Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisis Kritis Debat Cawapres JK Vs Cawapres Hatta

30 Juni 2014   16:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkait inovasi, JK mengemukakan pemerintah harus memihak kepada ide dalam negeri, sehingga terjadi peningkatan inovasi dalam negeri. Inovasi dapat dikerjakan. Mengenai biaya, kita cukup 20 persen (maksudnya anggaran pendidikan sebesar 20 persen yang tercantum dalam UUD 1945) dan itu selalu tumbuh dalam segi margin jumlah. Yang dibutuhkan menurut JK adalah efisiensi. Kita ingin lembaga tinggi, institusi riset yang menghasilkan percepatan pembangunan.

Analisis, pertama, pendidikan budi pekerti atau akhlak, sangat diperlukan bangsa Indonesia dalam rangka pembangunan karakter bangsa (nation and character building). Oleh karena itu, sangat tepat adanya pendidikan budi pekerti yang diajarkan kepada seluruh siswa. Pelaksanaan pendidikan budi pekerti ini sangat menarik karena tidak menambah mata pelajaran baru tetapi masuk ke seluruh mata pelajaran, sehingga dapat dilaksanakan lebih cepat, masif dan menyeluruh.

Kedua, guru merupakan kunci berhasilnya pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Karena itu peningkatan kualitas SDM guru merupakan keniscayaan.

Ketiga, konten mata pelajaran, harus pula ditambahkan dengan contoh-contoh yang terkait pendidikan budi pekerti (akhlak) sehingga relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan.

Keempat, pelaksanaan revolusi mental, sangat terkait pendidikan di dalam keluarga dan di sekolah. Maka diperlukan bekerja lebih keras dan lebih cepat dalam melakukan sosialisasi, penataran dan kampanye secara masif untuk mewujudkan revolusi mental dengan melibatkan partisipasi semua kekuatan di dalam masyarakat.

Kelima, yang dikemukakan JK lebih menjawab pertanyaan moderator, sekaligus memberi solusi atas persoalan bangsa yang carut macut karena runtuhnya akhlak bangsa Indonesia. Seorang ahli syair pernah berkata bahwa "sesungguhnya suatu bangsa akan tegak kalau akhlaknya tegak, dan bangsa itu akan lenyap, kalau bangsa itu tidak lagi memiliki akhlak".

Segmen III, moderator kembali bertanya kepada JK dengan mengemukakan "menyadari adanya kesenjangan dalam kualitas SDM dan penyebarannya di berbagai daerah Indonesia, dan daya saing SDM kita yang rebdah di pasar global. Bagaimana mengatasi hal tersebut. Justru SDM berkualitas memilih berkarya di luar bagaimana menanggapi ini?

JK merespon pertanyaan moderator dengan mengemukakan "Seperti kita pahami, SDM berbeda karena pendidikan yang berbeda. Kita perlu pemetaan mengenai pendidikan di daerah yang kurang. Distribusi guru harus diperhatikan serta perlu mendorong supaya rakyat mengikuti pendidikan".

JK mengapresiasi gerakan Indonesia mengajar yang dilakukan oleh Pak Anies itu salah satu contoh untuk menangani kesenjangan. Ada dua faktor yang harus diperhatikan, yakni pendidikan dan ekonomi.

Mengenai SDM yang memilih berkarya di luar negeri, JK menjawab, kita memperhatikan dari segi positif mereka menghasilkan devisa yang baik bagin negara kita. Negatifnya, kontribusi mereka menjadi tidak terlalu tinggi (maksudnya "bagi kemajuan bangsa").

Menurut JK, hal itu terjadi karena mereka merasa dihargai di luar. Tentu kita harus memperhatikan masalah itu. Untuk SDM boleh bekerja diluar negeri namun ke depannya itu mencari pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun