Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Obituari: Abdul Azis Le Putra Marsyah

6 Februari 2021   04:06 Diperbarui: 6 Februari 2021   04:27 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Percakapan pertama di Kompasiana - Dokpri

Bagi kawan kompasianer yang aktif, mendengar nama Abdul Azis (le Putra Marsyah) tentu sudah tidak akan merasa asing lagi. Boleh dibilang pembawaan dia dalam berkompasiana mirip seperti Pak Tjip, santun dan ramah.

Kepergian dirinya untuk selamanya ini tentu memunculkan duka yang mendalam bagi Kompasianer. Saya termasuk Kompasianer yang merasa sangat kehilangan dirinya.

Abdul Azis dan Perjalanan Puisi Saya

Sejak remaja saya suka membaca Puisi, dan beberapa kali menulis Puisi walaupun hanya untuk kepuasan pribadi (Kala itu untuk diri sendiri).

Tapi puisi bagi saya sekedar hobi, saat itu saya tak punya niat untuk menekuni apalagi bercita-cita menjadi penyair. Tak pernah terbersit sekalipun dalam pikiran saya untuk mengirimkan puisi ke media cetak.

Lambat laun, ketika gelora remaja sudah menghilang, saya akhirnya meninggalkan -benar-benar melupakan- hobi membaca dan menulis puisi dan bahkan membenci dan menganggap puisi itu terlalu lebay.

Ketika saya beranjak dewasa,  -di mana berbagai persoalan hidup sesungguhnya mulai melanda bertubi-tubi- saya mengalami stress (mungkin krisis seperempat abad), tiba-tiba hasrat untuk membaca dan menulis puisi muncul kembali.

Saya pun akhirnya mulai membaca beberapa puisi untuk menghibur diri. Lalu mencoba kembali menulis puisi sebagai terapi jiwa agar dijauhi dsri rasa tertekan. Beberapa puisi yang saya tulis itu lalu saya publikasikan di Kompasiana.

Tak disangka, puisi saya -yang hanya sekedar iseng- itu mendapatkan apresiasi luar biasa dari para Kompasianer. Apresiasi  positif yang saya dapatkan membuat saya gembira sehingga beban pikiran yang tertekan itu seolah hilang begitu saja.

Salah satu Kompasianer yang awal-awal mengapresiasi puisi saya kala itu adalah Almarhum Abdul Azis Le Putra Marsyah. Tak hanya mengapresiasi, dia bahkan sampai menghubungi saya lewat fitur percakapan untuk saling bertukar ilmu dan berdiskusi tentang sastra. "Biar Lebih Akrab", Katanya.

Percakapan pertama di Kompasiana - Dokpri
Percakapan pertama di Kompasiana - Dokpri

Apresiasi dari Abdul Azis inilah yang kemudian menjadi salah satu dorongan untuk kembali menjadikan puisi sebagai hobi bukan hanya untuk menghibur diri tapi juga untuk menghibur orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun