Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sri Ditinggal Mati

21 November 2020   08:08 Diperbarui: 24 November 2020   13:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari beritasatu.com

***

"Matikan lampu!!!" Teriak lantang sang tekong kepada ABKnya untuk mengelabui kapal asing yang sedang mengejar dengan kecepatan penuh. 

Heri dan kawan ABK lainnya bergegas mematikan lampu agar bisa kabur dari kejaran kapal asing itu.

Malam itu, di laut Natuna gelap gulita. Badai sedang menerjang. KM harapan baru terpisah dari rombongan karena peralatan navigasi dan komunikasi mengalami kerusakan akibat badai.

Nahasnya, Kapal Cantrang yang Heri tumpangi tak sengaja ketemu kapal asing pencuri ikan. Sebuah Kapal asing modern berukuran jumbo, tiga kali  lebih besar dari kapal Cantrang itu.

Tanpa babibu, kapal asing itu beringas mengejar KM Harapan baru. Tujannya satu: menabrak kapal hingga tenggelam.

Nguooong!!

Seluruh awak KM Harapan baru, termasuk Heri berdegup jantung mereka. Saat itu hawa laut sangat dingin, tapi keringat seluruh awak bercucuran tegang.

"Haluan kiri!!, Gas terus jangan sampai kena tabrak!"

KM Harapan baru melaju sekencang mungkin. Satset byurr, kapal menerabas ombak demi ombak. Dibelakangnya, kapal asing berukuran jumbo semakin dekat, sorot lampu kapal itu silau menyorot mata Heri. Klakson menggelegar berulang dari Kapal asing itu bikin semua awak bergidik dan menggigil.

Nguoongg!!

Tekong dan ABK makin panik. Jarak Kapal asing itu semakin dekat. Hanya 200 meter saja. Mulut Heri mulai komatkamit berdoa keselamatan kapalnya.

Gawat, Kapten!

Tekong KM harapan baru memutar roda kemudinya tajam. Meliuk-liuk diantara ombak. Menghindar dari kejaran kapal asing. 

Nguoong!! Jdarr!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun