Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kumohon Ramadan-Mu Kembali Untukku Selalu Mampu Bersuci

10 Mei 2021   09:17 Diperbarui: 10 Mei 2021   09:43 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan Pribadi di Canva dan Photoscape | Dokpri

Akan datang hari mulut dikunci | Kata tak ada lagi | Akan tiba masa tak ada suara | Dari mulut kita - Lirik lagu 'Ketika Tangan dan Kaki Berkata', Chrisye.

Sepasang kaki Kasih semakin memberat. Satu undakan, dan ia sudah bisa bersimpuh di satu sudut masjid. Tak tertahan, tubuhnya ambruk. Setelan mukena putih bersih yang dikenakannya, ujungnya kini terkotori tanah berlumpur.

'Mungkin sebaiknya aku bersujud pada-Mu di atas lumpur-lumpur ini. Rasanya jauh lebih baik. Lantai masjid ini tak pantas untukku. Ia terlalu suci...'

'Jika lantai masjid kau anggap suci, haribaan Tuhanmu jauh berlipat-lipat lebih suci. Cepat! Ambil lagi mukena yang bersih dan segera naik ke masjid!'

Sedu sedan Kasih mereda. Dua percakapan bertentangan dibatinnya memaksanya kembali ke dunia nyata. Masih dengan tersuruk, ia beranjak ke mobil. Di kursi belakang, semua tempat sesak oleh mukena. Beberapa sudah pindah ke bagasi, terutama karena berkali-kali Kasih merasa mukena tersebut sudah tak bersih.

"Baik Tuhan. Kali ini, aku akan lebih berani. Mukena serba putih ini, kumohon memampukanku untuk pantas menghadap-Mu,..." lirih Kasih berbicara sendiri. Sesak di hatinya, di hidupnya, ia kerap lupa menghapus anakan sungai di pipi.

***

"Kasih, kan nggak harus pergi sekarang. Tiketmu bisa diajukan pindah jadwal terbang. Negara-negara cantik yang akan kamu kunjungi tak akan pindah kemana-kemana ...," Bunda masih berusaha merayu. Kasih telah berhasil mendapatkan cuti dua minggu. Ia ingin memuaskan tripnya ke negara-negara Eropa Timur, lalu sebagian negeri-negeri di Balkan. 

"Sayang lah, bunda. Aku tidak tahu kapan lagi bisa mendapatkan cuti selama ini. Barang-barangku juga sudah terpacking rapi. Aduh, beneran deh bunda, sayang bangetttt kalau ditunda..," Kasih membalas dengan lebih merajuk.

"Ayahmu hari ini ada rapat mendadak. Tapi sepertinya keputusan kantor sudah bulat, semua pekerja akan bekerja dari rumah. Tak ada aktivitas offline. Terus, kalau mereka tahu kamu malah jalan-jalan keluar negeri, posisi ayahmu bagaimana?" Kini, Bunda mengatas-namakan kantor.

"Bundaaaa, kondisi sekarang kan masih himbauan saja. Belum harus. Lagian itu virusnya kan di negara yang jauh. Makanya, baca beritanya yang berimbang, jangan yang buruk-buruk saja...," Kasih merengut kesal.

"Justru karena telah membaca banyak berita, Bunda mengingatkanmu begini. Jangan sampai menyesal. Kan bukan batal, hanya ditunda...," lembut Bunda mengingatkan.

"Please Bundaaaaa. Aku kan juga sudah membaca berita. Bunda dan Ayah yang tenang saja yaaa. Tidak akan terjadi apa-apa. Dua minggu, dan voilla, aku sudah di rumah lagi. Sudah bareng Ayah dan Bunda lagi," senyum termanis dan pelukan terhangat, jurus andalanku yang selalu berhasil melunakkan Bunda.

Sekian jam kemudian, aku sudah tersenyum-senyum di atas pesawat. Paris, London, Turki dan banyak sudut cantik lain idamanku, akan segera kudatangi. Awal Maret 2020, akan jadi kenangan trip terbaikku.

***

Selama trip, aku hanya sibuk bertualang. Ogah membuka kanal berita, aku lebih sering mematikan paket data. Gadget hanya penuh dengan koleksi foto trip. Sesekali video call Bunda. Ayah jarang bisa. Pekerjaan kantor yang mulai dikerjakan dari rumah, ternyata jauh lebih menyibukkan dari biasanya. Sesekali Ayah hanya melintas di belakang bunda dan melambaikan tangan. 

Saat kembali ke Indonesia, aku disambut lockdown fase pertama. Sungguh aneh melihat banyak tempat publik seperti kuburan. Usai tes kesehatan sesaat setelah landing, aku diperbolehkan pulang. Ya, gimana ya. Aku kan baru pulang liburan yang menyenangkan. Tubuhku pastinya jauh lebih sehat dari siapa pun.

Dua minggu kembali beraktivitas, rasanya sungguh tersiksa. Terbiasa bekerja dengan ritme kantor, bertemu banyak orang, meeting rutin dan kini hampir semuanya dikerjakan remote. Tanpa setahu Ayah dan Bunda, sesekali aku mencuri kesempatan keluar. Beberapa sahabat terdekat di kantor, aku datangi langsung dan memberikan oleh-oleh pesanan mereka. Kami bersepakat, itu menjadi rahasia seru kami.

Lalu ...

***

Semua mulai berputar cepat. Tak ada jenak. Rentetan duka dimulai dari rumahku sendiri. Bunda yang paling sering kupeluk, mengeluh sakit kepala di hari ke 17 aku kembali dari trip. Tak sampai dua pekan, Bunda kolaps. 

Selisih beberapa hari dan makam Bunda masih basah, giliran Ayah. Dalam sebulan, aku harus menyaksikan sendiri dua matahariku direnggut paksa Corona. Dan ia tak membiarkanku menjenakkan duka. 

Pekan-pekan selanjutnya, sahabat-sahabatku bertumbangan satu per satu. Airmata dukaku mulai mengalir tanpa isak dan sedu sedan. Utamanya karena sebagian besar waktuku habis di ruang-ruang isolasi. Dua pekan di rumah sakit yang ditunjuk pemerintah, sisanya kuhabiskan di rumahku yang sunyi. Dukaku tak berteman.

Ilustrasi kuburan. Olahan pribadi di Canva dan Photoscape | Dokpri
Ilustrasi kuburan. Olahan pribadi di Canva dan Photoscape | Dokpri
***

Setahun yang sesak. Sungguh keajaiban, aku bertahan hidup. Jiwaku masih sepenuhnya mati. Ia berpelukan dengan Bunda dan Ayah, dengan sahabat-sahabatku, di bawah nisan-nisan mereka. Kantor mulai beraktivitas offline. Dua kali vaksin membuatku kembali bisa bekerja normal, juga sekian kali riwayat isolasi mandiri serta beberapa surat yang menyatakan aku OTG. Tubuhku sehat, tapi kuulang lagi, jiwaku mati.

Ramadan 2021, aku mencari masjid-masjid di pelosok. Aku tak berani bertemu banyak orang. Kulihat dulu berapa jemaahnya dari kejauhan. Ketika tampak ada satu sudut yang kosong, disitulah aku bersimpuh. Seperti orang gila, kursi belakang mobil kupenuhi dengan puluhan set mukena putih. Hampir tak pernah aku bisa berwudhu sekali saja. Sapuan air suci terasa tak mampu membersihkan rasa bersalahku. Akibatnya, berkali-kali pula aku harus berganti mukena.

Berkata tangan kita | Tentang apa yang dilakukannya | Berkata kaki kita | Ke mana saja dia melangkahnya - Lirik Lagu ' Ketika Tangan dan Kaki Berkata', Chrisye.

Setiap perjalanan dari tempat berwudhu ke salah satu sudut masjid, bak mengulang langkah-langkah tripku di awal Maret 2020. Bedanya, setiap titik di telapak seolah menginjak duri tertajam. Tak peduli sebanyak apa darah mengalir dari setiap tusukan, tak ada yang meredakan dukaku kehilangan orang-orang tersayang. 

Kematian pertama, Bunda, aku telah merasa bahwa aku tak ubahnya pembunuh. Kematian Ayah, sahabat-sahabatku, ya, aku pembunuh. Sedihnya, tak ada yang menghukumku sampai mati.

Ini aku, di salah satu setelan mukena putihku, kembali bersimpuh dalam kubang air mata.

'Tuhan, jika rasaku sepenuhnya hitam, setidaknya jadikan warna putih pada pakaian suci ini, beranikan aku terus menerus menghadap-Mu. Aku mohon, terimalah hitam dan putihku. Mohon sempatkan lagi aku bertemu Ramadan-Mu yang suci. Dengannya aku titipkan sedikit cinta. Aku mohon bantu sampaikan ke Bunda, ke Ayah, ke sahabat-sahabatku. Aku masih Kasih mereka. Jika ada setitik saja senyum mereka untukku, aku mohon, hadirkan yang setitik di mimpi-mimpiku. Pada Ramadan-Mu yang suci, aku masih punya sedikit keberanian untuk meminta pada-Mu ... '

Rabbana | Tangan kami | Kaki kami | Mulut kami | Mata hati kami | Luruskanlah | Kukuhkanlah | Di jalan cahaya | Sempurna - Lirik Lagu 'Ketika Tangan dan Kaki Berkata, Chrisye.

*Selong 10 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun