dengan kereta  malam kupulang sendiri
mengikuti rasa rindu
pada kampung halamanku
pada ayah yang menunggu
pada ibu yang mengasihiku
Lirih suara merdu Patty dengan nada yang menyentuh hati, mengiringi perjalanan pulangku. Kali ini aku sendirian karena memenuhi permintaan ibu yang sering sakit-sakitan. Sebenarnya enggan untuk pulang karena baru tahun kemarin pulang.
"Pulang dulu nak, ibu sering sakit. Mungkin ini kesempatanmu melihat ibu yang terakhir," lemah suaranya ketika kuangkat teleponnya beberapa hari yang lalu.
Aku terpekur mempertimbangkan permintaan ibu. diusianya yang 82 tahun,  ibu  semakin lemah dan renta. Keluhan tentang matanya yang sudah semakin kabur, kakinya yang sering kram dan tidak bisa berjalan jauh, membuat dadaku sesak dan sering menitikkan air mata kala sendiri.
Dua hari kemudian kutelepon kembali ibu.  Suaranya cerah dan gembira di ujung sana. Doanya selalu terselip untuk kebahagiaan dan kesehatanku serta menantunya. Aku menghela napas lega, niatku untuk  tidak pulang terwujud.
"Kalau belum bisa pulang gak apa-apa, ibu udah baikan." Lanjutnya  seperti bisa membaca pikiranku yang terdiam lama.