Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diganggu Dedemit Kebun

22 Oktober 2020   22:41 Diperbarui: 22 Oktober 2020   22:50 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bajilak! Melihat perempuan yang tadinya cantik berubah menjadi sosok menyeramkan begitu aku langsung lari terbirit-birit keluar dari rumah antik itu. 

Nahas, kakiku menyandung sebuah ranting kayu. Tubuhku ambruk, langsung ditindih tanpa ampun oleh sosok yang ternyata berubah pula tubuhnya menjadi hitam berbulu kasar mirip babi hutan.

Tak berhenti di situ, Ia kemudian mencekik leherku menggoyangkan kepalaku ke kanan kiri sambil terkekeh-kekeh nyaring sekali. 

Emak!! Tulungi Anakmu! Aku mulai kehabisan nafas. Lalu kunang-kunang. Lalu makin gelap. Aku tak sadarkan diri.

Bruakkk!!!

Suara benturan keras dari atap seng gubuk ini menyadarkan saya ternyata kejadian mencekam itu itu cuma mimpi. Saya terbangun dengan keringat bercucuran. Saya melihat jam hape menunjukkan waktu sudah pukul 24.01.

Tak lama setelah bunyi benturan tadi, terdengar Gluduk..gluduk dari atap. Saya pikir ada buah kelapa yang akan jatuh maka saya mengucek kedua mata saya untuk kemudian mengawasi sudut sudut atap menunggu buah kelapa itu jatuh ke tanah.

Tepluk! Kamu tahu yang jatuh apa?

Bukan buah kelapa. Melainkan seonggok kepala jatuh ke tanah lalu menggelinding pelan. Lalu berhenti menghadapku. Matanya merah menyala. Raut wajahnya terlihat murka menatap bengis ke arah saya. 

Gila! Mimpi buruk apa lagi ini! Saya cubit pipi dan kucek mata beberapa kali. Sialnya, kali ini saya sadar sepenuhnya ini nyata, bukan mimpi!

Saking paniknya, tanpa pikir panjang saya timpuk kepala itu dengan kayu bakar. Kemudian bergegas lari menuju pinggir jalan raya, menuju tempat saya parkirkan si Supri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun