Keunggulannya, space kantor bisa muat lebih banyak orang. Kelemahannya, kantor jadi lebih padat, personal space menjadi berkurang.
Pengalaman penulis, dengan model kubikel seperti itu, banyak noise alias terlalu ramai. Kurang mendukung untuk bisa melakukan jenis pekerjaan yang membutuhkan fokus tingkat tinggi. Â
2. Penuh dengan deadline
Di era VUCA di mana perubahan dapat dengan cepat terjadi, begitupun dengan kehidupan di kantor.
Meeting sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Kumpulan deadline pekerjaan memenuhi jadwal di kalender kita, seakan waktu yang ada tidak cukup.
Kondisi tersebut, sesungguhnya tidak mendukung terjadinya proses berpikir kreatif.
Teresa Amabile dari Harvard University menemukan bahwa di bawah tekanan waktu yang sangat tinggi, kita memiliki kemungkinan 45% lebih kecil untuk memunculkan solusi yang kreatif.
Dengan dua karakteristik di atas, mendesain ruangan dan suasana di kantor agar karyawan dapat tetap nyaman dan rileks menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi banyak perusahaan.
Dengan jam kerja dan kompetensi yang sama, karyawan yang dapat bekerja di kantor dengan rileks akan menghasilkan output yang bisa jadi jauh lebih baik.
Kapan kita menjadi kreatif?
Berbagai kajian menunjukkan bahwa kreativitas ternyata datang dari kondisi rileks, bukan ketika stres atau mengalami keletihan kerja.
Beberapa data menunjukkan, waktu kreatif kita justru terjadi ketika di luar kantor.
Scott Barry Kaufman dari University of Pennsylvania menemukan bahwa 72% orang mendapatkan gagasan baru ketika mandi, jauh lebih banyak daripada ketika berada di tempat kerja.