Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jika Diminta untuk Mengerjakan Suatu Hal di Luar Jobdesc, Sebaiknya Ditolak atau Diterima?

28 Mei 2022   07:41 Diperbarui: 28 Mei 2022   11:50 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bekerja. Gambar oleh StartupStockPhotos dari Pixabay

"Bu, boleh saya minta job desc saya," tanya seorang staf keuangan di ujung telepon.
"Boleh, nanti saya kirim lewat email ya," sahut HRD.

Sekilas dialog itu wajar saja terjadi. Setiap orang yang bekerja di suatu organisasi menghendaki adanya kejelasan tugas dan tanggung jawabnya.

Seyogyanya, para pegawai akan bekerja sesuai dengan apa yang tertera di dalam job descriptionnya.

Dokumen tersebut biasanya berisi informasi seperti nama jabatan, struktur organisasi, tugas & tanggung jawab, wewenang, Key Performance Indicator (KPI), dan hubungan kerja dengan fungsi lainnya.

Perubahan struktur organisasi, metode kerja dan teknologi dapat berpengaruh terhadap suatu jabatan. 

Idealnya, job description direview ketika perubahan-perubahan tersebut terjadi. Perubahan beban kerja, seyogyanya diikuti pula dengan penyesuaian bobot jabatan. Di mana akan diikuti pula dengan penyesuaian pada aspek compensation dan benefitnya.

Mari sejenak kita lanjutkan kisah antara Staf Keuangan dan HRD di atas.

Beberapa hari kemudian, atasan dari staf keuangan menelepon HRD "Pak/Bu, saya ada keluhan terkait seorang pegawai. Dia menolak tugas yang saya berikan. Alasannya, tugas itu ga ada di jobdescnya."

Ada dua kemungkinan penyebabnya. 

Pertama, memang terdapat perubahan dalam proses bisnis sehingga terjadi pergeseran tugas dan tanggung jawab pada fungsi tersebut. Jika ini yang terjadi, mutlak dokumen job description harus diupdate.

Kedua, tugas yang diberikan oleh atasan memang di luar scope fungsi keuangan. Jika tugas tersebut masih relevan dengan kebutuhan organisasi, apa yang harus dilakukan? apakah staf tersebut berhak menolaknya?

Apa yang akan Anda lakukan jika berada di posisi HRD?.

Untuk menjawabnya, mari kita simak kisah dua maskapai penerbangan di Amerika, Eastern Airlines dan Texas Air di bawah ini.

Selama bertahun-tahun, Eastern Airlines mendominasi sejumlah besar rute terbaik di pantai timur Amerika. 

Mereka bertumbuh dengan stabil. Sampai suatu saat, para pilot, awak kabin, dan personel darat mulai menuntut deskripsi tugas yang detail. 

Dengan dukungan serikat pekerja, para pekerja perusahaan penerbangan tersebut benar-benar membatasi kerja mereka dengan deskripsi tugas, dan menolak mengerjakan hal-hal lain di luarnya.

Waktu menganggur dari petugas bagasi misalnya, tidak dipakai untuk meringankan kekurangan sementara dari sebuah agen tiket atau pekerja perawatan pesawat di saat genting. 

Eastern akhirnya harus mempekerjakan lebih banyak pekerja, sementara para pekerja yang sudah ada tidak selalu berada dalam keadaan sibuk.

Sebaliknya, Texas Air mempekerjakan pekerja yang bersedia mengerjakan semua jenis tugas. Pada saat tidak terbang, pilot mau menjual tiket. Selama jam-jam sibuk, awak kabin membantu menangani bagasi. 

Pada akhirnya, Texas air mampu mengalahkan kompetitornya, perusahaan yang jauh lebih besar yang menjadi tidak efisien dengan jumlah pekerja sangat berlebih.

Sejarah mencatat, Eastern Airlines dijual pada Texas Air, sebuah perusahaan yang jauh lebih kecil darinya.

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari kisah singkat di atas?

Pertama, deskripsi tugas yang kaku membatasi potensi pekerja dan menghalangi kemungkinan pengayaan tugas. 

Hal ini berpotensi mengurangi motivasi karyawan. Karyawan yang merasa dilibatkan dan diberi kebebasan lebih dalam pekerjaannya cenderung lebih berkomitmen dan memiliki kepuasan kerja yang tinggi.

Kedua, budaya perusahaan adalah faktor kunci kesuksesan organisasi.

Contohnya, pada cerita di atas, salah satu kunci bisnis maskapai penerbangan adalah pada faktor cost. Untuk dapat menjaga biaya agar sesuai dengan anggaran, dibutuhkan values "kepedulian" dari seluruh anggota organisasi.

Tidak peduli secanggih apapun sistem dan teknologi yang dimiliki, perusahaan yang tidak didukung oleh "values" yang diimplementasikan oleh karyawannya, lambat laun akan kehilangan daya saingnya.

Ketiga, toxic employee adalah penyakit yang dapat membahayakan keberlangsungan hidup organisasi.

Karyawan yang berperilaku negatif dan tidak memperoleh punishment dari organisasi, akan berpengaruh terhadap karyawan lainnya.

Efeknya, akan berdampak pada kinerja suatu tim di mana terdapat toxic employee. Bisa jadi, perilaku negatifnya menular kepada karyawan lain.

Jadi, jika Anda diminta mengerjakan suatu hal diluar jobdesc, sebaiknya diterima atau ditolak?

Jika Anda menolak dan ternyata banyak pegawai lain yang melakukan hal sama, hati-hati, bisa jadi perusahaan Anda akan bernasib sama seperti Eastern Airlines.

Sumber:

Buku "Maverick, Kisah Sukses Luar Biasa dan Paling Unik di Dunia" oleh Ricardo Semler

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun