Selisih beberapa hari dan makam Bunda masih basah, giliran Ayah. Dalam sebulan, aku harus menyaksikan sendiri dua matahariku direnggut paksa Corona. Dan ia tak membiarkanku menjenakkan duka.Â
Pekan-pekan selanjutnya, sahabat-sahabatku bertumbangan satu per satu. Airmata dukaku mulai mengalir tanpa isak dan sedu sedan. Utamanya karena sebagian besar waktuku habis di ruang-ruang isolasi. Dua pekan di rumah sakit yang ditunjuk pemerintah, sisanya kuhabiskan di rumahku yang sunyi. Dukaku tak berteman.
Setahun yang sesak. Sungguh keajaiban, aku bertahan hidup. Jiwaku masih sepenuhnya mati. Ia berpelukan dengan Bunda dan Ayah, dengan sahabat-sahabatku, di bawah nisan-nisan mereka. Kantor mulai beraktivitas offline. Dua kali vaksin membuatku kembali bisa bekerja normal, juga sekian kali riwayat isolasi mandiri serta beberapa surat yang menyatakan aku OTG. Tubuhku sehat, tapi kuulang lagi, jiwaku mati.
Ramadan 2021, aku mencari masjid-masjid di pelosok. Aku tak berani bertemu banyak orang. Kulihat dulu berapa jemaahnya dari kejauhan. Ketika tampak ada satu sudut yang kosong, disitulah aku bersimpuh. Seperti orang gila, kursi belakang mobil kupenuhi dengan puluhan set mukena putih. Hampir tak pernah aku bisa berwudhu sekali saja. Sapuan air suci terasa tak mampu membersihkan rasa bersalahku. Akibatnya, berkali-kali pula aku harus berganti mukena.
Berkata tangan kita | Tentang apa yang dilakukannya | Berkata kaki kita | Ke mana saja dia melangkahnya - Lirik Lagu ' Ketika Tangan dan Kaki Berkata', Chrisye.
Setiap perjalanan dari tempat berwudhu ke salah satu sudut masjid, bak mengulang langkah-langkah tripku di awal Maret 2020. Bedanya, setiap titik di telapak seolah menginjak duri tertajam. Tak peduli sebanyak apa darah mengalir dari setiap tusukan, tak ada yang meredakan dukaku kehilangan orang-orang tersayang.Â
Kematian pertama, Bunda, aku telah merasa bahwa aku tak ubahnya pembunuh. Kematian Ayah, sahabat-sahabatku, ya, aku pembunuh. Sedihnya, tak ada yang menghukumku sampai mati.
Ini aku, di salah satu setelan mukena putihku, kembali bersimpuh dalam kubang air mata.
'Tuhan, jika rasaku sepenuhnya hitam, setidaknya jadikan warna putih pada pakaian suci ini, beranikan aku terus menerus menghadap-Mu. Aku mohon, terimalah hitam dan putihku. Mohon sempatkan lagi aku bertemu Ramadan-Mu yang suci. Dengannya aku titipkan sedikit cinta. Aku mohon bantu sampaikan ke Bunda, ke Ayah, ke sahabat-sahabatku. Aku masih Kasih mereka. Jika ada setitik saja senyum mereka untukku, aku mohon, hadirkan yang setitik di mimpi-mimpiku. Pada Ramadan-Mu yang suci, aku masih punya sedikit keberanian untuk meminta pada-Mu ... '
Rabbana | Tangan kami | Kaki kami | Mulut kami | Mata hati kami | Luruskanlah | Kukuhkanlah | Di jalan cahaya | Sempurna - Lirik Lagu 'Ketika Tangan dan Kaki Berkata, Chrisye.