Mohon tunggu...
Muslikhul Hadi
Muslikhul Hadi Mohon Tunggu... -

ketika semua orang tertawa aku terkadang diam diam jadi bahan tertawaan diam melawan tanpa kekuatan diam tidak selamannya tenggelam diam itu emas diam itu mencoba bersabar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengan Kalah

8 Februari 2018   15:15 Diperbarui: 8 Februari 2018   16:12 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MILIK SIAPA

Daun-daun milik siapa,

Kenyataannya daun bakal gugur dan meninggalkan ranting,

Aku milik siapa,

Keinginanku mengintip tempat dibalik tembok tinggi begitu kuat.

Kasihku milik siapa,

Akankah diri in tetap akan menjadi pelabuhannya sampai akhir nanti,

Dan, cinta ini milih siapa,

AKU MENCARI GURU

Disini kudapati malam begitu pekat,

Kemudian,

Pagi yang mendung

Membuat kepala terasa berat,

Tidak ada kerinduan besar untuk berdiri

Aku mencari guru untuk diriku,

Guru mencariku untuk diriku,

Dan kami tidak tahu tempat pertemuan itu.

KENAPA MEREKA MASIH SUKA BERDISKUSI

Aku sulit bergerak,

Temanku terlalu kaku,

Jika kudebat, dibunuh.

Jika kulawan, dibunuh.

Jika kunasehati,

Lebih sadis mereka membunuh.

Mereka menang, kukira mereka punya akal sendiri.

Kenapa mereka masih suka berdiskusi

Mengikuti aliran air yang sudah jelas

Pekat,

Amis,

Kenapa aku tidak berani mengajak untuk membersihkan diri dulu?

Mencari air yang bersih

Diujung gunung sana.

Akhirnya,

Aku tetap diam,

Manut,

Membiarkan diri, menjadi saksi

Kan kusiapkan cerita panjang, jalan panjang sebagai bayangan.

YANG MENANG DAN YANG KALAH

Jika nanti kenyataannya tidak seperti rencana malam ini,

Maklum, angka statstik kadang menipu,

Atau cara menghitung belum sesuai rumus

Yang dihadapi adalah benda hidup,

Bergerak dan suka berpindah-pindah

Seperti kita berpindah kursi, nimbrung ikut siapa pemenang.

Namun, jika kita menang nanti

Bukan angka statistik tuhannya,

Bukan pula yang merangkumnya,

Yang pasti, kursi panjang semakin ramai

Lanjutkan, dan aku akan pergi

Februari 2018
Menjelang pemira UNESA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun