Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Poligami Minim dengan Menikah Tepat Umur

30 Agustus 2016   20:22 Diperbarui: 31 Agustus 2016   07:01 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Semakin minimnya angka perkawinan muda, dus akan;

2. Menekan resiko ekses lanjutan yaitu Poligami.

3. Memperluas kesempatan para remaja meningkatkan kualitas pribadi dan keluarganya, menjadi insan-insan matang, produktif serta bertanggung-jawab

4. Terbukanya kesempatan membentuk keluarga yang matang karena kesiapan masing-masing pasangan, lelaki dan perempuan, untuk kemudian melahirkan generasi yang sama berkualitasnya.

Dokpri.
Dokpri.
Sebagian remaja (dedare:gadis) Sasak Lombok Timur. Dokpri
Sebagian remaja (dedare:gadis) Sasak Lombok Timur. Dokpri
Kini saya akhirnya juga adalah seorang ibu dengan dua orang anak. Menikah di usia 28, saya bersyukur mendapatkan kesempatan beroleh pendidikan yang cukup, bersosialiasi offlline dan online (organisasi pengurus RT dan RW saat masih tinggal di Semarang, juga milis-milis orang tua).

Memiliki bekal mendampingi anak-anak saya menghadapi dunia serba digital berlatar kultur dan budaya yang masih belum jauh berubah di kampung-kampung leluhur saya. Seringkali saya berbicara atau lakukan diskusi kecil bersama dua anak-anak saya, betapa pentingnya mereka bersekolah setinggi-tingginya, bekal dasar mereka siap produktif berkarir di dunia kerja yang mereka sukai untuk kemudian akhirnya siap berumah-tangga.

Menikah tepat umur tak harus selalu berpatok pada ‘rumus’ formal pemerintah (setelah 20 tahun bagi perempuan dan di atas 25 tahun bagi lelaki). Bersamaan dengan pemahaman-pemahaman positif dari uraian program-program pemerintah seperti Genre, keserba-mudahan di era digital bisa dimanfaatkan bersama semaksimal mungkin.

Standar agamis bisa tetap dilakukan, lebih pada kepercayaan, ajal, jodoh dan rezeki adalah rahasia Tuhan. Usia jodoh dua anak saya bisa jadi kurang atau lebih dari 28, pun rujukan standar usia pemerintah Indonesia, namun ketika mereka telah siap dan penuhi sebagian besar karakter insan yang meliputi kemampuan Pikir, Hati, Raga serta Karsa atau Rasa, harapan saya sama idealnya dengan harapan orang tua manapun.

Skrinsot dari slide Materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Skrinsot dari slide Materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Mereka siap menjadi orangtua yang lahirkan generasi berikutnya dengan kualitas lebih baik. Semoga, aamiin.

*Selong 30 Agustus

Tulisan ini diikut-sertakan pada Event Blog Competition Nikah Usia Ideal Raih Masa Depan Cemerlang.

Facebook | Twitter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun