Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Poligami Minim dengan Menikah Tepat Umur

30 Agustus 2016   20:22 Diperbarui: 31 Agustus 2016   07:01 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas, bagaimana satu pernikahan tepat umur meminimalisir resiko poligami?

Merujuk pada portal berita online Lombok FM, angka perkawinan muda di kabupaten Lombok Timur masih tertinggi di tahun 2016 nanti. Mengutip pendapat Kepala BKKBN Lombok Timur H. Suroto dari wawancara terkait berita ini, kondisi menikah muda diakui sebagai penyebab timbulnya komplikasi masalah.

Salah satunya kematian ibu akibat kehamilan yang terlalu cepat disertai minimnya pengetahuan menjalani kehamilan sehat,  seperti yang diuraikan di salah satu slide materi Nangkring Kompasiana bersama Blogger Kupang, 27 Juli lalu.

Poligami menjadi efek berantai berikutnya yang rentan terjadi pada pasangan menikah muda. Pemuda yang tiba-tiba terpaksa menjadi ayah, tak siap menjalani tanggung-jawab menjadi ayah siaga dari istri yang sedang hamil besar.

Kondisi yang menjadikannya labil dan malah justru berpaling pada perempuan lain yang kadang  mungkin adalah janda tanpa anak dari hasil perkawinan lain yang sama bermasalahnya. Lingkaran kondisi yang masih kerap terjadi di pelosok pedesaan di kabupaten Lombok Timur.

Skrinsot dari slide Materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Skrinsot dari slide Materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Kultur serta patokan agamis juga mendukung mudahnya praktek poligami ini terjadi. Merujuk hasil penelitian Sugiyarno berjudul Telaah Kritik Terhadap Poligami (Studi Masyarakat Muslim Lombok Timur) yang dimuat di Gane¢ Swara Volume 9 Nomor 1 Maret 2015,  …responden berpendapat yang penting poligami telah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam (90%)… (Halaman 107 di Bagian Hasil dan Pembahasan).

Skrinsot dari slide materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Skrinsot dari slide materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Kembali ke pengalaman pribadi saya, menginjak kelas 2 SMA di usia 17 tahun, salah seorang adik kakek saya mengeluhkan betapa saya telah menjadi perawan tua.

Beliau jauh lebih mengkhawatirkan resiko kegagalan saya berumah-tangga serta kesempatan peroleh keturunan, daripada mendukung ikhtiar orang tua saya mendorong tetap fokus bersekolah dus kesempatan memiliki karir bekerja selepas kuliah. Kondisi yang bahkan masih berselang 5 sampai 6 tahun kemudian dari masa menempuh kelas 2 SMA (saat ini kelas XI).

Bibi-bibi yang usianya sepantaran dengan saya satu persatu benar mulai beroleh keturunan. Namun itu juga berarti, seumur hidup mereka telah terikat di dalam rumah. Kecil kemungkinan beroleh kerja, pun menambah kesempatan beroleh pengetahuan lebih, umumnya perkembangan di jaman serba digital ini.

Bibi-bibi saya yang terpaksa berhenti ‘belajar’ menambah panjang barisan para ibu-ibu (baca: orang tua) yang melahirkan generasi yang tak lebih baik. Bersekolah dasar sampai menengah pertama, terjebak lingkungan keluarga serta kultur yang masih sama dan berulanglah kondisi yang terjadi pada orang tuanya.

Program Generasi Berencana (Genre) BKKBN yang menyasar Remaja dan generasi muda menjadi harapan baru. Bagi para remaja dan orang tua di Lombok Timur khususnya, pun lebih banyak generasi remaja lainnya di seluruh Indonesia.

Skrinsot dari slide materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Skrinsot dari slide materi Nangkring Kompasiana bersama BKKBN.
Bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun