Puisi yang dia tulis ini menunjukkan bahwa dia memiliki daya kreatifitas yang tinggi mengingat untuk menyusun dan menyertakan banyak kata-kata asing namun tetap bisa dinikmati pembaca itu suatu yang tidak mudah.
Namun Reynal harus ingat untuk tidak terlalu banyak menjejalkan kata-kata baru/segar yang memiliki aura indah. Kalau terlalu banyak, kesan indahnya akan kurang dirasakan oleh pembaca karena pembaca juga akan menangkap kesan pemaksaan penggunaan kosa kata itu.
Apalagi dalam puisi itu, kata-kata baru yang digunakan sifatnya hanya pengganti kata bahasa Indonesia yang belum overuse dan tak kalah indah.Â
Misalnya dalam larik:
Kau memang janardana, sorot matamu terang bagai indurasmi.
Saya rasa sama indah/tak lebih indah jika dituliskan dengan sederhana seperti ini:
Kau memang menggoda, sorot matamu terang bagai rembulan.
Atau:
... ketika kau berkata, "Cinta ini efemeral" katamu, padahal yang ku ingin adalah cinta yang perennial.
Saya rasa sama indah dan lebih efisien bila dituliskan dengan sederhana:
Cinta ini sementara, katamu
Padahal kuingin cinta kita selamanya
Dan satu lagi... Saya bosan membaca puisi yang menyisipkan kata Renjana di dalamnya. Beberapa tahun lalu kata Renjana mungkin masih terdengar indah, namun saking sudah banyaknya penulis puisi yang memaksa menyisipkan kata itu dalam puisi mereka menjadikan kata itu tak lagi indah.
Tapi pada akhirnya semua itu dikembalikan kepada si penulis puisi. Jika puisi yang ditulis hanya untuk sarana curhat belaka, mereka bebas menuliskannya dengan cara apapun.