Dua sesap coklat panas, usahaku usir kantuk. Ada yang salah malam ini. Kesempatanku kah? Lakukan Love Lie milikku?
Dalam senyap, kuhangatkan dua bungkus tahu gimbal dan dua loyang besar Pizza yang dibawa Dara.
"Ayo, perutmu pasti lapar. Tahu gimbalnya terasa makin enak saja. Besok siang, aku traktir ke sana langsung gimana?" Lembut kuusap kepala Dara, memaksanya angkat kepala dan terima satu suapan tahu gimbal.
Pipi Dara basah. Mata coklatnya redup.
"Semuanya masih indah. Lalu kami bertemu Prudence dan Gabby, dua bintang di kampusku, juga bintang di klub basket kami. Terang-terangan mereka bilang di depan Galih, agar aku tak merebut Galih dari mereka. Mereka bilang aku cuma lappy freaks. Cuma didekati Galih karena lappynya rusak..."
Coklat panas kusurungkan. Ada sumbat yang harus terurai.
"Gitu ya Galih diam saja Dre..Juga nggak nolak pas diseret Prudence dan Gabby...," Dara nyusruk lagi di balik lututnya. Bahunya bergelombang.
"Bagiku, kamu selalu gadis tercantik Ra. Gadis paling pintar sedunia. Gadis bermata coklat dengan coklat panas terlezat sedunia..Jadi pacarku saja, mau?"
Tak perlu Love Lie. Masing-masing kata telah benar merajai hatiku. Merajai setiap detikku.
Sepasang mata coklat yang basah terangkat. Menatapku sangsi. Dua dekik di pipiku muncul, bersamaan dengan satu lagi suapan tahu gimbal.
"Aku kangen wangi cemara depan rumah. Kita turun dari tangga belakang yuk? Mungkin di luar sana masih gelap. Tapi wangi cemara selalu nyaman bersama asin aroma pantai.."