Dara menyeringai lebar, "Bohong juga sih...Tapi, demi beberapa makan malam dan hang out bersama Galih, mmmm.."
"Seingatku, Dara yang kukenal sangat antipati dengan berjuta lapis jenis kebohongan, even itu white lie.."
"This is Love Lie...," mata coklat dan lebar Dara mengerling, menawar keadaan. Tuhan, cantik sekali..
"Still there's the lie there," aku bersikukuh. Ajarkan aku jika kamu berhasil Dara, aku pun akan lakukan sejuta Love Lie, demi kamu sukai setiap momen bersamaku.
"Iya sih..Udah ah, bilang saja apa adanya ke Galih. Semoga masih ada satu makan malam buatku, anggep saja pembayar usahaku selamatkan data-datanya. Eh, maksudku, usaha temanku Andre," Dara tertawa lebar di ujung kalimatnya. Ah, gadis jujur.
"Terima kasih ya Dre...Kamu masih suhuku yang paling cerdas. Dokter laptop dan komputer tercanggih Generasi Y. Aku harus antarkan dulu lappy birunya Galih. Bye!!" Dara acak rambut ikalku. Sentuhan yang membuat tubuhku hangat sepanjang hari.
Hari itu, empat laptop berhasil normal kembali.
***
Weekend..
Aku pasti tertidur cukup lama. Terbangun karena kedinginan dan rasa lapar, kecuali Dara, takkan ada yang berani bangunkan aku di ruangan ini. Bahkan sekadar ketuk pintu. Dua lantai bawah yang kusulap menjadi warnet dan belasan unit PC (personal computer) untuk game online berjalan 24 jam sepanjang hari, di belasan tahun terakhir. Lantai 3 menjadi ruang privatku.
Setengah bagian menjadi ruang tamu sekaligus ruang tidur. Sisanya, ruang servis pribadi dan beberapa klien pelanggan warnet. Nyatanya, sebagian besar waktu kuhabiskan di ruang service.