bantuan kepada wali kelas dan Guru BK. 

Dan ya, Nama Rangga menjadi salah satu bagian dari sejarah perpustakaan di sekolah kami. Dimana dia adalah siswa pertama yang memperoleh keanggotaan istimewa dari perpustakaan. 

Jujur saja, aku tidak tahu ada hal seperti itu di dalam perpustakaan. Atau karena kegigihannya yang membuat luluh hati semua orang. 

Lagipun dia sangat bertanggung jawab terhadap buku yang ia pinjam. Rekor pengembaliannya bersih. Tak ada sekalipun yang mengalami keterlambatan pengembalian.

Dan ya, sekarang dia berada di posisinya sekarang. Walaupun perjuangannya dalam menggapai mimpi masihlah panjang, namun ia tak pernah berhenti berusaha. 

Dia lah yang mengajarkan padaku, tidak ada yang tahu masa depan. Gagal atau berjaya, semuanya tergantung usaha yang kita lakukan. Tentu saja ada kekuatan do'a dan campur tangan Tuhan di sana. Namun dia meyakinkanku jika tidak ada usaha yang berakhir sia-sia. 

Segagal apapun hasil dari usahamu, pasti ada keberhasilan di dalamnya. Paling tidak kamu mendapatkan pengalaman berharga dari sebuah kegagalan. Dan pengalaman itu bukanlah sesuatu yang murah untuk dibeli.

Bagiku, dialah wujud nyata dari kata "inspirasi".

Dia tak pernah gagal untuk membuatku selalu mengaguminya.  Tak pernah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun