Dalam perjalanan pulang ke hotel, sambil merasa puas telah melihat mumi, saya mencoba merenung. Mumi yang terpelihara itu kini telah menghidupi generasi pelanujutnya.
Wim Motok Mabel telah membuktikan pesanya. Wasiat meminta jasadnya diawetkan untuk memberi kesejahteraan hidup keturunanya kelak, terbukti dalam rentang waktu dua atau tiga ratusan tahun kemudian.
Saya teringat riset Jared Diamond, profesor fisiologi manusia dari Los Angeles, yang dituangkan dalam bentuk film dokumenter Out of Eden oleh NationalGeographic. Diamond menyimpulkan Pulau Papua tertinggal dari derap awal modernisasi berbagai benua, karena tidak memiliki hewan produktif dan karbohidrat berprotein tinggi, serta terlambatnya budaya bercocok tanam. Saya pikir, simpulan Diamond terlalu sederhana.
Mumi Motok Mabel seolah menjadi pesan futuristis, ''Bila kalian awetkan jasadku, suatu ketika akan menghidupimu.'' Bagi saya, itu makna harfiahnya.
Di balik itu, mumi jasad Mabel adalah pesan simbolik. Mumi secara material bukanlah sumber rezeki abadi. Tetapi keputusan Mabel memumikan jasadnya sebagai penanda etos, untuk kecerdasan mengelola kekayaan di punggung dan perut bumi Papua. Mungkin itulah pesan masa depan Mabel untuk kemakmuran sesungguhnya. (mustam arif/mustamarif@gmail.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H