Mohon tunggu...
Mustika Nurfauziah
Mustika Nurfauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (S1 Manajemen) Dosen: Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak Mercubuana_NIM: 43122010155

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Meikarta "Aplikasi Pemikiran Dua (a) Bologna, John Peter (b) Robert Klitgaard"

28 Mei 2023   21:44 Diperbarui: 28 Mei 2023   21:49 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan menerapkan pemikiran dua, para pemangku kepentingan terkait Meikarta dapat menggabungkan pengetahuan akademis, pengalaman praktis, dan pendekatan Klitgaard untuk mengidentifikasi akar masalah, mengusulkan solusi yang efektif, dan membangun sistem tata kelola yang lebih baik dalam pengelolaan proyek skala besar seperti Meikarta.

KESIMPULAN

Kasus Meikarta memunculkan berbagai permasalahan yang rumit dan kompleks, yang meliputi perizinan yang kontroversial, gugatan pailit dari vendor, dugaan korupsi, dan ketidakpuasan konsumen terkait pembangunan yang belum selesai. Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan strategis untuk memahami akar permasalahan dan mengambil tindakan yang tepat.

Pendekatan "what" membantu dalam pemahaman fakta-fakta dan elemen-elemen yang terlibat dalam kasus Meikarta. Mengetahui bahwa Meikarta adalah proyek pembangunan kota baru yang diinisiasi oleh PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Indonesia, dengan tujuan menjadi pusat perdagangan, bisnis, dan hunian terpadu dengan infrastruktur modern, memberikan gambaran tentang sifat dan skala proyek ini. Mengetahui bahwa terdapat masalah perizinan yang kontroversial, gugatan pailit dari vendor, dugaan korupsi, dan keluhan konsumen membantu melengkapi pemahaman kita tentang masalah yang dihadapi oleh proyek Meikarta.

Namun, tidak hanya cukup memahami "what" dari kasus ini, tetapi juga perlu menganalisis "why" permasalahan tersebut terjadi. Dalam konteks ini, pendekatan "why" memungkinkan kita untuk mengeksplorasi alasan atau motif di balik masalah yang terjadi dalam proyek Meikarta. Misalnya, pertanyaan mengapa proyek Meikarta mengalami masalah perizinan dan konflik dengan pemerintah daerah, mengapa terjadi dugaan korupsi, dan mengapa konsumen merasa kecewa dengan progres pembangunan yang lambat. Dalam menganalisis "why" ini, kita dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti kepentingan politik, kebijakan yang lemah, kurangnya pengawasan, atau bahkan adanya ketidakpatuhan terhadap prosedur yang telah ditetapkan.

Selain itu, pendekatan "how" juga penting untuk memahami bagaimana kasus Meikarta dapat terjadi dan berlanjut. Dalam konteks ini, perlu dianalisis langkah-langkah yang diambil oleh berbagai pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Bagaimana proyek Meikarta mendapatkan perizinan awal meskipun kemudian diperluas tanpa rekomendasi resmi dari pemerintah? Bagaimana gugatan pailit diajukan dan ditangani oleh pengadilan? Bagaimana proses serah terima unit apartemen dilakukan dan mengapa ada masalah dengan penyelesaian pembangunan? Melalui analisis "how" ini, kita dapat mengidentifikasi kelemahan dalam tata kelola, pengawasan, dan koordinasi yang mungkin menjadi penyebab permasalahan yang terjadi.

Dalam mengatasi permasalahan yang ada, aplikasi pemikiran dua Bologna dan konsep Klitgaard dapat memberikan panduan yang berharga. Pemikiran dua Bologna memungkinkan penggabungan pengetahuan teoritis dan pengalaman praktis dalam menganalisis tata kelola proyek, transparansi, akuntabilitas, dan perizinan yang kontroversial. Melalui pendekatan ini, kita dapat mengidentifikasi kelemahan dalam sistem perizinan dan pengawasan, serta mengusulkan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan tata kelola yang lebih baik dalam proyek-proyek masa depan.

Sementara itu, konsep Klitgaard tentang korupsi memberikan kerangka kerja untuk menganalisis dan mengatasi dugaan korupsi yang terjadi dalam proyek Meikarta. Dengan menggunakan pendekatan Klitgaard, kita dapat mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korupsi, seperti kekuasaan yang tidak terkendali, kesempatan untuk memperoleh keuntungan pribadi, dan rendahnya risiko penangkapan atau hukuman. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor ini, langkah-langkah pencegahan dan penindakan terhadap korupsi dapat diimplementasikan untuk mencegah masalah serupa di masa depan.

Secara keseluruhan, kasus Meikarta menunjukkan kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan proyek-proyek skala besar. Dengan menerapkan pendekatan "what", "why", dan "how" serta menggunakan pemikiran dua Bologna dan konsep Klitgaard, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kasus ini dan mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan tata kelola, transparansi, akuntabilitas, dan kepuasan konsumen dalam proyek-proyek masa depan. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, pengembang, pihak berwenang, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai hasil yang lebih baik dan meminimalkan risiko terjadinya masalah yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA

Kuspriyono, T. (2018). Pengaruh Iklan Terhadap Keputusan Pembelian Apartemen Meikarta. Cakrawala: Jurnal Humaniora Bina Sarana Informatika, 18(1), 59-66.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun