Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Di Kamar Mandi

7 Desember 2020   23:11 Diperbarui: 8 Desember 2020   00:41 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari rumahsae.com

Sudah hampir satu jam Sumijo nangkring di atas kakus. Dalam keremangan kamar mandi, pada kedua biji matanya terpantul cahaya terang berbentuk persegi panjang. Rupanya pantulan cahaya itu berasal dari layar hape itu.

Hape itu baru seminggu lalu dibeli Sumijo di ruko koh Ahong seberang kos. Tepatnya dibeli tak lama setelah dana bantuan mahasiswa bidikmisi cair setelah enam bulan tertunda. Duit bantuan bukan untuk makan atau beli buku, malah dipakai buat beli hape. Emang dasar ini Sumijo... Sumijo...

Hape yang sedang Sumijo pegang itu tergolong hape mutakhir dengan layar full HD berkamera 32 megapiksel. Kameranya Bening banget ketika dipakai buat foto selfie.

Muka Sumijo yang coklat agak berminyak, berjerawat di pipi dan di jidat, ketika foto pakai hape itu bisa dalam sekejap berubah menjadi tampan, putih, mulus mirip Aliando si artis sinetron.

Semenjak beli hape baru itu, kebiasaan Sumijo untuk bergaya hedon makin menggila. Beberapa hari belakangan, Sumijo memang makin sering hang-out di tempat-tempat wisata dan nongkrong di kafe.

Fashion yang selalu melekat di tubuh Sumijo terbilang trendy. Mulai dari sepatu, kaos, kemeja, jaket, hingga parfum dan gaya rambutnya, di tambah lagi Sumijo punya skuter yang masih baru, gaya Sumijo selalu telihat keren walaupun muka Sumijo agak buluk.

Dengan menunggangi skuter metiknya yang masih mengkilap Sumijo rutin, entah sendirian atau bersama teman-temannya mengunjungi Lawangsewu, foto-foto di Kota Tua, shopping di Mall-mall di simpang lima, nonton di bioskop, atau nongkrong di kafe-kafe dekat kampus untuk minum kopi espresso.

Dan Sumijo suka sekali memamerkan aktifitas keseharian yang seolah seperti mahasiswa kelas atas itu di akun instagramnya. Feed akun instgramnya rapi, dipenuhi dengan foto-foto dirinya nongkrong di tempat-tempat menarik, berpose keren bak seorang model.

Oleh karena gaya dan kebiasaan Sumijo tersebut, orang-orang pasti tidak akan menyangka jika Sumijo merupakan seorang mahasiswa yang masih menerima bantuan bidikmisi. Aih... Sumijo...

Ada cerita menarik. Dua hari lalu Sumijo mengunjungi waduk jatibarang dan Goa Kreo. Di sana, Sumijo selfa-selfi girang dengan latar belakang pemandangan air yang terhampar segar dan pepohonan yang rindang berbaris-baris.

Di tepian jalan setapak menuju mulut Goa Kreo, Sumijo sempat mengajak selfie seekor monyet yang saat itu sedang melamun sembari menikmati semilir angin.

Awalnya monyet itu tak keberatan, monyet mau saja mengikuti mimik aneh wajah Sumijo, pamer gigi dan melet-melet. Namun usai mengajak selfie, Sumijo pergi begitu saja tanpa memberi kacang kepada monyet.

Monyet yang marah lalu mengejar Sumijo hingga akhirnya berhasil menggondol kabur hape baru Sumijo.

Nasib baik bagi Sumijo. Sebelum monyet kabur lebih jauh, kaki kiri monyet tersandung ranting pohon yang melintang di jalan setapak itu.

Monyet tersungkur, hape Sumijo terlepas. Dengan mudah Sumijo merebut kembali hape itu dari genggaman monyet. Ah.. monyet payah! harusnya pecahkan saja hape itu biar Sumijo ini berhenti kebanyakan bergaya!

Setelah puas berselfie ria di waduk dan Goa Kreo, seperti biasa, Sumijo memilah-milah hasil foto-fotonya. Sumijo pilih hasil yang paling ganteng lalu  ia unggah di instagram mengharapkan makin banyak cewek-cewek naksir karena ketampanan fotonya. Ish.. Sumijo.. Sumijo...

