"Metro, this way"
Adalah sebuah kalimat yang sering didengar oleh para supporter yang datang pada event Piala Dunia 2022 di Qatar.
Pihak penyelenggara menyediakan guide yang bertugas untuk mengarahkan para supporter agar tidak salah jalan menuju stasiun.
Tugas dari para guide ini adalah mengucapkan "Metro, this way" dengan mikrofon dalam posisi duduk di kursi yang telah disediakan.
Mereka melakukan hal itu selama 8-9 jam setiap harinya.
Bisa kita bayangkan, duduk di tempat yang sama selama berjam-jam, melakukan hal sama berulang-ulang tentu adalah suatu pekerjaan yang membosankan.
Namun, Abu Bakar punya ceritanya sendiri.
Pendatang asal Kenya ini, pergi ke Qatar untuk bekerja selama perhelatan Piala Dunia berlangsung. Di sana, dia menjadi salah satu dari guide.
Abu Bakar, kemudian mencoba mengatakan kalimat pendek tersebut dengan intonasi yang berbeda-beda seakan sedang bernyanyi.
Hasilnya?
Orang-orang yang lewat menjadi terhibur dan ikut bernyanyi, "thiis way!".
Segera hal itupun menjadi viral. Abu Bakar diangkat sebagai duta metro oleh pihak penyelenggara dan diberikan reward berupa kursi VIP pada salah satu pertandingan Piala Dunia.
Abu Bakar, berhasil mengubah pekerjaan yang sejatinya membosankan menjadi menarik dan menyenangkan. Di mana akhirnya, berbuah manis.
Kuncinya adalah bersyukur
Abu Bakar melakukannya dengan sepenuh hati, meskipun pekerjaannya tampak sepele. Tanpa disangka, banyak orang merasa terbantu sekaligus terhibur dengan apa yang dilakukannya.
Piala Dunia sebentar lagi akan usai. Puluhan guide pun segera akan berkemas pulang kembali ke negaranya masing-masing.Â
Namun tidak demikian dengan Abu Bakar. Dia mengatakan akan tetap tinggal di Qatar dan menjadi content creator.Â
Suatu peluang yang hadir karena dia melakukan pekerjaannya dengan penuh rasa syukur dan sepenuh hati.
Bersyukur (be grateful)Â memiliki banyak manfaat. Salah satunya, rasa syukur memiliki hubungan yang erat dengan kesuksesan.
Studi neurologi menunjukkan, orang yang rajin bersyukur bisa menyisakan ruang dalam otaknya untuk terus mampu berpikir dengan jernih-- bahkan ditengah kesulitan yang dihadapi.
Pikiran yang jernih ini, akan membuat kemampuan kognitif dapat digunakan secara maksimal. Ide-ide kreatif pun muncul. Dampaknya, kita dapat menghasilkan karya terbaik.
Mereka yang puas dengan hasil pekerjaan kita, dapat menjadi kunci pembuka bagi peluang di kemudian hari.
Tukang Bangunan di Rumah
Belum lama ini, ada tukang bangunan yang merenovasi rumah saya. Singkat cerita, jika lain kali saya membutuhkan jasa renovasi, saya tidak akan mau menggunakan jasanya lagi.Â
Kenapa? Karena menurut saya hasil kerjanya kurang rapi.
Saya jadi berandai-andai jika pak tukang tadi bekerja dengan baik. Jika ada tetangga atau teman yang membutuhkan jasa renovasi rumah, saya pasti akan merekomendasikannya.Â
Jika teman saya tadi puas dengan hasil kerjanya, dia pun akan merekomendasikannya ke jejaringnya. Alhasil, pendapatannya sebagai tukang renovasi pun lambat laun akan meningkat.
Memang pekerjaan tukang bangunan itu gitu-gitu aja, bisa jadi membosankan. Namun, jika dilakukan dengan penuh rasa syukur, hasilnya akan maksimal, peluang pun akan terbuka lebar.
Pekerjaan kita di Kantor
Sudahkah kita bersyukur dengan pekerjaan kita dan mampu menghasilkan karya terbaik?Â
Jika belum, apakah salah satu dari hal di bawah ini yang menjadi penyebabnya?
- Pekerjaan saya membosankan, gitu-gitu aja.Â
- Atasan saya terlalu menuntut.Â
- Teman kerja saya toxic.Â
- Gaji saya ga sepadan dengan beban kerja.
Jika hasil pekerjaan kita tidak maksimal karena alasan-alasan di atas, ketahuilah bahwa kita sedang merugikan diri kita sendiri. Mirip seperti kisah tukang bangunan di atas.
Lalu, bagaimana caranya agar tetap bisa bersyukur dan berkinerja baik di tengah kondisi yang tidak mendukung?Â
Mari kita belajar dari kisah Laksamana Jim Stockdale, tawanan perang yang disiksa di penjara Vietnam selama 8 tahun.
Kisah Jim StockdaleÂ
Stockdale menjalani perang tanpa ada hak tawanan, tidak ada tanggal pembebasan pasti, dan tidak ada kepastian apakah ia akan selamat atau tidak.
Sebagai komandan, dia melakukan apapun yang ia bisa demi menciptakan kondisi yang akan meningkatkan jumlah tahanan yang bertahan. Dia juga membuat satu sistem komunikasi internal - dengan kode ketukan - untuk mengurangi perasaan isolasi yang diciptakan oleh tentara Vietnam.
Setelah dibebaskan, Stockdale menjadi perwira bintang tiga pertama di sejarah angkatan laut yang mengenakan sayap penerbang dan medali kehormatan.
Dia memberikan nasihatnya kepada kita semua:
Anda harus memiliki keyakinan bahwa Anda akan menang pada akhirnya, dan pada saat yang sama disiplin untuk menghadapi fakta dan realitas, seburuk apapun itu.
KesimpulanÂ
Dari kisah Stockdale di atas, kita dapat mengambil pelajaran yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari:
- Kita harus memiliki tujuan besar dalam hidup, dan yakin bahwa kita dapat menggapainya.
- Kita harus menghadapi realitas yang ada - disepanjang perjalanan - dengan disiplin.
Disiplin menghadapi realitas artinya, kita melakukan hal terbaik sebisa mungkin. Dan tanpa ada rasa syukur di dalam diri kita, hal itu tidak akan bisa dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H