Sri, malam ini ombak tenang. Langit cemerlang bertaburan bintang-gemintang. Sepasang Geger lintang yang kemarin kuceritakan, masih bingung kemana arah jalan pulang. Entahlah, Sri. Sean*sebagian teks hilang*
Sebanyak 30 kapal nelayan besar asal Pantura diberangkatkan oleh Pemerintah menuju laut Natuna yang letaknya jauh di sana.Â
Alasan Kapal-kapal besar Pantura itu nekat menjelajah ke Natuna bukan sekedar mencari ikan di laut yang kaya itu.Â
Tujuan utama mereka ke sana adalah untuk mengikuti instruksi presiden agar nelayan Jawa utara turut meramaikan mencari ikan di laut Natuna menjaga kedaulatan Negeri dari ancaman kapal-kapal asing yang marak mencuri.
KM Harapan Baru merupakan satu dari 30 kapal tersebut. Sudah tiga bulan kapal yang diawaki oleh seorang tekong dan 20 ABK itu sampai saat ini belum juga kembali. Padahal rombongan kapal yang waktu itu berangkat bersama sudah berlabuh di dermaga semenjak sebulan yang lalu.
"Bisa bapak ceritakan, hasil tangkapan kapal Bapak setelah pulang dari Natuna?" Tanya seorang wartawan TV kepada seorang Tekong kapal yang kala itu ikut berlayar.
Dua bulan menangkap ikan di Natuna, kami rugi besar. Biaya besar yang sudah kami keluarkan tak sebanding dengan hasil ikan tangkapan. Kata Nelayan asli sana, ikan-ikan di sana sudah diambilin sama kapal asing, makanya sedikit. Tapi, ya tidak apa-apa yang penting sudah ikut menjaga kedaulatan negara kita
Saat berlayar di Natuna, apakah Bapak bertemu dengan kapal asing?
Kami tidak ketemu mereka. Mungkin mereka takut soalnya di belakang kami dijaga angkatan laut.
KM Harapan baru yang serombongan dengan anda  saat ini masih belum diketahui keberadaannya. Menurut Bapak, apa yang jadi sebab kapal itu hilang?Â
Soal KM Harapan baru, ombak laut Natuna sangat ganas. Sering badai. Kontak terakhir kami dengan kapal itu pada malam hari sebelum badai besar melanda, habis itu loss. Kami sudah muter-muter cari mereka, tapi gak nemu. Mungkin, Kapal itu karam oleh badai. Tapi ya positip tingking. kami tetap berharap mereka selamat
***
Setiap sore, Sri termangu di dermaga. Ia membiarkan embusan angin laut utara mengibarkan rambut sebahunya. Dua biji matanya jauh memandang ujung lautan. Matanya berkaca-kaca memantulkan harapan besar kapal yang ditumpangi oleh Heri, suaminya dapat kembali pulang.
Sementara di ujung dermaga. Andri, bocah hasil persetubuhan Sri dengan Heri di kamar mandi lima tahun yang lalu itu malah asyik sendiri.Â
Andri berdiri memasang kuda-kuda di kakinya, menggerakan kedua tangannya naik turun seirama deburan ombak.
 "Ciatciiat Wuss... byurr.." tingkah bocah berkepala cepak itu lincah seolah-olah dialah Avatar sang pengendali ombak.
Sore itu, Sri lagi-lagi belum beruntung. Matahari sudah mulai tenggelam di ujung lautan. Harapan Sri ikutan tenggelam. Kapal Sang suami tak kunjung pulang. Hendri masih hilang.Â
Tak pelak, lelehan biji mata Sri kembali memembasahi pipinya yang gembil. Mirip aliran di muara sungai, asin.
"Andri, ayo pulang." teriak Sri ke arah Andri yang masih asyik di ujung dermaga.
Andri patuh. Sontak ia menghentikan aksinya berlaga bak avatar lalu berlari menuju Sri yang masih terduduk di sisi kiri tengah dermaga. Andri memeluk punggung Sri.
"Hari ini Bapak batal pulang lagi ya, bu?" Bisik Andri di kuping Sri.
"Iya"
"Besok sore kita ke sini, nunggu Bapak lagi kan, bu?"
"Tidak"
"Mm.. kenapa tidak, bu? Bapak kan belum pulang!"
"Bapakmu sudah mati"
***
Hallo, Sri! Baru sehari, perjalanan masih jauh tapi Mas kangen sama kamu dan Andri. Apa kabarmu dan Andri?
Hallo. Suaramu putus-putus, Mas
Apakabarmu dan Andri!!