Ini sudah hampir satu jam, Sumijo masih nangkring di atas kakus. Dua biji matanya masih fokus ke layar hape baru itu. Jempolnya berkali-kali swipe ke kanan, menekan tombol berbentuk hati pada foto cewek yang muncul di layar hape. Rupanya Sumijo sedang asyik main aplikasi jodoh tinatoon.

Ketika swipe kanan lalu hape itu bergetar, bibir retak Sumijo prengas-prenges gembira mengetahui ada cewek yang nyangkut klop karena kepincut foto profil hasil editan miliknya. Segera Sumijo kemudian Chat cewek yang terpikat itu dengan kalimat copas andalannya "Hi, aku Jojo. Salam kenal".

Bibir retak Sumijo makin prengas-prenges girang ketika mendapati cewek itu membalas chatnya dengan kalimat yang sama copasnya "Hi, salam kenal juga". Hmm.. Sumijo.. Sumijo..

Sudah satu jam! Sumijo masih nangkring di atas kakus. Pasti itunya sudah kering. Namun aku heran, Dua biji mata Sumijo tidak menatap layar hape itu lagi.

Sumijo kini beralih menatap aku dengan pandangan muka datar. Tatapan muka Sumijo yang tersorot cahaya hape ke arahku itu horor banget.

Apakah Sumijo mendengar semua yang aku katakan tadi? Apakah dia mengerti bahasaku? Apakah Sumijo tahu aku dari tadi ngomongin dia?

Ah! Tidak mungkin! Aku kan cuma seekor Cicak. Mana mungkin Sumijo me..Pltak!!

Kepala cicak remuk terhantam ayunan gayung dari Sumijo.

***

Gelap. Aku tak bisa fokus karena lampu kamar mandi rusak begini. Kondisi kamar mandi yang gelap ini benar-benar bikin aku tidak nyaman untuk mengeluarkan hajat dalam perut yang melilit perih ini.

Sebab itulah, meski tidak sopan, dengan terpaksa aku membawa hape semata hanya untuk menerangi dan menemani aku demi kelancaran buang hajat pada dinihari ini.

Namun ternyata itu belum cukup membuat perutku nyaman. Ada seekor cicak di tembok depan sedari tadi tak bergerak seolah sedang menatap tajam mengawasiku.

ckckckc.. Suara cicak ini lumayan menyeramkan. Suara seekor cicak putih di depanku ini juga terasa seperti sedang menertawakan aku yang sedang kesulitan buang hajat.

Aku malu terus-terusan ditatap dan diawasi begini, ya.. meski hanya oleh seekor cicak. Ini bikin aku tidak nyaman.

Padahal sebentar lagi waktu shubuh telah tiba. Jika aku berlama-lama di kamar mandi ini, kesulitan buang hajat begini, aku takut tidak keburu untuk membersihkan seluruh ruangan mesjid.

Aku takut gagal menjalankan amanahku sebagai marbot mesjid yang mempersiapkan segala keperluan penyelenggaran sholat shubuh hari ini.

Itu tidak boleh terjadi. Emak bilang, karena takmir masjid sudah memberikan tempat tinggal gratis dan tidak perlu ngekos, maka sebagai wujud terima kasih aku tidak boleh absen merawat mesjid dan melayani keperluan jamaah.

"Sumijo, kamu harus ikhlas merawat dan melayani mesjid itu. Biar ilmu yang kamu dapat sebagai mahasiswa tambah barokah". Begitu kata Emak.

Kemudian tiba-tiba muncul dalam otakku untuk membunuh cicak itu. Lalu, Tanpa pikir panjang aku hantamkan gayung kamar mandi ke tubuh cicak yang sedang ckckckck itu.

Pltakk! Cicak itu remuk. Dan hatiku ikutan remuk, menyesali apa yang sudah aku perbuat kepada cicak itu. Maaf ya, Cak.

Namun, syukurlah sejak cicak itu mati. Aku bisa lancar membuang hajat dalam perut yang melilit ini. Setelah perut ini lega, aku lanjut mandi.

Lalu fokus menjalankan tugasku sebagai marbot di masjid ini, mempersiapkan keperluan shalat shubuh hari ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun