Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandemi Virus Bikin KB Susah Diurus, padahal Hubungan Seks Jalan Terus

21 Mei 2020   05:34 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:49 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Gemari.id (20/5) - PKB/PKLB mengantarkan pil KB ke rumah warga yang memerlukan

Umat manusia sedang dilanda rasa khawatir dan ketakutan. Sejak kedatangan Virus baru yang menyebalkan, berbagai masalah mulai bermunculan membuat dunia penuh ketidakpastian.

Tiga bulan sudah berlalu. Manusia mulai frustrasi. Untuk keluar rumah saja dibatasi, mana sempat untuk berekreasi. Sampai-sampai kebun binatang jadi sepi dan penghuninya terancam kekurangan gizi.

"Kerjaan online sudah, bersih-bersih sudah, ngurus anak sudah, cuci mencuci juga udah. Di rumah terus, jadi gak bisa pergi rekreasi. Papah bosen, nih. Enaknya ngapain lagi ya, Mah?" Tanya Papah Yanto kepada Istrinya.

Dampak Covid-19 memang sangat merepotkan. Tidak hanya di sektor kesehatan, sektor ekonomi, atau sektor rekreasi saja yang merugi. Akibat virus menyebalkan ini, sektor kependudukan juga terancam dalam masalah yang besar.

Saat ini, laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih tergolong besar, yaitu sebesar 1,49% atau sebanyak 4,5 juta penduduk bertambah setiap tahunnya. Angka 4,5 juta ini setara dengan keseluruhan jumlah penduduk di Negara Singapura.

Jumlah penduduk yang besar, memang bisa bermafaat sekali dalam menyediakan tenaga kerja. Melimpahnya tenaga kerja bikin pabrik-pabrik tidak kekurangan buruh, malah sering ngeberhentiin karena sudah tidak butuh.

Tetapi, jumlah penduk yang melimpah, dengan laju pertambahan penduduk yang cepat, jika tidak terkendali, dan tidak dibarengi dengan ketersediaan sumber daya alam, lingkungan, dan pendidikan hanya akan menjadi beban negara saja, bos.

Maka dari itu, Indonesia sejak lima tahun terakhir terus berusaha untuk menurunkan besarnya angka laju pertambahan penduduk itu dengan memasang target mampu menekan di angka 1,1%. Salah satunya dengan menggalakkan lagi program keluarga berencana.

Beragam program yang disusun Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sudah banyak digencarkan. Mulai dari iklan di media massa secara terus menerus hingga pembentukan kampung-kampung sadar KB.

Namun usaha-usaha meningkatkan jumlah akseptor KB itu terancam gagal akibat pandemi covid-19. Kata Kepala BKKBN Pak Hasto Wardoyo, jumlah pemakai kondom, IUD, suntik, implan, pil, vasektomi, maupun tubektomi, semuanya mengalami penurunan selama masa pandemi. 

Kalau dirata-rata di seluruh Indonesia, sejak Februari hingga Maret, penggunaan alat kontrasepsi oleh masyarakat turun sebesar 40%. Bahkan khusus di Provinsi Banten dan Sulawesi Barat mencapai 50%.

Penurunan tersebut terjadi karena banyak dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengalami rasa kekhawatiran dan ketakutan tertular covid-19, sehingga mrreka memilih untuk menunda berkunjung ke faskes untuk memasang alat kontrasepsi. 

Selain itu, berbagai pembatasan yang terjadi membuat PUS kesusahan untuk memperoleh layanan KB. Akibat lebih memfokuskan pelayanan ke penanganan covid-19, banyak Faskes yang membatasi atau menutup sementara pelayanan KB.

Belum lagi, akibat prosedur keamanan pelayanan KB selama masa pandemi yang dianggap merepotkan membuat mereka enggan untuk melakukan program KB. 

Ada cerita menarik dari teman saya (Anda boleh tidak percaya), sebut saja Siti, seorang wanita muda, anaknya sudah dua. Beberapa hari lalu, Siti pergi ke seorang Bidan di Kampungnya, niatnya ingin mengurus program KB. 

Sesampainya di tempat si Bidan, Siti malah di'sengaki' oleh Bidan itu dengan omelan ketus gara-gara si Siti Lupa memakai masker. Alhasil, Siti langsung 'lara ati', sehingga mengurungkan niat untuk mengurus program KB dan langsung pulang dengan muka ditekuk.

Mendengar cerita itu, saya tertawa lalu bilang ke Siti "Kamu sih!, udah tahu lagi musim pagebluk gini, kok gak pake masker. Ya, wajarlah si Bidan waspada dengan mengingatkan kamu biar pake masker. Gak usah Baper deh!"

Namun saya juga menyayangkan ketidakramahan si Bidan. Seharusnya akan lebih baik jika si Bidan, mengingatkan Siti dengan cara yang lebih halus. Karena Bidan itu ketus, akibatnya Siti kagak jadi mau lagi ngurus KB. 

Padahal suami si Siti termasuk orang yang bisa bekerja di rumah aja, dan menurut pengakuannya, suaminya jadi lebih sering ngajak gituan dibanding saat bekerja normal. 

Makanya, Siti saat itu pergi ke Bidan niatnya pengin pasang KB biar tidak tekdung, biar tidak hamil yang ketiga. Tapi karena kejutekan si Bidan akhirnya siti jadi gak mood buat pasang KB meskipun sudah saya sarankan ke bidan/faskes lain.

Kondisi seperti itulah yang dikhawatirkan Pak Hasto. Menurut beliau berkurangnya akseptor KB selama masa pandemi bisa berbahaya, karena potensi kejadian kehamilan yang tidak diingkinakn semakin banyak. 

Bisa-bisa, dalam waktu sembilan bulan kedepan akan muncul ledakan kelahiran bayi yang besar, atau istilah kerennya Babby Boom.

Babby boom adalah dampak dari pandemi covid-19 yang nyata mengancam negara-negara di seluruh dunia. Menurut Badan PBB untuk Dana Kependudukan (NFPA), jika gangguan kesehatan dan lockdown terjadi sampai enam bulan, sebanyak 47 juta wanita diprediksi tidak bisa mengakses kontrasepsi modern. Akibatnya, bakal muncul 7 juta kehamilan yang tidak diharapkan.

Di Indonesia, menurut beberapa laporan dari berbagai daerah menunjukkan selama masa pandemi terjadi peningkatan jumlah kehamilan. Misalnya saja di Sragen, Jawa Tengah, angka kehamilan naik sebanyak 10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Ancaman terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan akibat pandemi harus ditangani dan dicegah secara serius mulai dari sekarang. Kalau tidak, berbagai masalah besar bisa meledak di kemudian hari. 

Masalah tersebut di antaranya meningkatnya jumlah kasus aborsi, meningkatnya risiko kematian ibu dan anak, malnutrisi ibu hamil dan janin, bayi lahir prematur dan kurangnya kasih sayang ibu karena bayi lahir tidak diharapkan.

Untungnya Pak Hasto sudah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi terjadinya Baby Boom tersebut dengan lebih gencar menggalakkan sosialisai penggunaan KB kepada masyarakat, untuk mencegah kehamilan. Jangan sampai sembilan kedepan dipenuhi oleh wanita-wanita melahirkan secara bersamaan.

Oiya, Pak Hasto kemarin nitip pesan kepada pembaca artikel ini, "Kalau di rumah terus, mau gituan terus sama suami/Istri, Jangan segan untuk ngurus dan pakai alat kontrasepsi, ya!"

Pak Hasto juga bilang, untuk mencegah penularan covid-19, BKKBN sudah melakukan program KB bergerak dengan jemput bola mengunjungi PUS yang memerlukan kontrasepsi. 

Selama masa pandemi, PKB/PKLB (Penyuluh KB/petugas penyuluh lapangan KB) diusahakan untuk berperan secara optimal datang ke masyarakat menggunakan unit mobil Penerangan KB.

Foto: Gemari.id (20/5) - PKB/PKLB mengantarkan pil KB ke rumah warga yang memerlukan
Foto: Gemari.id (20/5) - PKB/PKLB mengantarkan pil KB ke rumah warga yang memerlukan

Wah, jadi tidak perlu repot dah para PUS meong kalau mau ber-KB. Petugasnya door to door, euy!

Eh, tapi kok, mobil-mobil KB yang ditunggangi PKB/PKLB belum kelihatan wara-wiri di Kampung si Siti, ya? Hm.. entahlah mungkin belum jadwalnya mobil itu berkunjung ke sana.

***

Nah, Begitulah kira-kira dampak covid-19 ternyata bisa mengancam kondisi kependudukan/demografi kita di masa yang akan datang. Jadi, mari kita cegah Baby Boom dengan jangan ada rasa segan untuk mengurus KB mulai dari sekarang. 

Di rumah terus, gituan jalan terus, jangan lupa KB diurus ya, PUS!

Refrensi berita: 1, 2, 3

Sekian..

Oiya baca juga : Menghilangkan Rasa Tabu Saat Membeli Kondom

Terima Kasih. Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun