Angga mematung. Dahinya tampak agak basah. Matanya terpejam, namun gerakan liar dibaliknya jelas terlihat.
“Mulailah dengan hadapkan tubuhmu ke arah lawan bicara. Nah, begini. Sekarang kamu bisa membuka matamu…”
“Rengganis…,” ucapan Angga lebih mirip rintihan. Wajahnya membasah.
Kelopak mata Angga membuka perlahan, sangsi tatapannya lurus, lewatiku.
“Aku di sini Ngga. Bukan di kejauhan sana…”
Dunia terasa berhenti. Gerakan mata Angga yang ingin berbalas tatap denganku terasa sangat lambat. Dunia senyap, saat Angga kini telah penuh-penuh menatapiku. Tak sadar, kini dua tangannya memegangi bahuku.
“Wuayyooo, kencan koq di kelas. Tatap-tatapan seperti film India saja,” Prudence tetiba sudah di belakangku.
Angga tersentak, bergegas dan pergi.
“Dia tak pingsan Pru, kau lihat kan?”
“Aku merekamnya. Ia menatapimu lebih dari lima menit. Ini rekor…”
***