Motel terbesar di sana seperti ruko bertingkat tiga, sinyal pun lumayan di sini. Dari Atambua, kita menuju Belu lalu Malaka yang sebagian besar merupakan perbukitan hijau dan mulai kena roaming masuk ke sini. Â
Jalannya pun terjal dan berpasir sehingga kerasa banget adventure-nya. Misi kali ini bertemu dengan mama yang juga berhasil maju dari menjadi TKI legal.
 Dia mengaku berbeda dari tetangganya karena sudah berhasil membangun rumah semi tembok dan sekolah lagi! (terharu). Kebermanfaatannya pun panjang karena dia mengajar dan membagikan ilmu yang dia dapat untuk penduduk desa.Â
Di NTT juga terkenal sama Se'i, masakan berbahan daging babi. Beberapa kali pihak LSM dan wartawan lain menawarkan saya makanan ini, meski mereka tahu saya gak makan babi. Segala cara dikerahkan mereka supaya saya makan, dan akhirnya saya  bete karena ujuk-ujuk terus dan mereka menyerah.Â
Di sini kita juga sempat mampir untuk berfoto dan menikmati hijaunya perbukitan. hmmm... segarnya. Sampai di rumah kedua, Â saya mendatangi seorang bapak mantan TKI yang juga memamerkan prestasinya sebagai sang mantan (lho).Â
Sama seperti sebelumnya, dia berhasil membangun rumah bertembok yang konon hanya dipunyai PNS dan TKI selebihnya penduduk Flores hanya bisa membangun rumah dari papan-papan kayu.Â
Saya juga sempat merasakan sensasi memakan pisang rebus dicocol sambal tomat yang disajikan oleh tuan rumah. Sensasi segar dan asam langsung menyatu dengan pisang yang legit. Hm.... saya lumayan suka. Dan dari semua itu akhirnya saya mengakui saya juga cinta sama Flores. Video serunya bisa dilihat di sini. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H