Namun, sampai jam empat pagi Karmin dan timnya tak kunjung datang. Karmin sedang asyik dugem di bar laguna. Sedangkan tim yang diberikan tugas membagikan amplop, sedang asyik bermain judi. Para penduduk yang begadang di rumah masing-masing mulai resah. Mereka mulai bingung. Siapa yang akan dipilih jika tak ada satu pun tim sukses yang datang membawa mahar.
Suara adzan dari corong speaker masjid Nurul Jannah memecah kesunyian pagi itu. Masyarakat Mulyosari yang masih terjaga menambah resah. Padahal jauh-jauh hari mereka berekspektasi tinggi akan mendapatkan beberapa lembar rupiah menjelang pencoblosan. Penduduk yang begadang sampai pagi mulai mengutuki para tim sukses yang telah berjanji itu. Sumpah serapah keluar tak terbendung. Mereka tak habis pikir akan dipermainkan dan dibohongi Karmin cs.
"Karmin Sialan."
"Terkutuk kau Karmin."
"Edan. Tim sukses goblok."
"Penipu. Pembohong. Aku sumpahi kalian semua berak batu bara!"
"Semoga Karmin dan timnya mendapat balasan yang setimpal. Tuhan, kabulkan do'a kami. Aamiin."
Di luar rumah menjelang matahari terbit, tak satu pun penduduk Kampung Mulyosari yang menyadari jika pagi itu ratusan ayam jantan menggonggong. Kambing mengeong. Anjing liar mengembik. Kucing di teras rumah berkokok. Gunung Anak Krakatau meledak. Laut Selat Sunda mendidih. Matahari terbit dari sebelah barat.
Cerpen ini terbit pertama kali di pustakabergerak.id tahun 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H