Setelah mendiagnosa pasiennya, dokter akan memberikan resep obat. Harapannya, obat ini bisa menjadi perantara bagi kesembuhan penyakit yang di derita oleh pasien.
Begitupun ketika kita mendiagnosa penyebab kegagalan kita - baik organisasi maupun individu. Â Kita akan merumuskan corrective action atau langkah koreksi agar penyebab kegagalan tersebut teratasi.
Harapannya, faktor yang sama tidak terjadi lagi sehingga menghalangi pencapaian target tahun depan. Apa yang terjadi jika hasil diagnosanya salah?
Jika dokter salah mendiagnosa, maka resep obat yang diberikan salah. Akibatnya penyakit yang di derita pasien tak kunjung sembuh.
Salah mendiagnosa, akan berakibat pada terbuangnya sumberdaya - waktu, tenaga, biaya sedangkan sumber masalahnya tetap saja ada dan tidak teratasi.
Contohnya adalah kita mendiagnosa bahwa struktur organisasi tidak efektif. Kemudian, dilakukan perubahan terhadap bagan organisasi lengkap dengan turunannya - job description, job requirement, job grade, dll.
Proses tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
Belum lagi diperlukan penyesuaian pada sistem pendukung seperti ERP (enterprise resource planning), serta dibutuhkan waktu adaptasi bagi stakeholder terkait sehingga struktur baru ini dapat berfungsi maksimal.
Namun, bagaimana jika yang menjadi masalah sebenarnya ternyata bukan struktur organisasi?
Kesimpulan
Keterampilan kita dalam mendiagnosa penyebab kegagalan menjadi sangat penting sebagai bekal bagi penyusunan resolusi tahun depan. Memang, dibutuhkan waktu dan upaya yang tidak sedikit untuk melakukan hal tersebut.
Namun, sebagaimana yang dikatakan Steve Jobs:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!