Oh.. alhamdulillah baik mas. Andri juga baik dan sehat
--
Sri, Mas sudah sampai. Di sini sinyal susah sekali. Tidak bisa telfon.
Ya. Tidak apa-apa. Fokus saja sama kerjaanmu. Jangan sampai celaka. Hati-hati ya, lovyu
--
Mas, meski di laut jangan lupa sholat. Biar selamat
Iya, Sri
--
Sri, seharian ini Mas dan kawan-kawan sudah lima puluh kali menyebar Cantrang. Tetapi tiada ikan melainkan hanya lelah yang kami dapat.
Syukuri, Mas. Insyaallah besok lebih baik
--
Sri, Ombak besar menerjang tak gentar kuhadapi ini semua demi kamu dan Andri
Gombal
--
Mas, kok lama tidak sms aku lagi. Kamu baik-baik saja, kan?
 Â
--
Sri, Â Â
Mas, Mas Heri ada apa? Jangan bikin aku khawatir!
--
Sri, malam ini badai laut datang lagi. Ombak t*sebagian teks hilang*r, lebih besar dari gunung milikmu.Â
Sri, Langit gelap. Kilat terang. Petir menyambar-nyambar. Mas harus begadang. Kalau Mas tidur takut nyawa melayang
Duh, Gusti. Selamatkan Suamiku ini
--
Sri, malam ini Mas ketemu sepasang Geger lintang. Mereka terlihat lemah dan kebingungan.Â
Sepertinya mereka berdua tersesat karena badai tadi sore.Â
Geger lintang ?
Itu lho. Paus yang punggungnya titik-titik putih seperti bintang. *Sebagian teks hilang* mereka berdua di sini itu aneh, Sri.
Sri, Setahu Mas, geger lintang cuma berenang di laut selatan. Apakah ini pertanda buruk?
Huss! Tidak boleh berpikir seperti itu. Syirik!
--
Mas..
Mas..
Mas..!!!
Balas, dong!
--
Sri, malam ini ombak tenang. Langit cemerlang bertaburan bintang-gemintang.Â
Sepasang Geger lintang yang kemarin kuceritakan, masih bingung kemana arah jalan pulang. Entahlah, Sri. Sean**sebagian teks hilang**
--
Mas!
Mas Heri!!
-
 Â
***
"Matikan lampu!!!" Teriak lantang sang tekong kepada ABKnya untuk mengelabui kapal asing yang sedang mengejar dengan kecepatan penuh.Â
Heri dan kawan ABK lainnya bergegas mematikan lampu agar bisa kabur dari kejaran kapal asing itu.
Malam itu, di laut Natuna gelap gulita. Badai sedang menerjang. KM harapan baru terpisah dari rombongan karena peralatan navigasi dan komunikasi mengalami kerusakan akibat badai.
Nahasnya, Kapal Cantrang yang Heri tumpangi tak sengaja ketemu kapal asing pencuri ikan. Sebuah Kapal asing modern berukuran jumbo, tiga kali  lebih besar dari kapal Cantrang itu.
Tanpa babibu, kapal asing itu beringas mengejar KM Harapan baru. Tujannya satu: menabrak kapal hingga tenggelam.
Nguooong!!
Seluruh awak KM Harapan baru, termasuk Heri berdegup jantung mereka. Saat itu hawa laut sangat dingin, tapi keringat seluruh awak bercucuran tegang.
"Haluan kiri!!, Gas terus jangan sampai kena tabrak!"
KM Harapan baru melaju sekencang mungkin. Satset byurr, kapal menerabas ombak demi ombak. Dibelakangnya, kapal asing berukuran jumbo semakin dekat, sorot lampu kapal itu silau menyorot mata Heri. Klakson menggelegar berulang dari Kapal asing itu bikin semua awak bergidik dan menggigil.
Nguoongg!!
Tekong dan ABK makin panik. Jarak Kapal asing itu semakin dekat. Hanya 200 meter saja. Mulut Heri mulai komatkamit berdoa keselamatan kapalnya.
Gawat, Kapten!
Tekong KM harapan baru memutar roda kemudinya tajam. Meliuk-liuk diantara ombak. Menghindar dari kejaran kapal asing.Â
Nguoong!! Jdarr!!
Kapal asing terlalu perkasa untuk jadi lawan KM Harapan baru. Aksi kejar-kejaran itu akhirnya dimenangkan kapal asing.
Kapal Harapan baru ditabrak sampai pecah. Karam termakan gulungan ombak yang dahsyat. Heri dan ABK lainnya berhamburan ke laut. Entah hanyut sampai ke mana.
***
Baca: Sri Mau Mandi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI