Belum lama ini, ada tukang bangunan yang merenovasi rumah saya. Singkat cerita, jika lain kali saya membutuhkan jasa renovasi, saya tidak akan mau menggunakan jasanya lagi.Â
Kenapa? Karena menurut saya hasil kerjanya kurang rapi.
Saya jadi berandai-andai jika pak tukang tadi bekerja dengan baik. Jika ada tetangga atau teman yang membutuhkan jasa renovasi rumah, saya pasti akan merekomendasikannya.Â
Jika teman saya tadi puas dengan hasil kerjanya, dia pun akan merekomendasikannya ke jejaringnya. Alhasil, pendapatannya sebagai tukang renovasi pun lambat laun akan meningkat.
Memang pekerjaan tukang bangunan itu gitu-gitu aja, bisa jadi membosankan. Namun, jika dilakukan dengan penuh rasa syukur, hasilnya akan maksimal, peluang pun akan terbuka lebar.
Pekerjaan kita di Kantor
Sudahkah kita bersyukur dengan pekerjaan kita dan mampu menghasilkan karya terbaik?Â
Jika belum, apakah salah satu dari hal di bawah ini yang menjadi penyebabnya?
- Pekerjaan saya membosankan, gitu-gitu aja.Â
- Atasan saya terlalu menuntut.Â
- Teman kerja saya toxic.Â
- Gaji saya ga sepadan dengan beban kerja.
Jika hasil pekerjaan kita tidak maksimal karena alasan-alasan di atas, ketahuilah bahwa kita sedang merugikan diri kita sendiri. Mirip seperti kisah tukang bangunan di atas.
Lalu, bagaimana caranya agar tetap bisa bersyukur dan berkinerja baik di tengah kondisi yang tidak mendukung?Â
Mari kita belajar dari kisah Laksamana Jim Stockdale, tawanan perang yang disiksa di penjara Vietnam selama 8 tahun.
Kisah Jim StockdaleÂ
Stockdale menjalani perang tanpa ada hak tawanan, tidak ada tanggal pembebasan pasti, dan tidak ada kepastian apakah ia akan selamat atau tidak.