Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Guru, Pentingnya Tanda Jasa dan Apresiasi

25 November 2019   21:36 Diperbarui: 25 November 2019   22:00 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi yang bisa menikmati "fasilitas" seperti itu hanyalah sepersekian persen dari keseluruhan guru yang jumlahnya tak alang-kepalang. Mereka menunggu, barangkali negara memberikan kabar suka cita tentang penghargaan atas kerja mereka yang bertahun-tahun lamanya.

Sudahlah, guru itu harus ikhlas dan mengabdi tanpa batas. Betul memang. Tapi sangat tidak masuk akal ketika negara menuntut kecerdasan dan pembentukan karakter anak-anak bangsa sementara kesejahteraan guru tidak diperhatikan. Saat kesejahteraan dipertanyakan, konsekuensi logis bagi mereka adalah "ngasong" kemana-mana. 

Mengajar seadanya dan sebisanya karena waktunya lebih banyak disibukkan oleh usahanya dibandingkan mengurus murid-muridnya. Realitas itu ditambah dengan semakin buruknya tayangan-tayangan yang semakin tidak mendidik karena semakin mempertontonkan hedonisme dan pamer kekayaan dan para pelakunya dibayar mahal.

Lalu, marilah kita bayangkan, guru dengan gaji tak seberapa, hanya 300 -- 500 ribu perbulan diminta negara untuk semakin mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperbaiki karakter anak-anak bangsa?

Tentu saja, ini bukan hanya soal gaji dan uang karena masih banyak di luar sana yang dengan ikhlas mengajar dan mendidik penuh pengabdian, tapi apa susah dan salahnya memberikan apresiasi dan tanda jasa terhadap perjuangan mereka?

Bagi saya, secara pribadi, diktum guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa semakin tidak relevan ketika dihadapkan pada realitas yang terjadi di lapangan karena negara harus hadir memberikan jawaban. Memberikan bukti bukan hanya sekedar janji manis saat menjelang tahun-tahun pemilihan.

Guru harus lebih diperhatikan secara kesejahteraan karena hal itu sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Jika tidak, negara mestinya tak perlu berharap terlalu banyak terkait perubahan dan kemajuan dalam Pendidikan. Lucu, pengen bayar murah tapi maunya berkualitas.

Selain kesejahteraan, menjadi guru semakin tidak mudah karena dibebani dengan tugas-tugas administratif dari kurikulum yang memberatkan. Guru harus menyusun metode dan target yang ingin dicapai sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang sudan ditentukan.

Belum lagi soal ketakutan atas derasnya perubahan karena punishment yang diberikan kerap dilaporkan sebagai tindakan kriminal. Banyak guru yang mulai berpikir ulang untuk memberikan hukuman karena dikaitkan dengan HAM, lalu dilaporkan sebagai tindakan kriminal. Semakin mengerikan bukan?

Menjadi guru adalah menjadi suri teladan karena selain mengajar dan mendidik, guru harus bisa menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Maka, menjadi guru bukanlah perkara mudah.

Lalu logika kemajuan Pendidikan seperti apa yang bisa kita capai ketika guru yang memiliki beban berat dan menjadi ujung tombak dalam proses Pendidikan masih disibukkan dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, membeli susu dan pempers untuk anak-anaknya, atau sekedar memberikan kebahagiaan pada keluarganya? Ora masuk!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun