ibu menghidangkan segelas susu
hangat dengan macam-macam doa
penangkal segala yang sakit dan pahit;
ia mencintaiku sebelum aku lahir
jadi aku bersyukur
karena cinta itu buta
ibu memeriksa suhu panas tubuhku
dengan meletakkan telapak tangannya
di atas dahiku
aku menjerit 'aduh' karena itu tepat mengenai jerawat
lalu ibu menawarkan makanan
tapi kukatakan aku tidak lapar
aku hanya ingin tahu tuhan apa kabar
sepertinya ia mulai mengabaikanku karena aku hamba yang cerewet
di sebelah lemari aku duduk dan berpikir
dengan sepasang telinga
yang menelan semua suara
dalam sebuah perayaan
menunggu tamu
beberapa ketukan terdengar
di balik pintu
aku terlambat berdiri
ibu yang menyambut
hanya orang asing, katanya
seluruh aku yang ingin tahu
bergegas menuju pintu
sebelum kembali ditutup ibu
tapi ia sudah pergi lagi
aku bertanya: siapa yang datang?
ibu menjawab: kenanganÂ
Puisi ini masuk ke dalam jenis puisi naratif dengan diksi sederhana yang mudah dipahami tanpa perlu pusing membuka kamus atau kbbi onlen.Â
Membaca Puisi ini kita bisa langsung tahu di dalamnya menceritakan seorang anak yang sedang mengungkapkan kepada kita tentang kondisinya, perlakuan ibunya kepada dirinya, dan sedang menunggu seseorang (tamu) di dalam suatu rumah.
Dalam bait pertama Puisi tersebut, tokoh Aku digambarkan sedang mengalami sakit flu. Bisa kita lihat dari baris berikut: kepalaku sakit dan hidungku; agak beringus; Tidak dijelaskan flu jenis apa yang sedang tokoh Aku alami.Â
Karena puisi ini rilis di masa pandemi, Saya sempat berpikir jelek  "Aku" dalam puisi itu sedang terkena virus Covid-19. Di tambah lagi baris: kucing-kucing di rumah; berlarian, membawa suara; saya sempat berpikir mungkin "aku" sedang melakukan isolasi mandiri di dalam rumah karena ruang rumah sakit di sana sudah penuh semua.