"Mel, kamu harus hati hati kalau berangkat siapa tahu besok kejadian itu terulang lagi" ucapnya.
"Ya Sell, aku akan membawa alat pemukul besok" jawabku.
Besoknya aku berangkat lebih pagi jarak yang kutempuh biasanya paling cepat 20 menit tapi karena semalam hujan lebat, jalanan becek dimana mana. Sepatu yang kupakai menerabas lumpur tinggalkan kotoran dibagian bawah.
Sekarang aku nggak peduli dengan sepatu, tapi aku lebih peduli dengan gudang sepi yang kemarin menyekapku. Perasaanku sudah tidak beraturan, jantungku terpacu lebih cepat. Tidak ada jalan lagi yang bisa menyelamatkanku semuanya adalah persawahan. Satu - satunya aku harus lewat jalan kosong sebelah gudang. Sambil menenteng pentungan bola kasti aku siap siap memukul andai orang asing itu mengganggu lagi.Â
5 meter lagi aku mau masuk gang sebelah gudang, gimana nih, jalanan sepi tidak ada lalu lalang orang. Aku mantap melangkah sambil kusebut nama tuhan berkali kali. Dan akhirnya yang kutakutkan tidak terjadi. Di titik aku ditarik kemarin tidak ku temukan tangan kekar lagi. Ketika perasaanku mulai reda menjauh dari gudang jahanam aku melangkah menuju pabrik sabun dan ternyata nasib sial belum lenyap dari hidupku. Tepat di depan pabrik sabun yang sudah sepi tak berpenghuni. 3 orang bertopeng mencegatku, mereka siap siap menculik dan memaksa.Â
Aku putar tubuh ramping ini, aku sadar tidak bisa melawan mereka bertiga dan aku akan berlari ke belakang tapi waktu aku berputar betapa kaget diriku di balik gudang jahanam muncul 2 orang bertopeng yang entah dari mana datangnya. Kini aku terkepung 5 orang bertopeng mengerubuti, mata - mata mereka melotot tanda sudah buas. Semakin dekat dengkulku semakin lemas, aku teriak minta tolong tapi aneh tidak ada suara yang keluar, mungkin terkalahkan rasa takut yang mencekam.Â
Tiba tiba yang paling besar menghampiriku suaranya lantang tertawa puas.
Tangan kekarnya merebut pentungan yang yang kupegang, secepat kilat sudah berpindah tangan. Setelah itu dengan menjijikkan pentungan tersebut diarahkan ke bawah rok, lalu tersingkaplah kulit betisku yang putih. Melihat kejadian itu semuanya tertawa terbahak bahak.Â
Disaat yang mencekam itu tubuhku sudah lemah, keberanianku hilang sehingga pemuda kedua mulai menarik narik tanganku. Aku mulai menangis tak bisa melawan mereka hanya memohon untuk dilepaskan. Karena aku terus meronta, salah satu dari mereka mengeluarkan sapu tangan dan sambil tanganku dipegangi aku dibius oleh orang bertopeng itu.
Entah apa yang terjadi ketika aku pingsan saat aku siuman. Tubuhku terikat diatas meja gudang jahanam itu lagi. Pakaian ku sudah lepas tinggal bagian yang dalam. Aku melihat kanan kiri dan ternyata orang orang bertopeng itu bertambah jumlahnya menjadi 6 orang. Dilihat kalau dia seorang wanita karena rambut dan buah dadanya tak bisa disembunyikan.Â
Ketakutan semakin membungkam jantungku. Sekarang aku pasrah apapun yang terjadi.