Urusan Persiapan Menikah terasa Super Rumit
Ada saja hal yang ketinggalan saat mengurus berkas di KUA. Dari fc KTP yang belum lengkap hingga urusan materai yang tiba-tiba nyelip entah dimana. Berasa mau nyerah dan undur diri saja. Padahal fc KTP sudah diduplikat sepuluh kali sekalian, materai sudah beli tiga biji. Tetapi, toh, ada saja yang kurang. Anggap saja Robbuna sedang Mengajak Bercanda.
Itu baru urusan berkas menikah. Jika pasangan mengurus tetek bengek perihal resepsi, tentu lebih-lebih lagi ujiannya. Dari undangan yang salah ketik, tak tepat waktu pulak, hingga urusan pengisi acara yang berhalangan hadir menjelang hari H. Nyut-nyutan luar biasa. Rawan memicu konflik antar calon nganten. Maka tak heran jika banyak yang menganjurkan agar aqad lebih dulu, resepsi belakangan.
Whuiiihh, sudah seribu kata lebih!
Pada bosan kalik bacanya. Hihihihi. Masih banyak ujian pra nikah lain. Masing-masing pasangan tentu saja punya ujian tersendiri. Cukup itu saja cerita tentang ujian pra nikah dariku, yang membuatku harus membungkuk mengucapkan terimakasih kepada Yai atas titahnya agar aku tak menunda aqad. Agar jeda antara khitbah dan aqad tak lama-lama. Bahkan, yai beritah lebih ekstrem lagi, saat itu bulan Rabiul AKhir, beliau menitahkan Sya'ban harus sudah aqad, hanya dua bulan selepas khitbah. Selamatlah aku dari ujian pra nikah yang lebih banyak lagi. Heuheuuu. Dan, well, ketika ujian-ujian itu terlewati, rasanya... ah, kenangan yang manis, dan aku bersyukur orang-orang tempatku berkeluhkesah kompak mengumandangkan titah; lanjutkan!Â
Aku bahagia. Semoga beliau pun merasakan hal yang sama. *ngarep*
Kamu, apa ujian pra nikahmu?
Err, masih jomblo? Santai, aku dulu Januari 2014 masih di-bully karena betah bener menjadi jomblo abadi, MJuni 2014 resmi menerbitkan buku nikah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H