Yang dikedepankan dari event ini adalah, membiasakan pola hidup sehat. Berjalan kaki sembari juga menikmati pesona alam Jogja, serta spot-spot heritage seperti Candi Prambanan dan desa sedjarah Kelor.
Dua venue event yang sama mengusung konsep alami nan kental. Sayangnya, saya belum pernah intens mengunjungi Imogiri, seperti saya menghabiskan setengah hari di desa wisata Pancoh, Nganggring dan Kelor. Tiga desa wisata yang saya datangi selama mengekor jalur track para peserta JIHW.
Berikutnya, kami bergegas ke hotel Royal Ambarukmo. Sesi Swimming (Berenang) akan diadakan di kolam hotel ini. Peserta akan berenang sejauh 300 meter, bolak-balik.Â
Dua aktifitas utama JIHW yang sungguh inspiratif. Bagaimana para peserta negara luar sebagian besar sudah tak muda lagi, namun semangat berolahraganya begitu besar.
Dua konsep yang jika dikembangkan bersama, bisa pula menjadi konsep wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism). Konsep-konsep yang terbuka untuk dikembangkan di banyak destinasi wisata di penjuru nusantara. Terutama karena Indonesia sangat kaya dengan khasanah budaya, spot-spot alam pun heritage, juga tradisi serta kuliner serba khas.
Kabid Pemasaran Dinpar DIY, Imam Pratanadi, mengapresiasi tinggi banyaknya peserta JIHW 2018. "Beberapa negara baru juga turut mengirimkan wakilnya sebagai peserta. Mereka berasal dari New Zealand, Singapura, Malaysia dan Thailand," demikian sebagian pernyataannya di Jumpa Pers, hotel Melia Purosani pada 12 November 2018 (12/11) lalu.
Penghargaan tinggi juga datang dari Menpar Arief Yahya. JIHW 2018 menjadi satu dari 100 Event Wisata Nasional Terbaik (CoE -- Calendar of Event) dan satu dari 10 event nasional terunik di Kementerian Pariwisata.
Bravo JWA dan JIHW 2018. Pencapaian sukses di tahun ini, yakin, akan berulang di tahun depan. Demi Jogja selalu punya kisah dan destinasi yang membuat kangen, ingin segera berkunjung ulang, lagi dan lagi.
Referensi: